Singaraja, koranbuleleng.com | Brahma Vihara Arama, di Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, menjadi salah satu obyek wisata spiritual yang penuh rasa keindahan, sehingga memikat pengunjung dari berbagai Negara.
Ketika memasuki area, ada sebuah patung Buddha besar yang berada di tengah kolam berisikan teratai. Patung tersebut sudah terlihat menawan dari jalan raya.
Dari sisi arsitektur bangunan, kawasan ini terlihat menyajikan harmoni spiritual, bangunan yang penuh dengan tema-tema akulturasi dan alam yang menakjubkan.
Suasana pagi di Brahma Vihara Arama sangat menyejukkan. Wihara yang berada di ketinggian lebih dari 300 mdpl ini merupakan tempat ibadah umat Buda. Tetapi sejumlah umat yang tidak beragama Buddha juga diperbolehkan melaksanakan meditasi disana. Wihara ini kurang lebih berjarak sekitar 15 kilometer dari kawasan wisata Lovina.
Luas tanah wihara ini sekitar 1,5 Hektar, dengan area khusus untuk bangunan Brahma Wihara Arama sekitar 35 are, sementara sisanya merupakan lahan perkebunan yang mengelilingi wihara, dan dikelola oleh yayasan Giriakkhito Mahathera.
Ada tiga suku kata dari nama wihara tersebut dan punya makna mendalam, Brahma, Vihara, dan Arama. Brahma memiliki arti mulia, luhur, teruji, dan agung. Vihara memiliki arti cara hidup, sedangkan Arama memiliki arti tempat. Sehingga jika digabungkan ketiga kata tersebut memiliki makna sebuah tempat yang digunakan untuk melatih diri serta menempa perilaku mulia dan luhur.
Saat pembangunan area wihara, didapatkan melalui sumbangan dan pembinaan yang dilakukan oleh Bikku Giri, yang berperan sebagai Bikku Darma Duta, kepada umat di seluruh Indonesia. Umat-umat mengakui bahwa Wihara di Banjar Tegeha ini difungsikan untuk persembahyangan dan meditasi serta mengembangkan pandangan terang selama 7 hingga 17 hari.
Latihan meditasi mencakup duduk bersila, berjalan seimbang, dan acara kebaktian. Dengan tujuan mendalam yakni mengenal, mengendalikan, dan membersihkan pikiran, serta mencapai kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha yang pada akhirnya membantu melepaskan diri dari kehidupan keduniawian. Wihara ini disebut-sebut sebagai salah satu tempat atau pusat meditasi terbaik di Indonesia.
Wihara ini tergolong tua, sudah ada sejak tahun 1970. Ada nuansa berbeda ketika berkunjung ke objek wisata ini, selaras dengan adanya proses akulturasi yanag terlihat dari ragam ornamen yang sangat khas.
Salah satu pemandu di Brahma Vihara Arama, Doni, mengatakan secara fisik bangunan ini banyak mengambil tema akulturasi atau perpaduan budaya dari gaya bangunan Bali dan Tibet serta Negara lain. Seperti patung-patung yang berdiri lebih dominan mirip dengan patung-patung Buddha yang ada di Thailand.
Setiap beranjak dari bangunan satu ke bangunan lain, akan melewati tangga yang berisikan tulisan-tulisan khusus sebagai cermin dari ajaran Budha, yang mempunyai filosofi bahwa ada banyak jalan menuju kedamaian. “Terkadang manusia sering berfikir bahwa ajaran mereka lah yang paling benar, padahal sejatinya kita memiliki satu tujuan, dan membangun karakter agar terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kekeliruan pandangan.” ujar Doni.
Vihara ini mempesona dengan beragam bangunan menarik, khususnya Dharmasala 1 dan Dharmasala 2 yang kerap menjadi pilihan utama warga untuk bermeditasi. Di dua bangunan ini terlihat banyak ukiran-ukiran yang memukau.
“Fungsi dari kedua ruangan itu adalah sama-sama tempat untuk bermeditasi, Dharmasala 1 di fokuskan untuk meditasi karena tempatnya yang lebih luas, sedangkan Dharmasala 2 digunakan untuk melaksanakan puja bhakti dalam umat Buddha,” ujar Doni.
Selain Dharmasala, patung stupa yang sangat besar terlihat bersinar ketika terkena pancaran matahari. Bangunan dengan symbol genta itu mirip sekali dengan sejumlah bangunan di pura milik umat hindu.
Dari keunikan beberapa bentuk bangunan ini menjadikan wisatawan tertarik untuk mengeksplorasi keindahan wihara.
Brahma Vihara Arama tidak bernaung di bawah organisasi tertentu, karena memang sifatnya yang universal dan tidak dibatasi oleh suku, ras, agama, dan budaya.
Keberadaan wihara ini juga memancing roda kehidupan ekonomi karena sebagai obyek wisata spiritual. Penduduk setempat turut berperan aktif memberikan sinergi. Mereka yang bekerja dalam industri wisata membentuk kesejahteraan ekonomi, menciptakan harmoni multikultural di sekitar vihara. (*)
Kontributor : Gede Arix Wahyudhi Jana Putra
Editor : I Putu Nova Anita Putra