Singaraja | Dulu, Banyak yang takut melancong ke Desa Sidatapa, di Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. Ketakutan itu tidak terlepas tentang imej dari luar bahwa warga Desa Sidatapa punya karakter keras dan gampang emosi hingga tidak segan-segan bisa melukai orang lain. Namun kini imej tersebut sebenarnya sudah lama hilang, warga Desa Sidatapa cukup terbuka dengan pergaulan.
Wayan Ariawan, salah satu tokoh masyarakat Desa Sidatapa yang juga aktif dalam sebuah organisasi sosial Buleleng Harmoni adalah salah satu tokoh yang membawa angin perubahan di Desa Sidatapa. Ariawan mengaku, imej tersebut kini sudah dihilangkan dengan cara komunikasi dan pergaulan sosial yang baik.
“Kami merubah imej dari “De Kemu” menjadi “ Lan Kemu”. Silahkan buktikan sekarang, siapapun yang masuk Desa Sidatapa kami terbuka, kami sapa. Jangan takut. Kalau dulu iya, mungkin seringkali ada warga bebondong-bondong ke jalanan bawa klewang (pedang) untuk berkelahi dan sejenisnya. Sekarang tidak ada lagi seperti itu. Masyarakat kami sekarang sangat getol melakukan kampanye pelestarian lingkungan,” papar Ariawan.
Merubah imej itu diakui Ariawan memang sangat sulit karena terkait dengan pola pikir dan prilaku masyarakatnya. Namun dengan kerendahan hati di era keterbukaan seperti sekarang semua bisa dipahami oleh warga Desa Sidatapa.
Kini, Sidatapa sedang mencipta dan merealisasikan SIDATAPA ASLI yakni Sidatapa Aman, Senyum, Lestari dan Indah. “Aman bagi mereka yang datang ke sini karena merasa terlindungi, Senyum sapa kepada mereka yang datang, Lestarikan apa yang menjadi warisan adat dan budaya Desa Sidatapa, lalu buat sesuatu yang Indah dengan memerangi sampah, penghijauan, biarkan burung-burung itu berkeliaran di alamnya. Ini sebenarnya sudah menjadi Uang, karena kita sedang berusaha merintis lapangan pekerjaan dari desa,” kata Ariawan. Slogan SIDATAPA ASLI itu juga diadopsi dari keaslian desa ini sebagai Desa Bali Aga.
Ariawan juga mengaku dirinya bersama sejumlah anak-anak muda Desa Sidatapa sedang merancang dan membuat secara massal sebuah souvenir dengan bentuk seorang pertapa. Souvenir ini dibuat dengan ukuran kecil-kecil yang akan diberikan kepada wisatawan yang melancong ke Desa Sidatapa.
“Pembuatan souvenir masih dalam tahap perencanaan. Suvenir pertapa ini bukan asal buat, tetapi ada sebuah mitos tentang seorang pertapa itu sejak lama. Nah, ketika ada wisatawan yang datang ke Sidatapa kita berikan itu. Helloo Bapak, Ibu ini souvenir khas Desa Kami,” papar Ariawan.
Menurutnya, Semua rancangan ke arah yang lebih baik sedang digagas untuk Desa Sidatapa. Sidatapa punya potensi yang luar biasa sebagai Desa Bali Aga. Ada kebiasaan warga yang sejak turun temurun membuka usaha kerajinan anyaman dari bambu. Bentuknya berbagai jenis. Ini juga salah satu potensi sejak lama yang menjadi kekhasan Desa Sidatapa.
Tempat-tempat wisata alam juga tidak kalah dengan daerah lainnya. Lihat saja, jika berkunjung ke Desa Sidatapa yang berada diatas ketinggian kurang lebih 500 meter diatas permukaan laut terlihat hamparan alam dan pesisir laut Bali utara.
Sejumlah agenda pelestarian alam juga sedang gencar dilakukan warga Desa Sidatapa. Mulai dari Perang terhadap sampah plastik, penanaman pohon, serta larangan menembak burung.
Ariawan mengaku kesadaran masyarakat Desa Sidatapa juga semakin hari semakin tinggi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Contohnya, kata Ariawan soal perang sampah plastik. Dari tingkat aparatur desa hingga tokoh-tokoh masyarakat menanamkan doktrin bahwa sampah plastik dan sampah jenis lain itu sangat membahayakan kehidupan dan alam, lalu sangat mengotori lingkungan.
“Soal sampah ini kan sangat ruwet. Edukasi yang kami berikan dengan cara melarang masyarakat jangan sampai membuang sampah sembarangan seperti tidak membuang sampah ke tebe atau Sungai. Di desa kami Sungai sangat disakralkan. Kami bilang itu membahayakan kehidupan kita jika membuang sampah ke sungai. Yang kedua, sampah-sampah plastik dikumpulkan menjadi satu dan dibawa ke TPA di desa lain. Kami di Desa Sidatapa belum punya TPA,” ujar Ariawan, Pria kelahiran 4 juli 1968.
Ariawan berharap Pemkab Buleleng bisa memberikan bantuan tempat pembuanagn sampah terpadu. Selama ini, sampah-sampah di Desa Sidatapa dibawa ke tempat pembuangan sampah di desa lain. “Namun kami sudah koordinasi sebelumnya. Ini m urni karena kami belum punya TPST,” paparnya.
Begitupun dengan larangan menembak Burung, Ariawan mengaku memberi pilihankepada masyarakat. Pilihan ituberupa menembak burung atau memilih lahan perkebunan cengkeh tetap hidup. Menurt Ariawan, burung adalah salah satu predator yang bisa memakan hama tanaman cengkeh. “Dari pilihan itu, masyarakat akhirnya sadar untuk memilih lahan cengkeh merkea tetaphidup dan menghasilkan,” ujarnya.
Ariawan menegaskan, bukan hanya pemerintahan desa namun sejumlah tokoh seperti anggota DPRD Kabupaten Buleleng, Wayan Artha juga sangat memberikan support tinggi agenda-agenda yang dicanagkan Desa Sidatapa untuk pelestarian alam. |NP|