Ditengah Disrupsi Teknologi Guru PPKn Harus Optimis Tumbuhkan Kebanggaan Diri

Singaraja, koranbuleleng.com | Di tengah lompatan besar perkembangan teknologi, guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sering kali mengalami perlawanan antara nilai moralitas yang diajarkan dengan kondisi sosial sepenuhnya.  

Dunia Pendidikan menghadapi dua sisi wajah yang berbeda karena perkembangan teknologi bisa membawa dampak yang positif dan negatif dunia pendidikan.  Dampak positif, tenaga pendidik dapat dengan mudah mencari referensi bahan mengajar. Guru juga dengan mudah mencari media pembelajaran bagi siswa. Sementara konten-konten yang tidak layak bagi anak usia sekolah juga tidak mudah dibatasi sehingga mengancam pengetahuan anak didik karena informasi yang tidak jelas terserap begitu saja.

- Advertisement -

Kondisi ini menjadi beban berat bagi guru PPKn. Di satu sisi, tugas guru PPKn secara intensif menanamkan nilai-nilai moral Pancasila yang bercorong pada empat konsensus bernegara, namun disisi lain nilai-nilai tersebut dirusak oleh konten di media sosial dampak dari perkembangan teknologi itu.

Sekda Buleleng, Gede Suyasa berharap ditengah disrupsi teknologi ini agar para guru PPKn terus menumbuhkan kebanggaan sebagai tenaga pendidikdan tidaklelah menangkal segaga bentuk perkembangan pengetahuan yang tidak sesuai dengan moralita seorang ketimuran.  “Kalau guru terkontaminasi dengan terorisme dan separatisme, maka kehidupan bernegara akan hancur. Jadi guru PPKn jangan berkecil hati. Banggalah karena masih bisa mengajak anak-anak mempertahankan bangsa dan negara, menghormati pahlawan, pemimpin, guru, orang tua, teman dan lingkungannya,” ujar Suyasa dalam acara seminar Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Undiksha, Rabu 7 Juni 2023.

Suyasa menambahkan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan sudah diketok palu beberapa waktu lalu. Sehingga isi perda sudah dapat ditindaklanjuti setelah dikeluarkannya peraturan Bupati (Perbup).

Beberapa diantaranya seperti mengumandangkan lagu Indonesia Raya di seluruh tempat umum tiap jam 10 pagi dan salam pancasila di setiap kegiatan. Menurut Suyasa, tenaga pendidik memiliki andil yang besar dalam menguatkan sikap nasionalisme dan patriotisme. Inipun bukan hanya tanggung jawab guru PPKn.

- Advertisement -

Melainkan setiap tenaga pendidik. “Jadi guru itu paling besar tanggung jawabnya menjaga negara. Setiap guru tidak bisa melepaskan diri dalam memberikan transformasi pengetahuan, penilaian perilaku, dan keterampilan. Guru yang non PPKn pun diminta agar ikut menyisipkan nilai-nilai kebangsaan Pancasila walaupun tidak mengajarkan mata pelajaran tersebut,” terang dia.

Gede Suyasa berharap seluruh masyarakat dapat menginternalisasikan karakter Pancasila dan wawasan kebangsaan. Guna menghadapi semakin masifnya ancaman dan dan hambatan yang multi dimensi. “Jika dulu semata-mata hanya fisik dan ekonomi, sekarang sudah masuk ranah personal dan lewat IT. Jadi dulu memberikan ceramah langsung dengan mengumpulkan orang, sekarang pesan-pesan ancaman sudah bisa masuk lewat sosial media,” tutur Suyasa.

Suyasa juga mengingatkan Guru memang punya keterbatasan tetapi masih punya kontribusi besar agar negara tetap ajeg. Guru PPKn akan berhadapan dengan konsepsi idelogi, humanisme, spiritualisme, dengan pragmatisme, materialisme, dan lain sebagainya.

Sama seperti Konsepsi Trisakti Bung Karno yang berhadapan dengan imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme. Dua kutub tersebut akan terus beriringan dengan kehidupan. Siapa yang kuat maka itu yang akan menang. “Makanya jangan merasa kecil hati, kalau diakumulasi maka akan menjadi kekuatan dahsyat untuk melemahkan bangsa dan negara. Oleh karena itu harus ditumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan dari dalam diri guru,” tutupnya. (*)

Pewarta : Edy Nurdiantoro

Editor    : I Putu Nova Anita Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts