Singaraja, koranbuleleng.com| Sebuah keluarga di Dusun Kajekangin Desa Kubutambahan, Buleleng, hidup ditengah kemiskinan. Dengan ukuran lahan yang sempit mereka membangun gubuk seadanya. Dinding gubuk hanya dari terpal dan beratap daun kelapa kering.
Di rumah tersebut tinggal, Gede Budiasa, 52 tahun, bersama istrinya Ketut Sariani, 47 tahun dan kedua anaknya Gede Sukriada, 22 tahun dan Komang Sri Padma Yoni, 13 tahun.
Budiasa mengatakan rumah tersebut dibangun sejak jaman kakeknya dulu. Sekarang ini ia merupakan generasi ketiga yang menepati rumah tersebut. Tanah yang mereka huni itu merupakan tanah milik orang lain yang mereka pinjam.
Pekerjaannya sebagai buruh harian lepas mengharuskan Budiasa bertahan di rumah kecil itu. Ia menyebut, dari hasil pekerjaan buruh lepas hanya mengantongi upah per harinya Rp50 ribu. Penghasilan itu belum mencukupi untuk pindah ke tempat lain yang lebih layak. Selain berkerja sebagai buruh harian lepas, keluarga Budiasa juga membuat alat sesajen banyuawangan yang di jualnya per ikat Rp10 ribu.
“Ini tanah milik tetangga. Dari kakek sudah tinggal disini. Kasur juga dikasi sama tetangga,” ujar Budiasa ditemui di rumahnya Rabu 8 September 2021.
Budiasa menuturkan untuk keperluan mandi cuci kakus mengandalkan aliran sungai dan sumur yang ada sekitar 50 meter di samping rumahnya. Sementara listrik harus menempel dari meteran listrik milik tetangga dan membayar Rp20 ribu setiap bulan.
Ia menyebut tetangganya sudah memberikan tanah secara cuma-cuma. Namun karena belum memiliki uang ia belum bisa membangun rumah di tanah tersebut.
“Sudah lama mau dikasi minta tanah. Sudah ada perjanjian dikasih minta tanah. Dekat sini seluas 1 are. Saya makan aja pas-pasan apalagi mau buat bangunan,” terangnya.
Sejauh ini, Budiasa juga belum pernah mendapatkan bantuan bedah rumah. Namun ia pernah mendengar informasi di tahun 2017 direncanakan mendapat bantuan bedah rumah. Namun, hingga kini belum ada realisasi.
Kata Budiasa, dulunya ia juga pernah mendapat bantuan langsung tunai dari pemerintah, namun terhenti. Ia kembali mendapat bantuan dari desa di tengah pandemi COVID-19.
Di sisi lain, Perbekel Desa Kubutambahan, Gede Pariadnyana mengatakan, sudah memperhatikan keluarga Gede Budiasa dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari dana desa yang diberikan berupa uang 600 ribu perbulannya hingga kini 300 ribu perbulannya. juga akan memperioritaskan untuk mendapatkan bantuan bedah rumah. Dikarenakan dulunya Gede Budiasa belum memiliki tanah sendiri sehingga belum bisa mendapat bantuan bedah rumah.
“Awalnya dulu mau dibantu namun tanahnya belum ada. sekarang katanya sudah di berikan tanah kita prioritaskan untuk mendapatkan bedah rumah,” ujarnya.
Persyaratan untuk mendapatkan bantuan bedah rumah harus memiliki tanah sendiri. Ia menyebut, banyak warganya yang tinggal di pesisir pantai memiliki keluhan yang sama. Ketika ingin di ajukan bedah rumah tidak bisa memenuhi persyaratan karena tidak memiliki tanah sendiri.
“Itu yang menjadi kendala banyak warga kami. Ketika mau dibantu bedah rumah persyaratannya adalah tanah,”pungkasnya |YS|