Singaraja, koranbuleleng.com|Kedelai merupakan bahan utama dalam pembuatan tahu tempe. Namun, harga kedelai impor kian hari kian melonjak, hal itu membuat para pengusaha tempe tahu menjadi kebingungan.
Di tengah kegalauan para produsen tempetahu akibat harga kedelai yang terus meroket, kepulan asap masih tetap tebal dari cerobong dapur pembuatan tempe tahu di lingkungan Taman Sari, Kelurahan Kampung Baru Rabu, 23 Februari 2022 siang. Cuaca yang cerah nan terik memperlihatkan kepulan itu dengan jelas.
Lingkungan Kampung Baru sendiri telah menjadi Sentra pembuatan tempe tahu sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Dengan lonjakan harga kedelai impor mereka pun tetap melakukan produksi. Namun dengan lonjakan itu, mereka pun harus mengurangi beban biaya produksi tempe tahu.
Di salah satu rumah produksi tempe tahu. Obet, 35 tahun, bersama temannya Alex, terlihat sibuk melakukan proses pengerjaan tahu. Suasana di dalam tempat pembuatan tahu tempe, itu pun sangat panas. Hingga membuatnya harus melepas baju, untuk melepas gerahnya. Hawa panas itu berasal dari tempat perebusan sari kedelai yang akan digunakan bahan membuat tahu.
Obet menuturkan, ia telah 8 tahun, bekerja sebagai pembuat tempe tahu di perusahan tersebut. Ia yang berasal dari Kabupaten Jembrana ini menetap di Lingkungan Taman Sari, bersama istrinya yang berasal dari lingkungan setempat. Biasanya ia mulai bekerja dari pukul 05:00 Wita hingga pukul 15.00 Wita.
Obet menyebut, setelah harga kedelai impor yang menjadi bahan utama pembuatan tahu tempe melonjak, perusahaan tempatnya bekerja pun mengurangi produksi tempe tahu.
Biasanya sebelum kenaikan harga kedelai impor naik per harinya ia biasa menggarap 4 karung.Masing-masing karung isinya 50 kilogram kedelai untuk dijadikan tempe tahu. Namun, kini ia hanya menggarap 2 karung kedelai saja. Biasanya dalam 1 karung isi 50 Kilogram itu bisa di proses menjadi 16 ember tahu dengan isian 240 kotak tahu. Biasanya tahu dalam 1 embernya dijual dengan harga Rp 45 ribu dan 1 lonjor tempe Rp 10 ribu.
“Penjualan tahu ga bisa naik, kalau naik jualnya sulit. Biasanya kerjain 4 karung kedelai, sekarang hanya 2 karung saja karan harganya naik,” kata dia.
Selama 8 tahun ia bekerja sebagai pembuat tempe tahu, baru kali ini kenaikan harga yang terparah hingga hampir mencapai Rp12 ribu per Kilogram. Namun, beruntung dengan kenaikan itu upah yang dia dapat tidak dipotong. Selain itu, Obet menambahkan pengusaha di lingkungan setempat pun tidak sampai mogok untuk melakukan pembuatan tempe tahu dan hanya mengurangi produksinya saja.
“Saya disini kerja borongan, per hari dibayar Rp 100 ribu bersih sudah dapat makan. Ya beruntung tidak dengan kenaikan itu gaji saya tidak dikurangi,” tutupnya.|YS|