Singaraja, koranbuleleng.com | Praktek jurnalistik dalam peliputan Pemilu 2024 didorong agar mampu menyuguhkan data yang akurat dan kredibel dengan menerapkan jurnalisme data yang profesional sebagai pondasinya.
Sekjen AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia), Wahyu Diatmika menerangkan karya jurnalistik yang padat data penting untuk mengawal demokrasi pada Pemilu 2024.
Di era kemajuan teknologi saat ini, sebenarnya data publik makin mudah diakses di internet.
Dalam praktek jurnalistik, data memberikan konteks dan kedalaman, juga membantu jurnalis memahami ‘gambar besar’ sebelum reporter turun ke lapangan.
“Kemampuan komputer makin canggih, sebenarnya akan makin mudah mengolah dan menganalisa data serta bisa dijadikan basis untuk melaksanakan prakter jurnalisme yang bertanggungjawab,” ujar Wahyu Diatmika saat workshop Peliputan Pemilu 2024 di Denpasar, Senin 31 Agustus 2023.
Namun Wahyu mengingatkan bahwa ada sejumlah aspek yang harus diperhatikan ketika jurnalis melakukan pengolahan data. Bahwa database dibuat oleh orang yang tidak bebas dari kesalahan, diibuat pada momen tertentu untuk periode tertentu.
Database bukanlah kenyataan melainkan representasi dari realitas dalam
bentuk angka, karena itu data tetap perlu dilengkapi dengan reportase lapangan dan wawancara.
“Hal pertama yg harus dilakukan adalah memastikan akurasi dari database
yg akan kita gunakan dan memastikan analisa kita juga tidak keliru. Karena itu: skeptisme, verifikasi dan cross checking tetap amat krusial.” terangnya.
Saat ini, kata Wahyu hampir semua berita indepth dan investigatif membutuhkan data untuk menjelaskan konteks dan kedalaman isunya. Tanpa data, sebuah laporan
jurnalistik dinilai kurang lengkap.
Proses riset yg mengawali semua kerja jurnalistik juga kini tak bisa
dilepaskan dari data dan analisa data. Jurnalisme data sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kerja-kerja jurnalistik yang ideal di semua ruang redaksi.
“Semua berawal harus dari data,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi, Tri Agung Kristianto mengingatkan agar wartawan selalu mempedomani kode etik jurnalistik dan ketentuan lain, agar produk jurnalistik kepemiluan menghasilkan keluaran demokrasi yang baik.
Ada empat prinsip penting bagi jurnalis saat melakukan peliputan Pemilu, independensi, imparsialitas, keberimbangan dan etika.
“Sehingga Wartawan atau Pers secara umum mampu mengawal Pemilu sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang berkualitas,” ujar Tri.
Peran Pers sangatlah dinanti sebagai kontrol dalam setiap tahapan Pemilu. Dalam peliputan Pemilu, pers hars memberikan ruang Pendidikan pada pemilih tentang demokrasi dan Pemilu sebagai salah satu sarana mencapai demokrasi.
Pers dituntut mampu .engedukasi publik untuk terhindar dari misinformasi, disinformasi, dan malinformasi seputar Pemilu .
Selain itu, meningkatkan partisipasi pemilih untuk menggunakan hak pilih dalam Pemilu
Mampu menyuarakan kepentingan warga dalam demokrasi, terutama kelompok rentan dan termarginalkan dalam pembangunan.
Pers juga dituntut untuk menginformasikan perkembangan tahapan Pemilu, menyediakan infiormasi tentang parpol ataupun kandidatnya.
“Tidak kalah penting, mencegah disintegrasi bangsa akibat politisasi identitas dan lainnya,” Tri berpesan.
Menurutnya, Pers penting untuk mengawal tahapan Pemilu agar menjadi kompetisi yang legal dalam memilih pemimpin, anggota legislatif. Masyarakat juga menjadikan Pemilu sebagai sarana pembelajaran politik karena Pers mampu menyuguhkan fakta yang sebenarnya tanpa ada tekanan politik dan kepentingan kelompok tertentu. (*)
Pewarta : I Putu Nova Anita Putra