Dewa Ananda |FOTO : dokumen pribadi|
Singaraja, koranbuleleng.com | Tepat sudah setahun kepengurusan Dewa Ananda dan sungguh jadi ujian pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (HMJ BSID) Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Namun, tanpa dinyana jika pandemi mengubah hidup manusia di bumi. Program kerja yang sudah siap, yang disusun hanya beberapa hari sebelum pandemi. Tiada terbersit di pikiran siapapun jika dunia akan berubah. Dalam segala kegamangan itulah, Dewa Ananda menjalankan organisasi mahasiswa di tingkat jurusan, yang bernggotakan sekitar 300-an mahasiswa.
20 Pebruari 2021, Dewa Ananda dan pengurus HMJ BSID menyerahkan tongkat estafet. Pengalaman setahun pandemi, mungkin sedikit menjadi pedoman menyelenggarakan sebuah organisasi yang hampir seluruh kegiatannya akan dilakukan secara virtual.
Acara suksesi ini dihadiri oleh Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, ketua jurusan dan sekretaris, koorprodi, dan sejumlah dosen, serta perwakilan lembaga mahasiswa di FBS dan Undiskha. Pada sambutannya, dekan FBS, Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., menyampaikan penekanan-penekanan penting terkait suksesi dan peran mahasiswa yang sangat berat saat ini dalam kancah kompetisi universitas di Indonesia dan di luar negeri.
“Hari ini kalian mneyelenggarakan suksesi. Ini acara rutin. Namun demikian jangan menganggap acara ini biasa-biasa saja.” Kata Dekan, yang terasa sangat mendasar.
Menurut Prof. Sutama, suksesi menjadi hal yang sangat penting karena akan menghasilkan pemimpin untuk setahun berikutnya.
Dia menjelaskan, “Dalam bahasa inggris pemimpin itu disebut leader, yang bermakna mengarahkan. Peran penting pemimpin seperti penunjuk jalan menuju cita-cita organisasi.”.
Karena itu dia memberikan penekanan bahwa memilih pemimpin yang berkualitas akan berdampak bagi roda organisasi. “Ini artinya, salah memilih pemimpin, itu sangat berisiko. Jika salah, akan sangat fatal.” terangnya. Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian yang di kalangan mahasiswa yang hari ini tengah bersidang di bawah pandemi global.
Dekan menyatakan dengan jelas bahwa seluruh anggota akan tersesat jika salah memilih pemimpin. Pada bagian ini Prof. Sutama lantas menyampaikan satu cerita yang sarat ajaran kempimpinan.
“Suatu kali kami mendaki gunung. Dengan pemimpin dari desa yang dekat dengan gunung Agung. Pemimpin kami bingung. Tapi ia tak terus terang keadaan anggota bahwa dirinya sebenarnya tidak tahu arah.” cerita Sutama.
Karena itu, “Karena ia bingung maka rombongan kami sampai di sungai kering. Akhirnya kami ikuti jalur sungai. Kabut tebal, Hujan lebat mengakibatkan banjir bandang. Bisa dibayangkan jika kami ada di sungai.” Lanjutnya.
Pengalaman yang seperti ini tentu tidak terjadi jika penunjuk arah dapat menunjuk arah dengan baik. “Jadi Pemimpin itu penunjuk arah. Ia harus paling paham dengan arah organisasi.” Tegasnya.
Lewat cerita pengalaman nyata ini, dekan menyampaikan pesan penting bahwa memilih orang yang tahu arah adalah pedoman dalam memilih pemimpin. Tahu arah saja belum cukup dan dekan menambahkan, “Tentu semakin baik, jika pemimpin itu berpengalaman. Karena kepemimpinan adalah keteladanan maka harus diihat siapa yang patut diteladani.”
Diakhir sambutan, Sutama menegaskan bahwa peran mahasiswa saat ini berat karena ikut menentukan akreditasi lembaga. Karena itu semakin penting memiliki pemimpin yang baik. (K-Ar)