Singaraja | Ada banyak anggapan tentang Aksara Bali. Ada yang menganggap bahwa Aksara Bali itu “Tenget’, hanya bisa dipelajari oleh orang-orang tertentu saja. Ada juga yang menganggap sulit mempelajari Aksara Bali. Dan banyak anggapan lainnya, karena itulah Aksara dan Bahasa Bali seperti ditinggalkan di era yang serba canggih seperti sekarang.
Namun sejumlah pemuda justru melawan anggapan-anggapan itu. Mereka yang mencintai Bahasa Bali dan Aksaranya menganggap Aksara Bali harus terus dipertahankan oleh pemuda termasuk dalam ranah industri kreatif. Akhirnya, sekelompok Pemuda Peduli Bahasa Bali ini menelorkan produksi Kaos Ketut Garing dengan motif Aksara Bali. Kaos ini diproduksi di Denpasar namun diedarkan ke seluruh Bali. Namun sejauhini produksinya masih sesuai pesanan.
Kaos Ketut Garing ini secara khusus memproduksi kaos dengan motif Aksara Bali. Salah satu pemilik usaha clotingnya, Nyoman Suka Ardiyasa mengungkapkan produksi kaos Ketut Garing adalah salah salah satu upaya pelestarian Bahasa Bali dari sisi ranah kreatif.
Menurutnya, Pelestarian bahasa Bali perlu dilakukan disegala lini, bukan hanya diranah formal semata melainkan harus mampu merambah ranah industri kreatif. Ketika Aksara Bali berada pada ranah-ranah yang mudah untuk diakses maka secara tidak langsung akan mampu memancing kecintaan masyarakat Bali untuk terbiasa melihat aksara Bali.
“Dari ranah kreatif ini, kesan atau anggapan bahwa aksara Bali itu “tenget” dan hanya bisa dipelajari oleh orang-orang tertentu saja akan hilang dengan sendirinya. Memakai baju Kaos dengan motif Aksara Bali ini tetap keren kok, tidak kalah dengan kaos dengan symbol-symbol yang banyak dijual di distro-distro lainnya,” papar Suka Ardiyasa.
Penciptaan kaos Ketut Garing ini bermula sejak tiga bulan lalu dengan misi pelestarian Bahasa Bali. Dari produksi awal sudah tercetak 200 picies dengan 3 desain. “Dari 200 pcs yang kita produksi itu semuanya sudah habis, dan sekarang dalam proses cetak selanjutnya,” terang pria yang juga dosen di IHDN Denpasar.
Proses cetaknya, kata Suka Ardiyasa masih menggunakan jasa cetak dari perusahaan lain. Pihaknya belum mempunyai properti untuk mencetak kaos karena baru dirintis dan terkendala dengan modal. “Kita memasarkan juga apa adanya. Dari teman ke teman lah. Kami juga pasarkan melalui media sosial, ada juga Fanpage Facebook Ketut Garing Kaos Aksarara Bali,” katanya.
Di dinding wall Fanpage FB Ketut Garing Kaos Aksara Bali ada tertulis kalimat seperti ini “Sebagai sebuah akar budaya, maka Bahasa Bali memegang peranan vital mengagungkan peradaban Bali yg begitu “Luwih”. Tetua kita mewariskan keagungan. Saatnya yg muda menjaga, memelihara dan mengembangkan Masa Depan Bahasa Bali. Semangat Muda adalah amunisi yang jadi kekuatan Masa Depan Bahasa Bali. Saatnya yg muda didepan dan terdepan?”. Kalimat itu, Kata Suka Ardiyasa selain untuk menyasar target pemasaran ke anak-anak muda, juga sebenarnya sebuah cara untuk memberikan pengaruh positif dalam upaya pelestarian Bahasa Bali.
Kaos Ketut Garing ini dijual dengan sistem paket. Harga satu paket Rp.120 ribu berisi satu baju kaos beserta satu buah buku pengenalan aksara Bali dan satu lembar poster aksara Bali. “Dengan cara ini, konsumen tidak hanya membeli baju semata tetapi sekalian belajar bahasa Bali,” tambahnya.
Dari tiga jenis desain sebelumnya, kata Suka Ardiyasa nantinya akan dikembangkan lagi beberapa tambahan desain. Belakangan, ada banyak permintaan kaos Ketut Garing ini supaya diproduksi untuk kebutuhan pakaian anak-anak. |NP|