Singaraja, koranbuleleng.com | Momentum 74 tahun Indonesia merdeka harus menjadi pijakan bagi generasi muda untuk selalu meningkatkan daya pikir dan menghasilkan karya yang bermutu bermanfaat bagi khalayak, tentunya bagi Negara.
Ini sebuah langkah berat, namun generasi muda harus memaksa diri untuk menjadi yang terbaik ditengah berbagai persaingan dan ketidakpaastian. Maka menghadapi kondisi itu, keterampilan dan kreatifitas menjadi sebuah pertaruhan.
Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd, menganalisa kondisi itu dan meminta generasi muda mampu menterjemahkan berbagai tantangan itu, termasuk mengangkat peluang yang tertuang dan terpampang di depan mata.
Lasmawan menilai dibalik bertambahnya usia republik ini, berbagai tantangan belum dapat dilepaskan sehingga tantangan itu harus ditaklukan oleh kaum muda. Langkah yang dapat diambil dengan cara berkarya dan meningkatkan keterampilan berpikir.
“Keterampilan berpikir itu, baik dalam memahami peluang di era global maupun tantangan yang ada,” tegasnya, Jumat 9 Agustus 2019.
Kata akademisi yang juga Wakil Rektor II Undiksha ini, generasi muda harus betul-betul mengisi diri dengan belajar dan berkarya untuk kepentingan masyarakat dan bangsa.
Ini pun harus mendapat dukungan dari faktor eksternal. Mulai dari kualitas pendidikan yang baik, termasuk tenaga pendidik di dalamnya maupun dukungan dari masyarakat. “Perlu ada gerakan dan komitmen yang sama,” ucapnya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Memiliki geografis yang luas dan Sumber Daya Manusia yang besar pula. Jika hal itu mampu terkelola dengan baik, menurut akademisi asal Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini akan menjadi kekuatan baru di dunia.
Hanya saja kini, masih ada problem yang harus ditangani bersama, salah satunya dalam bidang pendidikan. Menjelang golden era tahun 2045, generasi muda harus semakin banyak yang menorehkan prestasi, baik pada diri, pada masyarakat dan bangsa.
“Perlu ada pembenahan diri, tidak luruh pada problema di masyarakat adalah kuncinya. Keajegan dalam berpikir, pemahaman terhadap nilai budaya serta wawasan terhadap bagaimana masa depan itu dirancang, menjadi tiga faktor yang harus dipahami generasi muda,” imbuhnya.|NP|