Singaraja, koranbuleleng.com| Pagi itu, ratusan krama lanang atau warga lelaki di Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Buleleng, terlihat memadati area paling luar Pura Desa setempat. Mereka tampak menggunakan pakaian khusus.
Mereka menggunakan pakaian seperti raja. Dengan menggunakan gelungan joged legong, memakai songket serta kain kancut berwarna putih yang membentang seperti ekor.
Panjang kain kancut itu bisa mencapai 1,5 meter. Mereka juga mengenakan keris yang diselipkan di punggung. Nantinya pakaian itu yang akan digunakan mereka menari, dalam tradisi Ngigel Desa.
Tradisi ini ditarikan hanya dalam upacara Ngusaba Desa Sarin Tahun yang dilangsungkan setiap 2 Tahun sekali pada purnama kapat. Tarian ini ditarikan oleh Krama desa ngarep dan sampingan di desa adat Padangbulia di Jaba Pura Desa Padangbulia.
Sebelum tradisi ini dilaksanakan, pada Selasa, 11 Oktober 2022 para krama lanang ini sudah menggunakan pakaian tersebut. Pada hari pergantian siang menuju sore hari tersebut. Mereka melakukan mendak rejang. Baru pada, Rabu 12 Oktober 2022 pagi, mereka menari tradisi Ngigel Desa.
Tarian itu dilakukan bergantian, dengan mengelilingi satang sebagai simbol purusuha di bagian madya mandala pura. Setelah menari, krama yang sudah mendapat giliran itu akan menunjuk krama lainnya. Hal itu, dilakukan sampai semua krama mendapat giliran menari.
Bendesa Adat Desa Padangbulia, Gusti Nyoman Bisana mengatakan, tradisi ini sudah secara turun temurun dilaksanakan. Untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, karena sudah memberikan kesuburan bagi perkebunan warga. Karena sebagian besar warga setempat bermata pencaharian sebagai petani petani lahan basah maupun kering.
“Upacara ini untuk mengucapkan rasa terima kasih pada Tuhan, karena sudah diberi limpahan rejeki. Khususnya hasil pertanian di desa kami,” ucanya.
Sebelumnya, 2 tahun saat pandemi Covid-19 masih tinggi. Upacara ini hanya digelar secara sederhana dan hanya diikuti oleh prajuru desa saja. Kini tradisi yang sangat, ditunggu-tunggu warga desa setempat ini kembali dilaksanakan secara meriah.
Krama desa bersuka cita menjalankan tradisi ini. Juga menjadi hiburan kepada krama desa, saat turun gerakan tarian penari juga membuat senyum simpul penonton dan tepuk tangan.
“Kami bersyukur Pujawali ini bisa dilaksanakan kembali. 2 tahun lalu saat awal pandemi Covid-19 Karya Agung Pujawali Sarin tahun ini tidak bisa dilaksanakan karena tidak boleh berkerumun, dan hanya dilakukan piodalan alit saja yang dilaksanakan oleh pengurus desa saja,” kata dia.|YS|