Singaraja, koranbuleleng.com| Sebuah karya patung Ogoh-Ogoh, terlihat kokoh di halaman Balai Banjar Babakan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Ogoh-ogoh dengan rupa yang begitu menyeramkan itu, telah selesai dibuat oleh Sekaa Truna Truni (STT) Abdi Yowana Banjar Babakan. Selain itu, karya ogoh-ogoh itu pun telah selesai dinilai di tingkat Kecamatan pada Selasa, 7 Maret 2023.
Karya ogoh-ogoh itu, diberi tema Cupak. Cerita Cupak sangat melegenda dikalangan masyarakat Bali. Cupak Gerantang adalah sepasang saudara yang memiliki perbedaan karakter yang sangat mencolok. Cupak memiliki ciri fisik berbadan gemuk, hitam gempal dan memiliki rupa jelek. Sementara Gerantang, sangat berbeda dengan kakaknya. Dia berparas tampan, berkulit putih dan juga memiliki sifat yang sangat budiman dan berkepribadian baik.
Sifat Cupak sangat berbanding terbalik dengan Gerantang. Cupak bersifat rakus dan juga tidak tahu sopan satun. Dari sifat rakus itulah membuatnya sangat terlihat buruk di mata warga sehingga banyak yang menjauhinya. Bahkan dari kerakusan itu, dia rela melakukan apa saja untuk memenuhi hasrat dan keinginannya.
Rupa ogoh-ogohnya yang dibuat pun, terlihat sangat menyerupai ciri fisik dan karakter si Cupak yang berbadan gemuk, di tangan kirinya menggenggam potongan kepala babi. Tangan kanannya pun telah siap menyantap daging tersebut. Raut wajahnya pun, tampak seperti orang kelaparan yang tak mau sedikitpun makanannya diambil dari tangannya oleh orang lain. Padahal, di samping kaki kanannya masih ada potongan babi yang lebih besar. Itu menandakan, kerakusan si CUPAK.
Dalam ceritanya kembali, Cupak akhirnya berhasil menghilangkan sifat itu dengan mulat sarira hingga diceritakan masuk surga. Hal itu, dilakukan setelah semuanya kandas. Namun, dalam perjalanannya dia harus melewati rintangan yang begitu berat.
Ketua STT Abdi Yowana Kadek Yoga Sariada mengatakan, pengambilan tema tersebut diharapkan bisa menjadikan pembelajaran bagi generasi muda untuk mengendalikan hawa nafsu. Sifat Cupak ini masih ada dalam diri manusia.Momentum Nyepi mendatang diharapkan menjadi bagian untuk memberangus sifat tamak tersebut.
“Intinya karya ini kami buat untuk menyadarkan generasi muda, bahwa kerakusan itu akan menjerumuskan kehidupan ke hal yang buruk. Dengan kerakusan itu, kita juga akan terlihat buruk hingga dijauhi banyak orang,” ujar Yoga Sariada, Rabu, 8 Maret 2023.
Yoga menyebut, ogoh-ogoh dengan tinggi 3,5 meter dan lebar 1,5 meter tersebut, dibuat sejak 28 Januari 2023 lalu. Dalam pembuatannya melibatkan seluruh anggota sekaa truna truni. Dengan menggunakan bahan ulatan bambu, dan kertas koran untuk pembentukan anatomi ogoh-ogoh.
“Untuk dana kita gunakan dari sumbangan dari warga. Pengerjaanya baru selesai Senin kemarin, H-1 sebelum penilaian,” kata dia.
Dia menambahkan, selain untuk mengajak generasi muda untuk membunuh sifat kerakusan. Pembuatan karya ini, juga untuk memupuk semangat anggota STT Abdi Yowana. “Jadi ini diharapkan bisa memumpuk semangat semua anggota. Sekarang ini STT kita baru saja berganti ke pengurusan yang baru,” kata Yoga.
Penilaian Karya Ogoh-ogoh
Penilaian lomba Ogoh-ogoh di tingkat kecamatan Buleleng sudah mulai di lakukan pada Selasa, 7 Maret 2023. Sebanyak 67 peserta dari 9 kecamatan akan dinilai serentak mulai tanggal, 7 hingga 10 Maret 2023.
Hasil penilaian tingkat kecamatan akan dicari 3 besar yang akan mewakili lomba ogoh-ogoh di tingkat kabupaten. Hadiah 3 besar tingkat kecamatan mendapat hadiah masing-masing 5 juta.
Juri tingkat kecamatan Nyoman Suardika mengatakan, bobot tertinggi dalam penilaian lomba Ogoh-Ogoh yang diselenggarakan oleh Provinsi Bali tahun 2023 ini adalah unsur sastra agama. Hal ini bertujuan Ogoh-Ogoh sebagai media pendidikan dalam memahami tentang makna ajaran agama Hindu.
Para Yowana memulai dari perencanaan dan pembuatan ogoh-ogoh kemudian informasi dan makna dituangkan dalam sinopsis secara tidak langsung para Yowana mengetahui makna ajaran agama Hindu.
“Ogoh-ogoh tidak hanya eforia dalam pengarakan tapi eforia sebagai media memaknai ajaran agama yang akan merubah perilaku kehidupan manusia,” harapnya.
Selain sastra agama, kreatifitas melalui perpaduan teknologi dan bahan alami yang digunakan juga sebagai unsur penting penilaian. Sementara, sambutan kepada dewan juri dengan Bleganjur tidak masuk kriteria penilaian.
Disisi lain, Anggota Sekeha Teruna Malong, Desa Adat Beratan Samayaji, Pande Ole mengatakan, tema Ogoh-Ogoh yang dibuat adalah Punarbhawa atau Reinkarnasi dengan ditambahkan Macan sebagai Jaga -Jaga Desa.
Pande Ole menambahkan, lama pembuatan Ogoh-Ogoh sekitar 36 hari mulai dari awal hingga selesai.
“Bahan yang digunakan alami ulatan dari rotan, bambu, kertas koran serta kertas coklat” singkatnya. (tim)