Pantai Lovina berhubungan erat dengan perjalanan hidup seorang Raja Bali dan Sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru, Anak Agung Pandji Tisna. Anak Agung Pandji Tisna melihat, bahwa salah satu cara membangun kesejahteraan masyarakat Buleleng adalah dengan meniru apa yng telah dilakukan oleh masyarakat di Bombay, yaitu membangun sebuah tempat wisata pantai yang tertata indah yang bisa dijadikan sebagai tempat liburan.
Sekembalinya dari India, A.A. Pandji Tisna merealisasikan idenya tersebut di pantai Tukad Cebol, kelak diubah namanya menjadi Lovina. Tahap awal mulai membangun sebuah tempat peristirahatan bernama “Lovina” dengan tiga kamar tidur dan restoran kecil dekat pingir pantai. Adapaun maksudnya adalah untuk tempat singgah para wisatawan yang suatu saat nanti berkunjung ke sini. A.A. Pandji Tisna dan Lovina yang adalah legenda cinta kasih bagi pantai wisata lumba-lumba di laut Utara, yang sejatinya keduanya tak terpisahkan. A.A.Pandji Tisna tak terpisahkan dengan Lovina sebagai ikon pariwisata di Bali Utara yang memicu kepariwisataan di Kabupaten Buleleng semakin berkembang.
Pantai Lovina memenuhi kriteria sebagai destinasi pariwisata sastra karena jejaknya ditemukan di dalam cerpen, novel, dan sejumlah puisi.
Lovina kemudian populer tidak hanya di kalangan para wisatawan tetapi juga menarik bagi para seniman (penulis lagu) dan sastrawan. Selain Yvonne De Fretes pernah menerbitkan kumpulan cerpen Bulan Di Atas Lovina, sastrawan Sunaryono Basuki K.S. telah berkali-kali menggunakan pantai itu sebagai latar tempat karya sastranya, di antaranya Maut di Pantai Lovina dan Aku Cinta Lovina.
Masih ada kumpulan cerpen Antara Jimbaran dan Lovina, kumpulan cerpen karya pengarang yang sama. Novel lain yang juga menggunakan Lovina sebagai judul adalah Antara Jalan Jaksa dan Lovina dan CintaBerbungdi Lovina. Tidak hanya novel dan cerpen, Sunaryono Basuki K.S. juga menulis cerita anak yang mengisahkan lumba-lumba di Lovina dalam buku dwibahasa yang berjudul A Tale of Dolphins.
Pengarang lain yang menggunakan Lovina sebagai judul karya adalah Yvonne de Fretes, Bulan di Atas Lovina. I Wayan Artika menulis dua cerpen yang berseting di Pantai Lovina. “Perempuan Senja” (2004) tidak menggunakan Lovina di judul seperti cerpen “Lovina” (keduanya pernah dimuat di koran Bali Post.
Pantai Lovina juga ditemukan pada puisi, seperti “Lovina 1” dan “Lovina 2” karya Wayan Jengki Sunarta (2019). Ikranegara menulis puisi “Hening dan Sepi di Lovina” (2007). Puisi “Lelaki Laut dengan Rindu yang Kian Celaka” karya Dino Umahuk (2017) menyinggu Pantai Lovina pada baris yang berbunyi “dan desir ombak di Pantai Lovina yang menjauhkan asa”. Rizkyta Astri Pratiwi menulis puisi berjudul “Aku dan Lovina” (2016). IDK Raka Kusuma menulis sebuah puisi yang berjudul “Menara Cinta” yang bersinggungan dengan Pantai Lovina.(*)
Penulis : Dr. I Wayan Artika (akademisi Undiksha Singaraja)