Terima Manfaat DEA, Pengusaha Dupa Siap Genjot Digital Marketing

Singaraja, koranbuleleng.com | Pelatihan Digital Enterpreneurship Academy (DEA) yang digelar Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian (BPSDMP) Kominfo Yogyakarta dan Dinas Kominfosanti Kabupaten Buleleng menjadi kesempatan bagi generasi milenial untuk mengembangkan keahlian bisnis dan teknologi. Program yang bertujuan mencetak talenta digital yang saat ini mempunyai aktivitas pada bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Upaya ini untuk mendukung UMKM Buleleng menuju Go Digital.

Perkembangan teknologi di era revolusi Industri 4.0 ini memberikan peluang dan tantangan bagi pelaku usaha. Transformasi digital mengubah cara pandang, budaya, prilaku pelaku usaha dalam pemanfaatan teknologi menjadi lebih berpusat kepada pelanggan khususnya dalam interaksi.

- Advertisement -

Segmen pasar di era digitalisasi saat ini tentunya sangat besar, masyarakat dari usia anak-anak hingga dewasa, golongan bawah hingga atas tidak lepas dari perangkat teknologi seperti handphone. Peluang besar ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha.

Penggunaan platform digital kini makin menjamur, hal ini yang mendorong pemerintah untuk meningkatkan kemampuan para pelaku usaha khususnya sekala mikro dan menengah untuk dapat lebih efisien, meminimalisasi kehilangan pasar, menjangkau jaringan pemasaran yang lebih luas, mendukung psycal distancing dan sosial distancing, mempercepat pertumbuhan UMKM.

Salah satu peserta yang mengikuti DEA, yakni Nyoman Tiya Martini (27 tahun), dari Desa Sambangan. Dia merintis usaha dupa dengan merk “Dupa Ajeg Bali” sejak tahun 2018. Dia merintis usaha itu bersama suaminya, Made Indra Parmadika (29 tahun). Latar pendidkkan sang suami S1 Akutansi dan juga memiliki tekad untuk berwirausaha membuat dupa.

Tiya tertarik mengikuti pelatihan tersebut karena ingin meningkatkan kapasitas diri dalam berwirausaha untuk memajukan dan pengembangan usaha dupanya dalam dunia digital kedepannya.  

- Advertisement -

Dia merintis usaha tersebut di tengah kebimbangan. Kala itu, ia sempat tidak kunjung mendapat panggilan wawancara lamaran pekerjaan dari sebuah perusahaan. Padahal dia memiliki ijasah Magister Pendidikan Undiksha Singaraja.

Tiya Martini menceritakan perjalanan usahanya sejak tahun 2018 dengan bermodalkan 1 unit mesin kini menjadi 6 unit mesin dengan memperkerjakan 13 karyawan. Omzet awal Rp 30 juta, kini sudah mengantongi omzet hingga Rp 200 juta rupiah perbulan. ”Ide usaha dupa ini sangat sederhana, karena dupa bagi masyarakat Bali merupakan kebutuhan pokok sebagai sarana persembahyangan. Berangkat dari itu dan bermodalkan keteguhan, komitmen kami merintis usaha ini, jadilah sampai saat ini,” ucap Tiya.

Bangunan untuk pembuatan dupa ini dulunya dibangun diatas tanah 2 are, kemudian berkembang disebelahnya menjadi 4 are. Perkembangan usaha yang dia rintis sangat dibantu oleh perbankan dengan Kredit Usaha Rakyatnya (KUR). ”Secara bertahap kami kembangkan usaha, mulai penambahan mesin, kini mesin pemecah bambu, mesin pembuat lidi juga kami adakan, perluasan tempat usaha yang kini bisa dibangun 2 lantai dan menambah bahan baku dupa, dimana bahan baku 1 ton per bulan kami kelola untuk membuat dupa,” terangnya.

Berbekal mesin dan bahan baku tersebut, dirinya mampu memproduksi beberapa jenis dupa dengan berbagai ukuran dan aroma. Dupa yang yang diproduksi berukuran 16 cm, 22 cm, 28 cm dan 32 cm. Ada pula dupa aroma terapi dengan dengan daya tahan selama 2 jam sampai 5 jam. Dupa ukuran 16 cm dan 22 cm banyak dicari konsumen dari Buleleng dengan harga Rp30 ribu sampai Rp35 ribu untuk kualitas ekonomi dan Rp40 ribu sampai Rp50 ribu kualitas premium.

Di tengah Pandemi Covid19, penjualan dupanya meningkat dan banyak reseler dupa yang ingin bergabung memasarkan dupanya. ”Mungkin pandemi ini banyak yang dirumah, banyak instruksi-instruksi untuk melakukan persembahyangan dari rumah oleh pemerintah, mungkin itu yang menyebabkan, sehingga usaha dupa kami tidak terpengaruh. Astungkara perbulan kami memperoleh omzet sampai dua ratus juta rupiah,” ungkapnya.

Setelah mengikuti pelatihan DEA, Tiya mengatakan akan terus melebarkan usahanya. Pemasaran akan digenjot mulai dari peningkatkan kualitas produk, pengemasan produk yang menarik, tampilan produk di dunia digital, sehingga konsumen di seluruh Indonesia bisa dijangkau. Dia juga mengaku akan menggunakan platform-platform digital untuk marketingnya. ”Pelatihan sejenis ini lah yang sangat kami harapkan, dulunya hanya wacana-wacana saja dalam benak saya untuk memasarkan produk, saat ini wawasan kami menjadi terbuka akan peluang-peluang pasar,” pungkasnya. |WK|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts