Kadisdikpora Buleleng, Made Astika |FOTO : Rika Mahardika|
Singaraja, koranbuleleng.com| Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng kini tengah menyiapkan penerapan kurikulum darurat. Kurikulum darurat ini merupakan salah satu pilihan yang bisa diambil satuan pendidikan yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dalam masa pandemi COVID 19.
Kadisdikpora Buleleng Made Astika ditemui menjelaskan, kurikulum darurat ini tidak wajib untuk diterapkan seluruh sekolah di Kabupaten Buleleng. Menurutnya dengan kondisi pandemi ini, proses pembelajaran juga cukup mengalami kendala, walaupun telah dilakukan secara daring.
Nantinya, masing-masing sekolah bisa memilih untuk menerapkan kurikulum darurat, atau tetap menggunakan kurikulum tahun 2013. Apalagi tidak ada perbedaan yang signifikan antara kurikulum tersebut.
“Yang beda hanya dilakukan pengurangan terhadap kompetensi dasar dan kompetensi inti. Sekarang sedang dilakukan proses perbaikan kurikulum itu,” jelasnya.
Menyikapi kondisi saat ini dimana Kabupaten Buleleng berada dalam zona merah, pihaknya telah menginstruksikan para pengawas untuk melakukan identifikasi terhadap masalah yang dihadapi oleh siswa maupun guru pengajar, untuk bisa mengambil langkah strategis. Karena saat ini tidak memungkinkan lagi untuk memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka.
“Dalam kondisi darurat ini kan tidak harus tatap muka, tidak harus daring. Bisa saja diberikan tugas dengan berbasis kertas,” tegasnya.
Sementara itu secara terpisah, Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Buleleng Ngurah Arya tetap berharap agar Pemerintah bisa memberikan kelonggaran dalam hal proses belajar mengajar selama masa pandemi. Walaupun Buleleng telah ditetapkan masuk dalam zona merah, namun menurutnya ada beberapa Desa yang justru masuk dalam zona hijau atau kuning.
Ngurah Arya yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Buleleng ini menyebut jika salah satu yang perlu mendapatkan kebijakan adalah siswa yang baru memasuki kelas 1 untuk jenjang SD. Ia khawatir bila proses pembelajaran tetap dilakukan secara daring, akan berdampak pada perkembangan proses pembelajaran siswa.
“Kalau pandemi ini berlangsung sampai tahun depan, ini kan berdampak juga buat anak-anak kita. Anak-anak yang kelas satu, kalau bisa diizinkan melakukan tatap muka. Barang 5-10 orang sekali pertemuan. Biar diajari baca, tulis, dan hitung (calistung). Kalau lewat daring ini, anak-anak sulit belajar membaca. Kami harap ini bisa diberi sedikit kelonggaran,” ujarnya. |RM|