Singaraja, koranbuleleng.com | Harga cabe di sejumlah pasar tradisional di Buleleng mencapai harga selangit, Rp.100.000/Kg. Tingginya harga cabe ini karena banyak daerah perkebunan cabe di Jawa dan Bali alami kegagalan panen.
Mahalnya cabe ini membuat pembeli enggan membeli dalam jumlah banyak, sehingga stok cabe milik pedagang di pasar tradisional banyak yang tersisa dan membusuk.
Kondisi itu tentu membuat par apedagang merugi juga. Modalnya tidak bisa berputar cepat dan malah hilang karena cabe yang dijual tidak ada yang membelinya.
Salah satu pedagang cabe di Pasar Anyar, Singaraja, Made Sudeni mengatakan biasanya membeli stok cabe untuk dijual hingga 125 kilogram perharinya. Namun. Kualitas cabe yang dibeli saat ini sangat buruk, banyak yang membusuk sehingga tidak dibeli oleh konsumen, apalagi harganya juga sangat mahal. Kerugian setiap hari yang diderita minimal hingga dua puluh lima kilogram atau setara dengan harga Rp.2,5 juta.
Sudeni mengaku omsetnya selalu berkurang setiap harinya. “Musim seperti sekarang ini, cuaca buruk selalu merugi. Kualitas cabe membusuk semua, kita merugi juga hingga jutaan. Setiap hari cabe yang busuk itu kita temukan hingga dua puluh kilogram bahkan sampai dua puluh lima kilogram,” ujar Sudeni, Kamis 5 Januari 2017.
Pedagang di pasar-pasar tradisional berharap pemerintah bisa turun tangan untuk mencari solusi jangka panjang terkait permasalahan yang terjadi ketika musim cuaca buruk tiba. |NP|