Singaraja, koranbuleleng.com | Ribuan warga Kota Singaraja tumpah ruah di jalan untuk menyaksikan kemeriahan Pengerupukan Festival, yang digelar oleh Desa Adat Buleleng, Jumat, 28 Maret 2025. Festival ogoh-ogoh ini melibatkan 14 banjar adat, menghadirkan arak-arakan spektakuler yang menyedot perhatian masyarakat.
Antusiasme warga yang begitu besar membuat Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, berencana menggelar Pengerupukan Festival di seluruh desa adat di Kabupaten Buleleng mulai tahun depan. Keputusan ini diambil untuk menguatkan tradisi budaya serta mendorong sektor pariwisata daerah.

Baca Juga : Sakralnya Tawur Kesanga di Buleleng, Harmoni Umat Menyambut Tahun Baru Caka
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, yang turut hadir dalam festival ini, menyambut baik rencana ekspansi festival tersebut. Ia menegaskan komitmen Kementerian Pariwisata dalam mendukung program pelestarian budaya sekaligus penguatan daya tarik wisata di Buleleng.
“Festival ini merupakan modal budaya yang luar biasa bagi Buleleng dalam mengembangkan sektor pariwisata. Festival ogoh-ogoh adalah salah satu bentuk atraksi yang bisa menarik wisatawan,” ujar Ni Luh Puspa.
Pengerupukan Festival tahun ini resmi dibuka oleh Ni Luh Puspa, didampingi oleh pejabat Pemkab Buleleng serta sejumlah anggota Forkompimda Kabupaten Buleleng. Pawai ogoh-ogoh dimulai dari Tugu Singa Ambara Raja menuju Catus Pata Singaraja, di mana setiap pemuda dari masing-masing banjar adat menampilkan atraksi dan tarian khas. Selanjutnya, pawai bergerak ke arah utara melalui Jalan Gajah Mada hingga berakhir di Setra Desa Adat Buleleng.

Kelian Desa Adat Buleleng, I Nyoman Sutrisna, menegaskan bahwa festival ini menjadi momentum kebangkitan tradisi budaya setelah vakum akibat pandemi COVID-19.
“Mudah-mudahan Pengerupukan Festival terus mengakar dan menjadi bagian dari program kebudayaan Pemkab Buleleng,” kata Sutrisna.
Senada dengan itu, Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, menekankan bahwa festival ini merupakan inspirasi bagi pembangunan kebudayaan yang berkelanjutan.
“Tahun depan, Pengerupukan Festival akan digelar di seluruh desa adat di Buleleng,” ungkapnya.
Bupati juga berharap Kementerian Pariwisata terus memberikan dukungan terhadap upaya pelestarian budaya, sehingga dapat berdampak langsung pada peningkatan jumlah wisatawan ke Buleleng.
Dalam kesempatan yang sama, Ni Luh Puspa mengingatkan bahwa pengembangan pariwisata harus tetap berlandaskan prinsip keberlanjutan dan keseimbangan dengan lingkungan.
“Konsep besar pengembangan pariwisata harus menciptakan pariwisata berkualitas, di mana budaya dan wisata berjalan berdampingan,” tegasnya.
Menurutnya, Pengerupukan Festival berpotensi memberikan dampak ekonomi yang merata dan membuka peluang kolaborasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan keindahan alam dan kekayaan tradisi yang dimiliki, Buleleng diyakini mampu menjadi destinasi unggulan dalam pariwisata berbasis budaya.
Pawai Ogoh-Ogoh di Berbagai Desa Adat Semarakkan Malam Pengerupukan
Selain Pengerupukan Festival, iring-iringan manusia juga memadati pawai ogoh-ogoh di Desa Adat Banyuasri, Singaraja. Puluhan ogoh-ogoh diarak oleh sekeha teruna-teruni serta sejumlah anak-anak, menciptakan suasana meriah. Pawai ini menyusuri Jalan Jenderal Sudirman dan menampilkan atraksi di pertigaan Jalan Sudirman – Jalan Ahmad Yani. Sejumlah pecalang tampak sibuk melakukan pengamanan jalur untuk memastikan kelancaran arus pawai.
Tak hanya di Banyuasri, beberapa desa adat lainnya seperti Desa Baktiseraga dan Desa Panji juga menggelar pawai ogoh-ogoh dan atraksi budaya untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Sejauh ini, seluruh rangkaian pawai ogoh-ogoh di Buleleng berlangsung dengan aman dan tertib. (*)
Pewarta : I Putu Nova Anita Putra