Singaraja, koranbuleleng.com | Gerakan literasi sekolah kini sudah mulai merambah Buleleng. Gerakan ini menggerakkan para siswa untuk setiap hari bisa membaca selama 15 menit. Gerakan ini sangat penting untuk meningkatkan minat baca serta menjadikan budaya yang positif secara luas di masyarakat.
Gerakan literasi sekolah di Buleleng ditandai dengan Deklarasi Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan di SMAN Bali Mandara dan dirangkaikan dengan Festival Literasi melibatkan sejumlah sekolah di Buleleng, Jumat 18 Nopember 2016. Deklarasi Gerakan Literasi Sekolah ini diresmikan oleh Kadis Pendidikan Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa didampingi Ketua PGRI Buleleng Nyoman Darta.
Gede Suyasa menjelaskan gerakan literasi sekolah ini menggriing para siswa untuk terus membaca dan menulis tentang apapun. Minimal dalam satu hari, para siswa bisa membaca selama 15 menit tentang tema apapun dan jenis bacaan apapun sesuai dengan minat baca.
“Tidak harus buku pelajaran. Bisa buku fiksi, jurnal ilmiah, kliping koran, artikel, pokoknya apa saja. Gerakan literasi ini juga tidak harus dilakukan di perpustakaan sekolah,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Buleleng, Gede Suyasa.
Untuk mensukseskan gerakan literasi skeolah ini, masing-masing sekolah termasuk sekolah dasar agar menambah daftar koleksi buku di sekolah.
Menurut Suyasa, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) wajib digunakan untuk membeli buku. Karena itulah dana BOS bisa mendukung gerakan literasi dalam jangka panjang.
“Yang penting itu, bagaimana meningkatkan minat baca, sehingga itu menjadi kebiasaan, dan itu menjadi sebuah kultur. Ketersediaan buku, gedung perpustakaan, itu fisik semata. Targetnya itu, membaca bukan lagi sebuah keterpaksaan, tapi sebuah kebutuhan,” terang Suyasa.
Sementara Ketua PGRI Buleleng Nyoman Darta membuktikan gerakan literasi yang sudah dimulai oleh SMAN Bali Mandara menajdikan banyak siswanya meraih prestasi.
Darta yang juga Kepala Sekolah SMAN Bali Mandara menyatakan di sekolahnya gerakan lietrasi tidak hanya mewajibkan siswanya memabca selama 15 menit namun 30 menit. Gerakan ini sudah dimulai sejak tahun 2012. Dari kebiasaan membaca ini, siswa mampu memunculkan karya-karya inovatif dan diakui oleh dunia.
“Mereka itu bisa membuat sebuah karya, lalu kami himpun jadi buku kumpulan puisi, kumpulan cerpen, atau mungkin hasil karya lain. Mereka jadi bisa membuat sebuah penelitian, melakukan percobaan ilmiah, atau melakukan hal-hal untuk berwirausaha,” ujar Darta yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 Singaraja.
Gerakan literasi sekolah sebenarnya sudah dicanangkan lewat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2015. Dalam peraturan ini, sekolah diharapkan melakukan gerakan literasi sekolah untuk meningkatkan minat baca yang masih rendah. Gerakan dilakukan secara sistematik, masif, dan terstruktur. |NH|