Singaraja, koranbuleleng.com | Jika melewati pertigaan Jalan Hasanudin dan Jalan Imam Bonjol, Singaraja, pada saat matahari terbenam, sebuah bengkel dengan sistem pencahaan yang sangat mencolokakan mencuri perhatian pelintas jalan. Bengkel inipun buka hingga malam hari, pukul 22.00 wita.
Hal itu yang membuat bengkel Edie Arta, menjadi salah satu bengkel yang unik di Singaraja. Bahkan, konsep bengkel dengan buka hingga malam menggunakan sistem pencahayaan yang begitu banyak, membuat bengkel ini terus berkembang pesat. Ternyata, banyak pemilik motor yang tidak punya waktu untuk melakukan perbaikan kendaraan sepeda motor pada jam kantor, justru bisa dilakukan pada sore hari hingga malam hari.
Selain itu, bengkel lekat dengan kotor akibat benda-benda cair yang menempel di sudut bangunan. Namun, kondisi itu pengecualian bagi bengkel Edie Arta yang dikelola oleh Made Putra Edi, sang pemilik.
Di Bengkel itupun, Edi menyatukan usahanya dengan usaha lain yakni resto dan kafe. Ini menjadi salah satu bagian strategi bisnis untuk menunjang bisnis utamanya. Namun dari sisi pelayanan, strategi ini membuat konsumennya nyaman melakukan perbaikan sepeda motor.
Sambil menunggu perbaikan, konsumen bisa mencicipi menu resto ataupun hanya sekedar minum kopi. Atau bahkan, ada juga warga yang hanya datang untuk sekedar menikmati menu di resto dan kafe Edie Arta itu.
Edi, salah satu pengusaha muda yang sukses di Buleleng. Dia mengelola bengkel sepeda motor dari bawah, dari bengkel biasa di Desa Bungkulan. Bengkel pertama dikelola sendiri dan mengerjakan perbaikan sepeda motor sendiri. ”Awal awal sendiri, tangan saya ini yang mengerjakan sendiri, belepotan oli, minyak dan lainnya sudah biasa,” tutur Edi mengenang masa lalu.
Edi salah satu sosok muda yang selalu punya optimisme. Dia membesarkan usahanya dengan terus mengejar pengetahuan dari berbagai aspek dan juga jaringan pertemanan, hingga kini Bengkel Edie Arta sudah membuka lima cabang di beberapa wilayah di Buleleng.
Lima bengkel itu diantaranya, di Desa Bengkala Kecamatan Kubutambahan, Desa Tangguwisia Kecamatan Seririt, Desa Bungkulan Kecamatan Sawan, Kelurahan Sukasada, dan di Kelurahan Banjar Bali (pertigaan Jalan Hasanudin dan Jalan Imam Binjol), Singaraja. Dari seluruh bengkel yang telah dibuka, Edi memperkerjakan 230 orang karyawan.
Ratusan karyawan itu juga dibayar sesuai dengan upah minimum kabupaten (UMK) yang ditetapkan oleh pemerintah. Baginya, pekerja adalah aset perusahaan yang membawa perusahaan terus berkembang. Setiap saat, dia kadang memberikan penghargaan bagi pekerja-pekerja di perusahaannya seperti memberikan tiket dan fasilitas berwisata ke sejumlah wilayah bahkan sampai ke luar negeri.
Selain memperhatikan karyawan, Edie Arta bisa menjadi besar, karena dirinya rajin menyerap ilmu dari berbagai pihak. ”Bahkan saya belajar akunting, perpajakan sejenisnya melalui seminar, workshop saya ikuti agar benar-benar paham lini perusahaan,” katanya.
Dia mengaku, walaupun pondasi keterampilannya adalah seorang mekanik, namun ketika usahanya bertumbuh maka harus paham seluk beluk di dalam perusahaanya. Soal latarbelakang Pendidikan, Edi dulu hanya mengenyam pendidikan diploma mekanik di sebuah Lembaga pendidikan profesional di Denpasar.
Dia mengaku pernah memiliki pengalaman pahit soal perpajakan karena kurang memahami tentang perpajakan itu sendiri. “Saya pernah kurang bayar pajak karena memang kurang paham.dannilainya besar sekali. Dari pengalaman itu, saya belajar tentang pajak, akuntansi dan lainnya,” kata dia.
Mengelola usaha agar terus tumbuh, maka inovasi harus terus ditumbuhkan. Edi mengaku setiap saat harus berfikir membuat sesuatu yang beda, termasuk soal penampilan para pekerjanya. Dia dengan sengaja mencari pekerja yang berpenampilan cantik dan ganteng, di divisi manapun karena setiap karyawan pasti akan selalu bersinggungan dengan konsumen. “Paras cantik, Ganteng rambut rapi.Tidak ada pekerja saya berambut panjang termasuk mekanik. Bahkan berat badan juga diperhatikan agar penampilan terlihat bagus.” terangnya.
Dia mengaku bahkan menaruh timbangan badan di setiap pintu masuk bengkel. Timbangan badan itu sebenarnya disediakan bagi karyawan, agar setiap saat bisa menimbang berat badan.
Soal seragam bagi karyawan pun dia ketat. Setiap hari, ada jadwal yang berbeda untuk penggunaan seragam. ”Belanja untuk seragam karyawan besar setiap tahun, karena saya memang memperhitungkan profesionalisme, penampilan yang utama, sopan santun agar konsumen memang percaya terhadap perusahaan kami,” kata dia.
Dari hal-hal yang terkesan sepele itu, Edi sangat menjaga agar citra perusahaannya tetap bagus dengan cara menjaga rasio kepuasan konsumen agar tetap baik.
Edie Arta tidak hanya menjual jasa perbaikan, namun bengkel ini pula menjual sparepart kendaraan seluruh jenis kendaraan sepeda motor. Bengkel ini bahkan kini berkembang sebagai penyalur besar onderdil ke sejumlah bengkel kendaraan bermotor. Untuk itulah, kedepan, Edi mengaku akan memperbaiki “jantung” dari bisnis utamanya itu yakni Gudang.
“Saat ini, saya belum berfikir lagi membuka cabang, namun harus membangun Gudang yang bagus untuk keluar masuk barang yang kita jual keluar daerah.” ucap pria yang punya angka lahir 21 Desember 1986 ini.
Tantangan kedepan akan terus berganti seiring dengan kemajuan teknologi. Edi juga mengaku harus menyiapkan usahanya untuk terus beradaptasi dengan kemajuan yang ada. Persaingan usaha bukan lagi menyoal dengan perusahaan lain dengan bisnis utama yang sama, namun perubahan teknologi yang begitu cepat.
Saat ini, penjualan kendaraan listrik semakin maju. Sistem mekanika kendaraan listrik jauh berbeda dengan kendaraan konvensional yang ada saat ini yang menggunakan bahan bakar minyak. “Jika ada kerusakan kendaraan listrik, tidak mencari mekanik mesin namun yang dibutuhkan adalah ahli kelistrikan atau tenaga elektronik. Dan pemeriksaan terhadap seluruh itemnya juga menggunakan digitalisasi, jadi kemajuan teknologi sudah melompat jauh sekali mewajibkan kita untuk terus adaptif,” kata dia. (*)
Pewarta : Kadek Yoga Sariada
Editor : I Putu Nova Anita Putra