Matahari belum terbit, sekitar pukul 06.05 wita. Jujur saja, itu waktu terpagi untuk rutinitas bangun dari lelap tidur malam sebelumnya.
Niat bangun pagi, hanya untuk memburu potret kusir dan dokarnya di Pasar Anyar, Singaraja. Supaya tak kehilangan momen, saya bergegas sikat gigi dan cuci muka saja, langsung meluncur ke Pasar Anyar. Tas didalamnya lengkap dengan kamera sudah siaga sebelumnya.
Dokar riwayatmu kini.
Dokar merupakan kendaraan tradisional dengan menggunakan tenaga kuda sebagai penariknya. Sementara kusir sebagai pengendalinya.
Dokar di Singaraja sudah ada sejak lama, bahkan ketika kota ini berjaya sebagai kota niaga di masa lalu. Dokar sudah ada jauh sebelum ada pusat pemerintahan Sunda Ketjil di Singaraja.
Di Singaraja, kini pangkalan Dokar ada di seputaran Jalan Diponegoro, sebelah pintu utara Pasar Anyar. Kamis pagi, 7 Januari 2021, hanya ada tiga unit dokar menunggu penumpang di pangkalannya, sedang yang lain bak raib di telan bumi.
Dokar yang makin langka, tentu saja kalah saing dengan kendaraan yang lebih cepat dan efisien pemanfaatannya.
Dengan kondisi saat ini, kemungkinan waktu terpanjang hingga 25 tahun mendatang, angkutan tradisional warisan leluhur ini hanya tinggal kenangan.
Ketut Siara, salah satu kusir tampak terduduk diatas tempat duduk dokarnya. Dia masih menunggu penumpang. Dia bernostalgia, 25 tahun lalu lalu, jumlah dokar masih cukup banyak di Singaraja.
“Kusir dokar juga sudah banyak yang meninggal, generasi penggantinya tidak ada,” tuturnya.
Walaupun saat ini, penumpang sangat langka, tapi Siara mengaku masih ada saja yang menyewa dokarnya, walaupun hanya satu atau dua orang saja. Dia paling lama hanya mangkal selama empat jam, dari pukul 05.00 – 09.00 wita.
“Dulu bisa dapat 100 ribu atau lebih, sekarang hanya bisa dapat tiga puluh ribu rupiah sekali mangkal, Jika beruntung dapat lima puluh ribu rupiah,” katanya.
Banyak hal yang membuat dokar kian langka. Selain kalah teknologi, generasi yang tak mau lagi menjadi sais dokar, juga soal kelangkaan peternakan kuda di Bali. Kuda biasanya dicari dari daerah luar Bali, seperti Sumba. Jika mengirimkan ke Buleleng, biayanya juga sangat mahal.
Sepertinya, Dokar kini sedang menuju akhir cerita. (*)
FOTOGRAFER : YOGA SARIADA