Personil TNI berjaga di area asrama mahasiswa Undiksha yang digunakan sebagai tempat isolasi terpusat |FOTO : Kadek Yoga Sariada|
Singaraja, koranbuleleng.com | Pemkab Buleleng sejauh ini masih terus melakukan lobi terhadap pengelola hotel di Buleleng agar bersedia ikut menangani isolasi terpusat. Namun ternyata banyak pengelola hotel keberatan karena berbagai pertimbangan termasuk mengkhawatirkan imej hotel yang digunakan untuk penanganan pasien COVID-19.
Namun sejauh ini, langkah awal tetap menggunakan ruangan asrama mahasiswa di kampus Undiksha Singaraja di Desa Jinengdalem. Asrama ini mempunyai 80 kamar. Jika asrama mahasiswa penuh, barulah pemerintah akan menggunakan hotel sebagai ruang isolasi.
“Harapannya agar isolasi memang dilakukan di Buleleng saja. Kalau ke Denpasar harus terjadwal, harus menggunakan bus dan lainnya. Di Buleleng kan terasa seperti di rumah sendiri, yang terdekat misalnya bisa menggunakan BES,” terang Sekda Buleleng, Gede Suyasa, Rabu 14 Juli 2021.
Suyasa yang juga Sekretaris Satgas COVID-19 Buleleng mengatakan memang ada rencana untuk menggunakan hotel di Denpasar, apabila di Buleleng kekurangan kamar isolasi karena hotel tidak bersedia. Beberapa hotel di Denpasar memang sudah menyatakan bersedia menerima pasien OTG dari Buleleng. Namun Pemkab Buleleng masih mengusahakan agar isolasi terpusat dilaksanakan di Buleleng.
Terkait anggaran, Suyasa menjelaskan bahwa biaya hotel untuk isolasi terpusat akan menggunakan pos belanja tidak terduga atau BTT dan Silpa Pemerintah Pusat tahun 2020. Saat ini, Pemkab Buleleng menganggarkan BTT senilai Rp5 miliar serta BTT dari pengembalian Silpa Pemerintah Pusat sebesar Rp3,5 miliar. “Tetapi belum digunakan, karena isolasi terpusat belum tahu berapa orang yang masuk hotel, berapa lama, dan lainnya.” tambahnya.
Suyasa menambahkan Pemerintah terus bekerja agar pasien OTG bisa dipindahkan ke isolasi terpusat. Ada prosedur dan kehati-hatian pemindahan pasien. Mulai dari pendekatan sampai memberikan edukasi kepada warga dan lainnya. “Tidak bisa langsung copot ambil lalu bawa,” tambahnya.
Sekda mengatakan sampai per 14 Juli 2021, ada sekitar 33 warga dengan statsut OTG sudah menjalani isolasi terpusat. “Jadi mereka kapan saja bisa masuk. Tim medis juga sudah diatur shift nya,” tambah Suyasa.
Sementara pantauan di lokasi, sejumlah petugas juga terus bersiaga di area gedung Undiksha. Sejumlah petugas gabungan dari TNI/Polri, BPBD Buleleng serta tim kesehatan menjalankan tugas sesuai bidangnya.
Salah satu staf BPBD Buleleng, Wayan Sidia mengatakan keluarga tidak diperkenankan untuk menemui pasien OTG yang sedang menjalani isolasi terpusat. Makanan dari rumah hanya bisa dititipkan ke petugas jaga, selanjutnya petugas jaga yang akan membawakan sampai di depan pintu ruang isolasi. “Kontak langsung dengan pasien sangat tidak diperbolehkan untuk menekan penyebaran virus.” terang Sidia.|SY/NP|