Singaraja,koranbuleleng.com | Ribuan krama Desa Adat Nagasepaha, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, mengikuti prosesi melasti menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947. Upacara sakral ini digelar pada Kamis 27 Maret 2025, dengan tujuan menyucikan sarana upacara di Penyawangan Pura Segara.
Iring-iringan melasti dimulai dari Pura Desa Nagasepaha sejak pukul 07.00 WITA. Sebanyak 19 sarad, baik dari sejumlah Dadia maupun Pura Kahyangan Desa, diusung oleh krama menuju perbatasan desa yang diyakini sebagai penyawangan Pura Segara, berjarak sekitar satu kilometer.

Warisan Leluhur di Penyawangan Pura Segara
Kelian Desa Adat Nagasepaha, Made Darsana, menjelaskan bahwa sejak dahulu, krama desa selalu melaksanakan prosesi melasti di Penyawangan Pura Segara, yang terletak di perbatasan antara Desa Sari Mekar dan Desa Nagasepaha.
“Ini merupakan warisan turun-temurun. Selain itu, di bawah penyawangan terdapat sumber mata air dan pemandian suci yang dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi,” jelasnya.
Berbeda dengan desa lain yang melasti langsung ke segara, Desa Adat Nagasepaha hanya melasti hingga Penyawangan Pura Segara karena keberadaan sumber mata air suci tersebut.

Melasti ke Segara Saat Piodalan Agung
Namun, lanjut Darsana, melasti ke segara tetap dilakukan saat Piodalan Agung di Pura Kahyangan Tiga, yakni Pura Dalem, Pura Prajapati, dan Pura Desa, yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali.
“Kegiatan piodalan ini juga dibarengi dengan prosesi mendak tirta Sanjiwani, yang dimohonkan kepada Sang Hyang Baruna atau Ida Betara Baruna untuk memohon kerahayuan dan keharmonisan bagi warga,” ujarnya.
Makna dan Filosofi Melasti
Upacara melasti memiliki makna penyucian diri dan sarana upacara. Secara sekala, prosesi ini diumpamakan sebagai penyucian diri di sumber mata air yang disakralkan.
“Filosofinya adalah melebur segala kekotoran pikiran, perkataan, dan perbuatan serta memperoleh air suci sebagai sumber kehidupan,” tandas Darsana.
Usai upacara melasti, krama desa akan menggelar pecaruan agung di Catus Pata Desa pada saat pengerupukan, Jumat (28/3). Prosesi ini akan dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh dan penyipengan.
“Kami telah mengimbau pecalang desa untuk menjaga ketertiban dan kesucian pelaksanaan Catur Brata Penyepian. Mereka akan melakukan pengawasan keliling desa,” tutupnya. (*)
Pewarta : Kadek Yoga Sariada