Singaraja, koranbuleleng.com| Rumah wanita lanjut usia, Ni Made Tinggen (63) warga dusun Dajan Pangkung, Desa Galungan, Kecamatan Sawan, nyaris ambruk. Lantaran, tanah pekarangan di bagian belakang rumahnya tiba-tiba amblas hingga pondasi rumah itu ikut tergerus.
Rumah yang berada pada wilayah dataran tinggi berukuran 8 x 6 meter pada tanah seluas 300 meter persegi itu dulunya banyak ditanami pohon buah leci. Namun, beberapa tahun belakangan pohon itu pun kemudian ditebang, dan sisa akar pohon leci dibiarkan begitu saja dan mengalami pembusukan. Praktis struktur tanah tidak stabil sehingga menyebabkan tanah tidak kuat menopang dan akhirnya amblas.
Sepeninggal mendiang suaminya, alm Made Astawa, Ni Made Tinggen yang akrab disapa dadong Tinggen hidup sendiri, sedangkan ketiga putranya tinggal di kota Singaraja.
Pantauan koranbuleleng.com, Minggu, 5 Februari 2017 di beberapa bagian tembok belakang rumah tersebut retak dan dasar pondasi bangunan dapur di bagian belakang juga mulai ikut tergerus. Agar tidak ambruk, kerabat dan warga setempat melakukan gotong royong selama dua hari, membantunya dengan menempatkan karung pasir sebagai penyanggah rumah. Tak hanya itu, warga setempat juga membantu dengan berusaha mengurug bekas tanah yang amblas. Namun disebabkan hujan yang terus mengguyur kawasan itu, tanah urug itu pun kembali tergerus, hingga dibagian bawah pondasi rumah terlihat berlubang.
“Mulanya sih tanahnya hanya retak, dan sudah langsung saya laporkan ke kadus Artha. Disarankan untuk membangun senderan,” ucap Tinggen.
Namun, ia pun hanya terdiam mendengar saran tersebut, karena kemampuan ekonomi. Ia tak mampu harus mengeluarkan biaya untuk membangun senderan rumah karena selama ini dirinya hanya mengandalkan dari hasil berkebun yang penghasilannya juga tak menentu.
“Hasil menabung selama tiga tahun, baru mampu beli material pasir, batu. Sedangkan untuk membeli semen dan membayar ongkos buruh saya tidak punya biaya,” ucap Tinggen.
Tinggen juga mengaku, setiap turun hujan selau dirundung cemas dan rasa takut, kalau rumahnya ambruk. Janda lansia itu sebenarnya punya keinginan membangun senderan agar rumahnya tidak sampai tergerus. Namun terkendala biaya ia pun sementara ini hanya bisa pasrah.
Sementara itu, kepala dusun Dajan Pangkung, Kadek Artha saat ditemui di sela-sela gotong royong membenarkan kondisi warga lansia, yang rumahnya memprihatinkan. Namun, sementara waktu pihaknya menurut rencana akan melakukan langkah dan upaya menggalang dana dengan cara swadaya.
“Sekarang kami eksekusi dulu sisa akar di pekarangan ini dengan cara gotong-royong. Dampaknya, selain akan menutup akses jalan utama 23 KK, rumah itu pun terancam jika tidak segera dibangun senderan. Sebab lambat laun tanah tergerus dan rumah itu akan ikut roboh,” ungkapnya.
Sementara ini, agar tanah di rumah itu tidak tergerus saat hujan, warga menempatkan sebuah terpal yang diikat pada atap seng untuk mengalirkan arah cucuran air hujan.|NH|