Singaraja, koranbuleleng.com| Gede Eka Budi Sastrawan, 44 tahun, tampak beberapa kali memegang pinggangnya. Dia kelelahan, badannya harus beranjak naik dan turun untuk membersihkan lumpur dari rumahnya. Ketinggian lumpur mencapai 30 sentimeter.
Lumpur itu, dibawa oleh banjir bandang yang mengepung puluhan rumah di Rt 14 dan Rt 15 Banjar Dinas/Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Kamis, 9 Februari 2023 pagi.
Selain Sastrawan, tampak puluhan warga dibantu Aparat Desa, BPBD Buleleng, dan warga setempat ikut melakukan pembersihan lumpur.
Sastrawan menuturkan, sebelum terjadi banjir sepinggang orang dewasa, hujan lebat terjadi sekitar pukul 20.00 Wita, Rabu, 8 Februari 2023. Dimana hujan lebat dengan intensitas tinggi itu, tiba-tiba membawa banjir disertai lumpur. Hingga dia tak sempat menyelamatkan barang-barang berharganya. “Kejadiannya sekitar jam sembilan malam. Airnya tiba-tiba langsung tinggi, barang-barang tidak sempat diselamatkan, ketinggian air sepinggang. Mau evakuasi mobil sudah tidak bisa,” kata dia, ditemui Kamis pagi.
Sastrawan mengatakan, akibat peristiwa itu dia pun harus mengungsi ke rumah sanak keluarga. Hingga, sekitar pukul 01.30 Wita air mulai surut dan dia kembali ke rumah untuk melakukan pembersihan. “Belum sempat hitung kerugian, semua terendam sampai ke kamar. Ngungsi ke rumah kakak, rumahnya bertingkat, istri ibu anak saya bawa ke sana,” ujarnya.
Warga lainnya yang rumahnya terendam banjir, Wayan Resmi, 49 tahun, parah. Rumah Wayan Resmi, yang ada di Rt 15 terendam hingga setinggi dada orang dewasa. Kejadian itu pun, sempat membuatnya was-was. Hingga membuatnya tak tertidur semalaman.
“Saat banjir saya di dalam aja, tidak mengungsi. Tidak bisa tidur. Sampai jam 03.30 Wita airnya mulai surut, namun lumpurnya masih ada. Rumah terendam semua, sampai kasur. Airnya setinggi dada,” katanya.
Resmi menyebut, wilayahnya memang rawan terjadi banjir saat musim hujan. Namun kejadian banjir kali ini merupakan yang terparah sejak tahun 2015 lalu. “Kalau tidak musim hujan tidak. Dulu tahun 2015 juga banjir dan berlumpur, tapi tak separah ini,” kata dia.
Sementara, Kepala Desa Kalibukbuk Ketut Suka mengatakan, dari data sementara akibat bencana banjir ini sebanyak 40 kepala keluarga dilaporkan terendam banjir. Diduga banjir terjadi, akibat tersumbatnya jembatan oleh glondongan kayu yang datang dari hulu sungai.
“Kemarin dengan warga kita turun untuk membersihkan bongkahan kayu, yang memang datang dari selatan. Memang air sungainya tinggi sekali,” ujarnya.
Suka menyebut, saat banjir terjadi pihaknya pun menghimbau warga untuk mengungsi terlebih dahulu sembari menunggu pertolongan untuk pembersihan. Mengingat, saat kejadian sudah memasuki tengah malam. “Hitungan menit kejadiannya. Kita minta warga mengungsi dulu, sembari kita minta bantuan ke Babin dan BPBD. Memang dulu pernah banjir, tapi tidak separah kali ini,” kata dia.
Suka juga menjadi korban dalam peristiwa banjir itu. Rumahnya yang berada di Rt 14 juga ikut terendam banjir. Bahkan dia, harus menjebol tembok rumahnya agar air banjir cepat surut. “Sudah satu meter airnya masuk, syukur ada tembok belakang kita jebol. Teman-teman yang lain paling parah di rt sebelah. Kita tidak ada yang tidur, khawatir air makin tinggi. Sehingga kita amankan dulu, kita disini terjebak kita tidak bisa keluar,” kata dia.
Disisi lain, Plt Kedaruratan dan Logistik BPBD Buleleng Ketut Yudistira mengatakan, untuk penanganan banjir di dua rt di Banjar Dinas/Desa Kalibukbuk ini, pihaknya akan menurunkan alat berat untuk melakukan pembersihan. Mengingat, tinggi lumpur yang masuk ke rumah-rumah warga cukup tinggi. “Karena tidak bisa ditangani dengan cara manual, kami sekarang untuk mendatangkan alat berat,” ujarnya.
Yudistira menyebut, untuk saat ini beberapa rumah yang warga sudah selesai dibersihkan dengan cara gotong royong dan sudah bisa ditempati. “Sementara karena ini proses pembersihan dari rumah ke rumah. yang sudah bisa ditempati, ditempati. yang bisa dibersihkan dengan gotong royong,” kata dia.
Selain itu, dengan tingginya curah hujan yang terjadi pada Rabu malam, juga mengakibatkan tanah longsor, banjir, hingga pohon tumbang, di sejumlah titik. “Di tempat lain banyak, merata dampaknya. Ini berkaitan juga dengan cuaca, curah hujan tidak bisa kami prediksi,” ucap dia.|YS|