Dampak COVID 19, Nasabah Bank Sampah Kaliber Cairkan Tabungan

Singaraja, koranbuleleng.com| Kesulitan ekonomi dampakd ari wabah COVID 19, nasabah Bank Sampah Kaliber di Bajar DInas Celuk Buluh, Desa Kalibukbuk juga terpaksa mencairkan tabungan dari hasil penukaran sampah selama beberap abulan terakhir.  

Dana yang biasanya dicairkan  menjelang hari raya, namun karena pandemi ini, nasabah terpaksa menggunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

- Advertisement -

 “Tabungan yang ditarik bervariasi. Ada yang baru Rp 30 ribu sudah diambil, tertinggi delapan ratus ribu rupiah. Ada juga tabungan-tabungan yang dari awal tidak pernah diambil akhirnya diambil juga karena dampak COVID 19,” ujar pemilik Bank Sampah Kaliber, I Ketut Budiasa, Sabtu 25 juli 2020

Meski sudah melakukan pencairan namun untuk nasabah yang hendak menabung masih tetap dilayani. Budiasa mengatakan jika selama pandemi  setoran sampah organik di Bank Sampah Kaliber tetap sama  yakni rata-rata 1 ton setiap bulannya.  

Selain membantu mengurangi  volume sampah juga dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

“Sebelum pandemic, setiap hari Sabtu atau Minggu secara rutin warga menyetorkan sampahnya. Namun karena sekarang warga banyak yang di rumah jadi tidak menentu harinya setor sampah. Bisa awal pekan atau akhir pekan,” imbuh Budiasa 

- Advertisement -

Budiasa menceritakan awal mula berdirinya Bank Sampah Kaliber  sejak tahun 2017 lalu  melalui program Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng tentang Bank Sampah.  

Awalnya, keanggotaan bank sampah ini hanya diikuti 30 nasabah saja. Seiring waktu hingga sekarang nasabah sudah mencapai 871 nasabah. Nasabah-nasabah itu merupakan warga  setempat. Selain perorangan, sejumlah instansi juga tergabung menjadi nasabah. 

“Nasabahnya itu warga di sini. Ada juga 5 sekolah mulai dari SD hingga SMP, hotel dan villa juga ada 5,” kata Budiasa.

Awalnya, Budiasa  datang dan mengambil sampah-sampah yang sudah dikumpulkan warga. Namun saat ini sebagian besar warga yang datang ke bank sampah dan membawa sampah yang sudah dipilah dan akan ditabung. Sampah-sampah tersebut dihargai Rp300 hingga Rp6.000 setiap kilogramnya. 

“Awalnya kami sistemnya jemput bola. Namun ada juga program bagi yang mengantar sampahnya sendiri sampah tersebut dihargai lebih mahal, hingga dua kali lipatnya. Makanya mereka tertarik mengantarkan sendiri,” ungkap pria dengan dua anak ini

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga kontrak di salah satu SKPD Kabupaten Buleleng ini menambahkan, jika  kegiatan les pelajaran gratis dan les tari gratis dengan menukar sampah yang diinisiasi pihaknya untuk sementara dihentikan semenjak pandemi merebak empat bulan yang lalu. 

“Kegiatan itu memang menyasar anak-anak bagaimana mereka memilah sampah dan peduli pada lingkungan  dari kecil.  kegiatan tersebut selama pandemi harus kami berhentikan dulu sementara,”  pungkasnya. |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts