Singaraja, koranbuleleng.com| Minggu sore itu, Mayun (32) tiba di Bank Sampah Kaliber, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng. Setelah memarkir sepeda motornya, pria dengan nama lengkap I Made Mayun Maha Diputra itu mengayunkan langkah kakinya menuju tempat yang biasa digunakan untuk latihan menari.
Sejumlah anak-anak telah berkumpul menunggu dia. Mereka langsung menyapa dan mencium tangan Mayun.
Tak berselang lama, Mayun menyalakan sebuah sound system dan mengkoneksikannya dengan handphone Android miliknya. Dia kemudian memutar sebuah musik gamelan. Musik itu sekaligus jadi tanda bahwa latihan tari di Bank Sampah Kaliber sudah dimulai.
Mayun kemudian bergerak gemulai namun tegas. Dia memberi contoh menarikan Tari Barong di hadapan anak-anak anggota Bank Sampah Kaliber. Setelah memberikan contoh, pemuda yang mukim di Kelurahan Sukasada itu meminta anak-anak mengikuti gerakannya dalam menari barong. Sikapnya yang humanis dan humoris, membuat pria itu semakin dekat dengan anak-anak.
Mayun merupakan relawan di Bank Sampah Kaliber. Dia terlibat dalam aktivitas bank sampah sejak 2019 silam. Setidaknya sekali dalam sepekan, dia selalu menyempatkan diri melatih tari bagi anak-anak yang bergiat di Bank Sampah Kaliber.
Bank Sampah Kaliber merupakan salah satu bank sampah binaan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. Bank yang terletak di Banjar Dinas Banyualit itu sudah beroperasi sejak tahun 2017 silam. Bank ini bukan hanya menjadi lokasi menabung sampah, tapi juga jadi lokasi belajar anak di sekitar desa. Anak-anak tidak pernah membayar biaya les, mereka hanya diminta membawa sampah plastik seadanya.
Keberadaan bank sampah itu tidak lepas dari peran Ketut Budiasa, 37. Dia resah melihat volume sampah di Desa Kalibukbuk terus meningkat. Dia pun menjadikan rumahnya sebagai markas bank sampah. Budiasa kemudian mengajak anak-anak di sekitar rumahnya, agar lebih peduli terhadap lingkungan.
Mengawali bank sampah bukan perkara mudah. Masyarakat sempat ragu dengan keberadaan bank sampah. Mereka menganggap bahwa kegiatan yang dilakukan bank sampah tersebut hanyalah sebagai ajang untuk meraup keuntungan pribadi semata.
“Mereka (masyarakat) kan sudah tahu bagaimana susahnya mengelola sampah, jadi mereka berfikir kita ini tidak serius menjalankan ini, hanya mencari sensasi saja, dan mereka menganggap ini hanya strategi kita untuk memperoleh bantuan dari pemerintah ataupun swasta”, ujar Budiasa sembari bercerita, minggu sore 29 Oktober 2023 lalu.
Keraguan itu akhirnya bisa diatasi dengan sosialisasi dan edukasi yang masif kepada warga. Budiasa juga memperluas cakupan kegiatan di bank sampah. Bukan hanya menabung sampah, namun juga kegiatan di bidang akademis dan seni budaya. Sebut saja pelatihan megambel, menari, dolanan, maupun bimbingan belajar.
Bank sampah tidak pernah menarik biaya. Anak-anak cukup membawa sampah kemasan botol plastik atau sejenisnya. Sampah akan dikumpulkan ke Bank Sampah Induk E-DARLING melalui Bank Sampah Kaliber.
“Pesertanya tidak terbatas untuk anak-anak dari Banyualit saja. Anak-anak dari desa lain juga bisa berpartisipasi,” ungkap Budiasa yang juga staf di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng itu.
Aktivitas yang konsisten, membuat Bank Sampah Kaliber makin dipercaya masyarakat. Sejumlah warga memutuskan melibatkan anak-anak mereka di bank sampah. Seperti yang dilakukan Wayan Sukrada, 32. Anaknya, Gede Wira yang baru berusia 11 tahun, ikut Latihan megambel di bank sampah itu sejak 2021 silam.
Ia mengaku sangat merasa manfaat dari keberadaan bank sampah. Apalagi bank sampah juga memberi kesempatan anak-anak belajar dengan biaya murah. “Hanya dengan pergi membawa sampah, pulangnya bawa ilmu pengetahuan dan keterampilan,” kata Sukrada.
Dukungan juga data dari pemerintahan desa. Kepala Seksi Pelayanan Desa Kalibukbuk, Komang Sutanaya menuturkan, pemerintah desa sangat mendukung dan mengapresiasi keberadaan Bank Sampah Kaliber. Bank itu banyak membantu penanganan sampah, dalam hal ini sampah plastik.
“Lingkungan di desa kami menjadi lebih bersih dan tidak ada lagi terlihat sampah-sampah plastik yang berserakan,” ujarnya.
Sejauh ini pemerintah desa baru bisa memberikan dukungan moral kepada bank sampah. Sutanaya juga menyatakan pihak desa selalu menyiapkan pengelola bank sampah tiap kali ada program sosialisasi maupun gerakan di bidang lingkungan. (*)
Kontributor : Ketut Edi Artawan
Editor : I Putu Nova Anita Putra