Pementasan kesenian mengenang almarhum Nyoman Durpa | FOTO : RIKA Mahardika|
Singaraja, koranbuleleng.com| Tepat penanggal saat ini, empat tahun silam, tokoh kesenian Buleleng, pendiri Padepokan Seni Dwi Mekar, almarhum Nyoman Durpa, meninggal dunia.
Untuk mengenang sang maestro, keturunannya yang kini mewarisi padepokan, Gede Pande Satria Kusuma Yudha menggelar pementasan kesenian dengan cara virtual di Padepokan Seni Dwi Mekar, Kelurahan Banyuning, Minggu, 15 Nopember 2020.
Sang maestro Nyoman Durpa memang sudah tiada. Namun hasil karya seni yang diciptakan almarhum, masih tetap terekam ingatan.
Pertunjukkan seni untuk mengenang empat tahun sepeninggal Almarhum Nyoman Durpa bertajuk “Megambel Uli Jumah”. Sejumlah karya seni almarhum berupa tabuh dan juga tari ditampilkan. Termasuk menyajikan kesenian dari Dangin Enjung dan Dauh Enjung.
Salah satu yang ditampilkan adalah Tari Kekelik yang merupakan ciptaan Nyoman Durpa sekitar era delapan puluhan. Tidak banyak yang mengetahui jika dibalik proses penggarapan tarian ini, ternyata ada sebuah cerita romantis yang tersimpan.
Satria Kusuma Yudha yang akrab disapa Jro Olit ini menceritakan jika proses penggarapan tarian ini adalah awal mula pertemuan Durpa dengan Istrinya Made Mas Swandewi.
Cinta Durpa kepada Mas Swandewi berlanjut hingga mereka mengucap janji perkawinan. Tari Kekelik seakan menjadi hadiah manis dari Durpa sang biduan hati kala itu.
“Jadi Mas Swandewi itu adalah penari pertama tari Kekelik ini, yang tidak lain adalah ibu saya,” tutur Olit.
Menurut Olit, Tari Kekelik ini kala itu diciptakan di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, dalam rangka pelaksanaan festival Gong Kebyar. “Filosofinya itu menceritakan tentang burung paksi atau kekelik besar yang sombong, menganggap semua tidak berguna. Kemudian ada sekawanan kedis perit. Ketika perit ini melawan kekelik sendirian, tidak bisa melawan. Tetapi ketika direbut, burung ini pun mundur karena serbuan burung pipit,” jelas Olit.
Selain tari kekelik, kesenian lain hasil karya Durpa yang juga ditampilkan adalah Tabuh Tari Sekar Ranta, dan juga Tari Magrumbungan. Sementara untuk kesenian dari Dangin Enjung menampilkan Tari Pudak Sinunggal, dan Tari Dauh Enjung Tari Palawakya Dauh Enjung.
Tidak hanya itu, dalam pementasan virtual itu juga menampilkan Karya Baru berjudul Tari Praduala Nilayam, dengan piñata Tabuh Gede Pande Olit dan Penata tari Eka Santi Dewi.
Olit mengatakan, selain untuk mengenang empat tahun meninggalnya Nyoman Durpa, pementasan virtual ini juga sebagai upaya untuk tetap produktif selama terjadinya pandemic COVID-19. “Kami ingin menjaga dan melestarikan kesenian tradisi yang ada di Buleleng. Kekayaan kita sangat besar. Kami tidak ingin ini hilang. Dan Dwi Mekar berkomitmen untuk menjaga tetap lestari,” ujarnya.
Pementasan kesenian secara virtual itu juga mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Menurutnya, tidak ada alasan bagi para pelaku seni untuk tidak produktif dalam situasi pandemi. Ia pun berharap agar apa yang dilakukan padepokan Seni Dwi Mekar Singaraja bisa menginspirasi para pelaku seni lainnya untuk bisa berbuat yang sama.
“Kami harapkan ara pelaku seni agar terus melakukan penggalian, pengembangan dari seni. Hal ini supaya terus dipupuk kembangkan, supaya kreativitas tetap tumbuh dan berkembang di tengah pandemi.
Kami juga akan memprogramkan gelar seni virtual, kami sudah hubungi para pelaku seni membuat garapan untuk nanti kita agendakan dalam pekan seni di Buleleng,” ujar Dody. |
Pewarta : Putu Rika Mahardika
Editor : Putu Nova Anita Putra