“Wee wee (bibi..bibi) nak ngenken ento?,” sapa Cantiasa dengan Bahasa Bali kepada seorang perempuan yang sudah uzur.
Singaraja | Danrem 163/Wirasatya, Kolonel (Inf) I Nyoman Cantiasa tampak tidak ragu untuk menyusuri jalan yang telah dibuka oleh prajuritnya bersama masyarakat di Dusun Pucak Sari, Desa Gerokgak dalam agenda TNI Manunggal Membangun Desa ke 96.
Perwira yang sejak awal berkarir sebagai tentara professional di satuan elit Kopassus ini adalah figur tentara yang cukup cerdas, disegani anak buah dan ramah terhadap warga sipil.
Dia mengajak sejumlah prajuritnya termasuk Dandim 1609 Buleleng, Letkol (Inf) Budi Prasetyo untuk memeriksa setiap detil akses jalan yang telah dibangun, mulai dari pemadatan tanah, saluran air, saluran subak serta menyapa sejumlah warga di Dusun Pucak Sari, Desa Gerokgak, Selasa (3/5).TMMD di Desa Gerokgak membuka akses jalan dusun sepanjang kurang lebih 1,3 Kilometer.
Perwira kelahiran Desa Bubunan, 26 Juni 1967 ini meminta keberadaan TNI di Bali harus menjadi solusi bagi rakyat yang sedang membutuhkan kesejahteraan. Program TMMD ini menjadi salah satu solusi dari TNI untuk ikut berperan dalam membangun Bangsa.
“Keberadaan Tentara di Bali harus mampu menjadi solusi bagi rakyat. Kebetulan kami punya program TMMD yang dilaksanakan di Dusun Pucak Sari, Desa Gerokgak dengan berbagai permasalahannya. Daerah ini sangat urgen untuk dibangun, karena pertama ini terisolir, dan kedua mereka harus sejahtera. Banyak hasil pembangunan dari masyarakat tetapi kurang optimal karena tidak ada akses jalan. Kami dari TNi bersama Pemerintah Kabupaten Buleleng, Kepolisian, komponen masyarakat lainnya harus memberi yang terbaik buat rakyat Buleleng,” paparnya saat meninjau lokasi TMMD di Dusun Pucak Sari.
Sebagai perwira yang malang melintang dalam dunia tempur, Cantiasa tampak tidak pernah canggung ketika berhadapan dengan siapapun termasuk masyarakat sipil. Ini dibuktikan juga saat meninjau pembangunan jalan TMMD di Dusun Pucak Sari Desa Gerokgak. Sepanjang perjalanan, Dia terlihat akrab bercengkrama dengan warga desa, termasuk menyapa penduduk yang sedang berada di rumah-rumah milik warga. “Wee Wee (bibi..bibi) nak ngenken ento?,” sapa Cantiasa dengan Bahasa Bali kepada seorang perempuan yang sudah uzur.
Sebagai seorang tentara, Cantiasa yang juga adik kandung dari tokoh perempuan Buleleng Made Santiari ini punya segudang pengalaman dalam bidang strategi tempur. Dia juga pernah dikirim ke luar negeri sebagai salah satu Pasukan perdamaian mewakili Indonesia. Sejumlah jabatan bergengsi juga pernah diemban di tubuh TNI-AD.
Cantiasa mengaku dilahirkan sebagai seorang anak desa. “Saya orang Buleleng. Saya lahir di Bubunan, dibawah kebun bambu. Jadi sama dengan bapak-bapak yang juga lahir sebagai petani. Sebenarnya, menjadi petani itu enak cuma saat ini pikiran banyak orang masih belum memahami betul pekerjaan petani. Padahal petani itu adalah pekerjaan yang bisa membuat sejahtera,” kata Cantiasa saat mengobrol dengan warga Dusun Pucak sari.
Cantiasa mengaku sudah 30 tahun lebih merantau ke luar Pulau Bali untuk bertugas sebagai seorang tentara. Dan kini Dia pulang ke tanah kelahirannya menjabat sebagai Danrem 163/Wirasatya, Bali. Cantiasa mengaku setelah kembali pulang ke Bali, Dia masih merasakan nilai-nilai kearifan lokal Bali yang masih agung.
“Saya salut dan kagum dengan Bali. 30 tahun saya merantau, ternyata nilai-nilai kearifan lokalnya masih sangat baik. Ini sangat baik untuk dikembangkan sebagai bagian dari program untuk membangun masyarakat Bali yang lebih Baik,” ujarnya.
Cantiasa mengemban tugas sebagai Komandan Resort Militer 163/Wirasatya sejak Agustus 2015. Jabatannya sebelum mengemban tugas sebagai Danrem 163/Wirasatya adalah Danmentar Akmil. Cantiasa sendiri pernah tercatat sebagai lulusan terbaik Akmil tahun 1990 dan karya tulis terbaik Dikreg XLI Sesko TNI tahun 2014 lalu. |NP|
Riwayat Jabatan
- Danseko Pusdikpassus
- Dandenma Kopassus
- Waasintel Danjen Kopassus
- Dansat-81/Kopassus (2010)
- Danpusdikpassus] (2012)
- Pamen Ahli Bid. Taktik Khusus Gultor Danjen Kopassus (2013)
- Pamen Denma Mabesad (Dik Sesko TNI (2014)
- Danmentar Akmil (2015)
- Danrem 163/Wirasatya (2015)