Singaraja | Warga Bali Aga di Buleleng yakni Desa Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa dan Banyusri (SCTP-B) sedang menjajagi persatuan antar desa untuk pengembangan kawasan Bali Aga sebagai kawasan terpadu dan strategis.
Baik pengembangan dari dari sisi ekonomi, pelestarian adat dan budaya, pelestarian lingkungan serta kesejahteraan sosial dan keamanan.
Keinginan warga Bali Aga untuk bersatu dalam satu visi dan misi yang sama diungkapkan sejumlah tokohnya. Keinginan ini dilatarbelakangi dengan kesamaan adat dan budaya serta karakter wilayah.
Sejumah kendala memang dihadapi kawasan itu untuk berkembang, diantaranya permasalahan infrastruktur serta keamanan. Hambatan ini butuh dukungan dari pemerintah untuk mencarikan jalan keluarnya.
Perbekel Banyusri Nyoman Sukadana sempat mengutarakan harapannya apabila kawasan Bali Aga bersatu untuk mensejahteraan masyarakat secara keseluruhan maka akan sangat baik. Potensi yang dimiliki Bali Aga sangat bagus diberbagai bidang. Mulai dari lahan pertanian dan perkebunan yang subur, Adat istiadat dan budaya yang juga unik, serta memiliki sejumlah lokasi strategis yang juga bisa dikembangkan untuk kawasan wisata.
“Beberpa tokoh Bali Aga memang sudah sempat bertemu untuk menjajagi ini. Saya kira bagus. Kendala kami yang paling krusial saat ini adaalah infrastuktur air yang masih sulit untuk diakses. Sumber air ada, namun perlu dana untuk mendistribusikan secara merata. Kita butuh dukungan itu dari pemerintah supaya kawasan ini menjadi berkembang. Yang kedua tentu juga soal keamanan. Kita perlu menyatukan persepsi bahwa Bali Aga itu aman kok untuk didatangi,” ungkap Sukadana beberapa waktu lalu di kantor desa Banyusri.
Sukadana merasa, ada istiadat dan budaya did esa-desa di Bali Aga memiliki kesamaan antar wilayahnya. Itu dimungkinkan karena ada beberapa catatan sejarah yang mengatakan bahwa antar desa di Bali Aga ini mempunyai hubungan tradisi dan historis di masa lalunya.
“Di desa kami ada prasasti Banyusri. Konon prasasti itu ada yang menyatakan bahwa desa-desa di Bali Aga ini mempunyai hubungan historis di masa lalaunya. Entah seperti apa hubungan di masa lalu kita belum tahu persis juga. Sebagian prasasti itu belum bisa terbaca dengan baik karena banyak faktor. Hubungan itu juga dibuktikan bila ada upacara adat di Banyusri, beberapa desa di Bali Aga ini juga membawa sejenis sumbangan ke Banyusri tetapi bukan dalam bentuk uang, namun semacam seserahan seperti daging dan sebagainya,” terang Sukadana.
Disi sisi lain, aparatur Desa Pedawa, Nyoman Arjana juga mengharapkan hal yang sama yakni bersatunya Bali Aga untuk menjadi lebih baik. “Saya pula berharap, Bali Aga ini maju dari sis ekonomi, pelestraian adat budaya dan juga soal kawasan wisatanya. Mari kita bangun kebersamaan itu dengan bersama-sama,”kata Arjana Minggu (1/5).
Sementara salah satu tokoh dari Desa Sidatapa, Wayan Ariawan juga mengaku sedang getol menjajagi sejumlah d esa di Bali Aga untuk melakukan konsolidasi membangun kawasan Bali Aga menjadi desa strategis.
Kawasan strategis yang dimaksud itu yakni maju dibidang ekonomi, lestari dibidang ata dan budaya serta lingkungan, serta tumbuh kembangnya dunia pariwisata.
“Kami memang sudah bertemu dengan beberapa tokoh Bali Aga, kita butuh konsep yang lebih matang untuk membuat Bali Aga ini menjadi lebih baik. Soal lingkungan, ekonomi dan adat budaya. Kita tata itu semua, kita diskusi bareng. Mudah-mudahan kedepan bisa terwujud dengan baik,” kata Ariwan yang selama in juga getol menjaga lingkungan tetap hijau.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan pemerintah pusat sedang melakukan kajian ilmiah terkait dengan upaya pelestarian adat istiadat dan budaya di Bali Aga. Pelestarian adat dan budaya Bali Aga sangat penting karena menjadi kekhasan yang dimiliki oleh Buleleng.
Beberapa waktu lalu, kata Sutrisna sempat dilakukan diskusi terbatas dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait keberadaan Bali Aga ini.
“Kalau pengembangan pariwisata belum mengarah kesana, namun kemarin sempat ada diskusi untuk pelestarian adat dan budaya Bali aga. Nanti pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan juga akan melakukan kajian ilmiah terkait dengan adat dan budaya Bali Aga di lima desa ini.“ terang Sutrisna Sabtu (30/4) saat simakarama Gubernur Bali digelar.
Sutrisna mengatakan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng saat ini menunggu dulu kajian dari pemerintah pusat terkait hal itu. Namun pada intinya, kata Sutrisna pelestarian adat dan budaya di kawasan Bali Aga sangat penting, sementara pariwisata secara otomatis bisa menjadi bonus dari upaya pelestarian itu. |NP|