Singaraja, koranbuleleng.com | Balai Wilayah Sungai Bali Penida bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Buleleng sudah mengkaji rencana pembangunan jembatan di sungai saba untuk mempermudah akses jalan para siswa dari Desa Lokapaksa yang bersekolah di SDN 5 Ringdikit, Kecamatan Seririt. Minimal, dibutuhkan dana Rp.1 miliar untuk membangun infrastruktur jembatan ini.
Pejabat Pembuat Komitmen BWS Bali Penida, Made Deni menjelaskan kajian pembuatan jembatan membutuhkan waktu cukup lama. Hal ini butuh kajian yang mendalam karena sungai saba sangat lebar. Jika dimungkinkan untuk membangun jembatan maka akan direalisasikan pada tahun 2017.
Deni mengakui secara jelas bahwa kewenangan pembangunan infrastruktur jembatan ini ada di institusi BWS. BWS akan mengkaji soal kekuatan dari struktur tanah serta tingkat kekuatan arus serta volume air.
“Tentunya dengan kajian-kajian yang ada kami membangun dengan perencanaan yang matang. Kami akan mengambil data dan menganalisa dulu. Apakah nantinya akan menggunakan beton atau baja, ya tentunya kita lihat kondisi sosial dilapangan. Dari sisi anggaran kurang lebih senilai satu milyar.” terang Deni saat berkunjung ke wilayah DAS Saba, Selasa 17 Januari 2017.
Petugas dari BWS memang terlihat memeriksa kondisi di lapangan termasuk mengumpulkan informasi secara langsung ke masyarakat. Pengumpulan informasi ini untuk bahan kajian selanjutnya.
Kondisi selama ini bahwa ketika hujan dengan intensitas tinggi dibagian hulu sungai maka akan terjadi peningkatan volume air sungai.
Bendungan Saba di Desa Lokapaksa ini dibangun sekitar 30 tahun silam tanpa membangun jembatan. Menurut Deni, Diperkirakan kondisi sosial di masa itu berbeda dengan saat ini. Dipastikan, 30 tahun lalu dipinggiran DAS inibelum banyak ada pemukiman, termasuk sekolah.
“Kami melihat kondisi sosial lapangan, dan tentunya ada pertimbangan lain seperti ada sekolah, aktifitas warga yang semakin tinggi, dan lainnya. Tentu (membangun jembatan) itu perlu waktu dari pihak kami,” imbuhnya.
Sementara Kepala Dinas PUPR Buleleng Ketut Suparta Wijaya sendiri berharap bantuan jembatan sementara yang dijanjikan Pemprov Bali bisa segera direalisasikan. Suparta menghimbau agar masyarakat tidak menyeberangkan anak-anaknya, apabila air sudah deras. Meski kini aliran air sudah dikendalikan dari Bendungan Titab, namun peluang terjadinya kecelakaan tetap ada.
“Memang air di Tukad Saba ini sudah dikendalikan dengan adanya Bendungan Titab di atas. Tapi yang namanya arus air tetap membahayakan. Kami berharap, orang tua ataupun warga diskeitar ini agar tidak memaksakan untuk menyeberangkan anak-anak,” katanya lagi.
Seperti diketahui sejak lama, saat musim penghujan air sungai saba selalu meninggi bahkan mengancam keselamatan pemukiman di daerah aliran sungai. Beberapa kali, ketinggiana ir saba memang sempat memproakporandakan sejumlah rumahd i daerah Desa Petemon maupun Desa Lokapaksa dan Desa Pengastulan.
Sementara puluhan anak-anak dari Desa Lokapaksa juga harus menyeberangi sungai ini menuju SDN 5 Ringdikit. Anak-anak ini terpaksa bersekolah di Desa Ringdikit yang hanay berbatasan dengan sungai, karena jarak sekolah di Desa Lokapaksa dengan tempat tinggal mereka sangat jauh. Pilihannya, terpaksa harus bersekolah di SDN 5 Ringdikit.
Karena itu, rencana pembangunan jembatan di Sungai saba ini sangat disambut gembira oleh warga setempat. Jembatan ini sangat bermanfaat bagi para siswa yang menyeberang sungi menuju sekolah.
“Sering lewat sini, sejak kelas satu, tidak diantar, berani, tidak takut banjir, kalo airnya besar tidak sekolah, kadang kadang basah kadang kadang tidak, biarlah pemerintah segera mungkin membangun jembatan diakwasan ini, “ ujar seorang warga, akdek Dharma, yang juga sering membantu anaknya menyeberang dari sungai.
Tercata ada empat puluh orang siswa sekolah dasar yang berasal dari Desa Lokapaksa, harus bersekolah ke Desa Ringdikit. |tim|