Singaraja, koranbuleleng.com | Mendengar kata Kuburan, tentu salah satu hal yang ada dipikiran adalah suasana seram atau dalam istilah Bali disebut tenget. Karena kuburan memang peruntukkannya melakukan kegiatan upacara untuk orang yang sudah meninggal. Kalau dalam agama Hindu, kuburan dimanfaatkan untuk melaksanakan Upacara Pitra Yadnya, baik untuk acara penguburan, maupun acara pengabenan.
Namun kesan tenget ini nampaknya ingin dihilangkan oleh Kelian Desa Pekraman Buleleng Nyoman Sutrisna. Pasalnya, saat ini Nyoman Sutrisna yang juga sebagai kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng tengah melakukan upaya dan penataan, untuk merubah image kuburan. Salah satu upaya penataan yang dilakukan dengan melaksanakan penghijauan di Setra Buleleng. Dipimpin langsung kelian Desa Pekraman Buleleng Nyoman Sutrisna, krama desa yang berasal dari 14 banjar adat secara berkelanjutan melaksanakan gotong royong dan pembersihan, serta penanaman pohon di setra Buleleng, yang dilakukan setiap akhir pekan.
“Karena dulu kondisi Setra Buleleng ini masih tidak tertata dengan baik, banyak tumbuhan liar yang tumbuh, makanya setiap hari minggu kita rutin melakukan gotong royong bersama dengan krama. Kalau sekarang sekarang ini minimal setiap dua minggu sekali kita melaksanakan gotong royong,” jelas Klian Desa Pekraman Buleleng Nyoman Sutrisna.
Pria kelahiran 27 Januari 1960 ini, bahkan ingin menjadikan setra Buleleng menjadi salah satu paru paru Kota Singaraja. Ia pun bersama dengan krama berusaha keras untuk mewujudkan cita cita itu, dengan terus melakukan penanaman pohon di Setra Buleleng yang memiliki luas mencapai 1,7 hektar tersebut.
“Kita tahu sendiri bagaimana mobilitas kendaraan di Kota Singaraja yang tinggi. Makanya saya berkeinginan menjadikan Setra Buleleng ini salah satu paru paru kota. Disana kami sudah tanam banyak jenis pohon pohon yang besar, sehingga nantinya bisa digunakan juga sebagai tempat berteduh,” Ungkapnya.
Penataan di Setra Buleleng yang menjadi salah satu wewidangan Desa pekraman Buleleng ini tidak hanya sebatas melakukan penanaman pohon. Namun penataan juga dilakukan dengan mempercantik suasana setra Buleleng, salah satunya dengan melakukan program tamanisasi. Sejumlah tanaman hias ditanam dan memasang sejumlah patung patung untuk mempercantik Setra Buleleng. Penerangan juga dilakukan dengan memasang lampu disejumlah titik, sehingga saat malam pun, Setra Buleleng tidak terkesan menyeramkan.
Menghapus kesan seram di Setra Buleleng, Nyoman Sutrisna juga ingin menjadikan lokasi itu menjadi tempat rekreasi yang bisa dinikmati masyarakat. Apalagi di Setra Buleleng terdapat sebuah pohon kelumpang atau lebih dikenal dengan pohon kepuh, yang memiliki nilai historis saat masa penjajahan colonial Belanda.
“Cita cita saya juga ingin menjadikan Setra Buleleng sebagai temat rekreasi. Kenapa demikian. Karena memang tempat itu memiliki nilai sejarah. Di Setra Buleleng itu ada sebuah pohon kepuh yang usianya sudah seratus tahun lebih. Konon pada zaman kolonial, pohon itu dulu dijadikan tempat untuk mengintai kedatangan kapal Belanda saat bersandar di Pelabuhan Buleleng,” Ujarnya.
Kini, Setra Buleleng sudah mulai tertata rapi dan indah. Nyoman Sutrisna pun berharap kepada seluruh krama atau masyarakat yang memanfaatkan Setra Buleleng, untuk ikut serta menjaga kebersihan setra. Sehingga bisa tetap dimanfaatkan dengan nyaman oleh Masyarakat.|RM|