Singaraja, Koranbuleleng.com| Mobil bernopol DK 1922 UL mengalami kecelakaan tunggal pada hari Selasa, 2 Januari 2016 sekitar pukul 23.00 WITA di jalan raya Kitamani-Singaraja. Mobil warna putih terjun bebas ke pinggiran kali sedalam 5 meter di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Lokasi kecelakaan tepatnya berada di perbatasan antara Desa Bila dan Desa Tamblang. Selasa, 3 Januari 2017.
Ajaib, meski kendaraan naas yang berpenumpang empat orang dewasa, satu balita dan seorang sopir terjun bebas ke dalam kali, semua penumpang serta sopir itu selamat tanpa luka sedikitpun.
Koming, penumpang mobil naas itu menuturkan bahwa sebelum kejadian ia bersama keluarga melakukan persembahyangan di daerah Sulang, Kabupaten Gianyar. Selesai persembahyangan, satu keluarga ini pun langsung balik menuju Singaraja. Saat itu, mobil Daihatsu Xenia keluaran teranyar tersebut dikemudikan oleh anaknya, bernama Eva.
Karena kondisi jalan licin akibat gerimis hujan, mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang dari arah Gianyar menuju Singaraja. Disamping itu, ia pun memiliki firasat buruk pada malam tersebut.
Benar saja, beberapa meter sebelum memasuki lokasi kejadian, tiba-tiba terdengar letusan yang cukup keras. Ia pun menduga mobil mengalami pecah ban belakang.
Saat bersamaan, mobil itu pun langsung oleng ke kiri dan nyaris membentur pohon besar yang berada sebelah kiri jalan. Karena panik ia pun langsung menegur anaknya untuk banting stir ke kanan setelah melihat haluan jalan saat itu sedang sepi.
“Cucu ada dipangkuan tiyang. Duaarr, bunyinya seperti ban pecah. Saya dengar dari arah belakang mobil, dan mobil langsung slip masuk ke kali,” ujarnya.
Tapi justru mobil semakin hilang kendali, kemudian tergelincir ke luar jalan raya dan langsung terjun bebas ke pinggiran kali dengan kedalaman sekitar 5 meter. Mobil berhenti terperosok setelah tertahan pohon mangga yang ada di lahan milik Desa Adat Bila.
“Tolong, tolong … Namun tidak ada yang mendenger. Malam itu sangat sepi. Selang beberapa menit baru ada beberapa muda-mudi datang untuk menolong kami,” ungkap pria asal Desa Patemon itu.
Proses evakuasi yang disaksikan puluhan warga setempat dilakukan Selasa, 3 Januari pukul 09.00 WITA sempat memancetkan lalu lintas pada jalur tersebut. Setelah mobil berhasil di tarik menggunakan jasa derek, perlahan jalur lalu lintas pun kembali normal.
Pantauan di lokasi, terlihat posisi mobil jatuh ke jurang dengan kondisi ringsek, kaca depan mobil bagian kanan pecah, dengan kepala mobil menghadap ke atas. Bahkan setelah berhasil ditarik ke jalan raya masih terdapat beberapa benda di dalam mobil, seperti tissue serta sepasang sandal.
Sementara itu, pengemudi mobil naas yang enggan namanya dikorankan saat ditemui di lokasi kejadian tak bercerita banyak atas kejadian yang dialaminya. Dirinya seakan belum percaya akan kecelakaan yang menimpanya. Tak ada saksi mata yang melihat kecelakaan tersebut.
“Saat kecelakaan semalam, cuman ibu saya melihat tempat ini katanya banyak bangunannya. Namun nyatanya kok sepi,” singkatnya.
Perbatasan Desa Bila dan Tamblang Dikenal Angker
Jalur Singaraja-Kintamani tepatnya di perbatasan Desa Bila dan Desa Tamblang dikenal sebagai jalur maut. Setiap tahun selalu terjadi kecelakaan lalu lintas dilokasi tersebut. Umumnya kejadian yang terjadi adalah kecelakaan tunggal yang melibatkan mobil atau sepeda motor.
Jero Mangku  Wayan Sukanta (44) warga Desa Tamblang menuturkan jalan lurus dan sedikit menurun sekira 500 meter tersebut memang terkenal angker. Banyak warga yang menuturkan melihat hal-hal magis dilokasi tersebut.
“Orang-orang banyak mengatakan kalau diruas jalan ini angker dan seringterjadi terjadi kecelakaan lalu lintas,” ujarnya.
Konon, Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek itu pun pernah melihat seekor ular yang berukuran sangar besar melintas tepat dihadapannya. Sontak ia pun berhenti, pagi itu dirinya berniat membeli bensin ke SPBU yang terletak di Desa Kubutambahan.
“Sekitar pukul 05.00 WITA. Tiba-tiba saya melihat seekor ular sebesar pohon kelapa. Kepalanya sudah di utara jalan, saya berhenti menunggu ekornya biar bisa lewat,” jelasnya.
Ia pun menyebut salah seorang tetangganya sering menceritakan bahwa anaknya sering melihat bangunan yang sangat bagus berderet tepat di lokasi kecelakaan. Namun pada kenyataannya, tempat tersebut hanyalah tanah kosong yang ditumbuhi semak belukar.
“Itu pak, anaknya Pak Sumar yang sering melihat ada bangunan bagus di tempat ini. Sama seperti yang dilihat oleh sopir yang mengalami kecelakaan,” ungkapnya.
Klian Desa Pakraman Bila Tua, Nyoman Hermawan ketika ditemui koranbuleleng.com membenarkan bahwa ruas jalan memiliki aura yang sangat berbeda.
“Memang betul pak, jika di lokasi kejadian itu angker. Sudah banyak kecelakaan. Bahkan sampai ada yang meninggal dunia,” ujarnya.
Ia pun pernah mengalami kejadian aneh di lokasi itu. Saat melintas dari arah desa tamblang menuju desa bila, tepat di perbatasan desa tiba-tiba saja tempat itu gelap. Ia baru tersadar ketika memasuki setra Desa Tamblang yang terletak hanya 100 meter dari perbatasan desa tersebut.
“Saat itu saya dari pasar Tamblang hendak pulang ke Bila. Melewati perbatasan desa sudah tak ingat apa-apa, ketika sadar tiyang sudah berada diatas pangkungan dekat kuburan Desa Tamblang. Ngeri jika mengingat kejadian tersebut,” pungkasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Bila, I Ketut Citarja Yudiarta saat ditemui di ruang kerjanya. Ia pun tak menampik kerawanan di jalan tersebut. Sebelum kecelakaan tunggal itu terjadi, pada siang harinya juga telah terjadi kecelakaan yang melibatkan pengendara sepeda motor dengan sebuah mobil Suzuki jenis Swift yang jaraknya cukup berdekatan.
“Istilahnya memang tenget. Dulu ada candi bentar di perbatasan Desa Bila dan Desa Tamblang. Anehnya, selesai candi bentar itu dibuat, selalu dihantam mobil ataupun sepeda motor. Lahan di lokasi kejadian itu milik Desa Adat Bila, luasnya sekitar 20 are,” tutupnya.|NH|