Singaraja, koranbuleleng.com| Bencana banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu, rupanya membawa dampak buruk terhadap kondisi perairan bawah laut di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula. Kawasan konservasi terumbu karang di daerah perlindungan laut (DPL) pun terancam hingga mengalami kerusakan berupa tutupan karang sampai 80 persen.
Melihat kondisi buruk tersebut, Pelaku konservasi terumbu karang dari Bahari Prawara, Desa Bondalem, Nyoman Sugiartha pun harus bekerja keras melakukan penyelaman untuk monitoring cakupan wilayahterumbu karang yang terancam alami kerusakan parah.
Dari hasil monitoring itu di sekitar laut Desa Bondalem banyak sudut bawah laut mengalami sedimentasi lumpur dan merusak terumbu karang. Sedimentasi itu umumnya terjadi pada kisaran kedalaman 10 meter.
Ia memprediksi faktor utama terjadinya sedimentasi laut karena luberan sampah kiriman dan lumpur yang dibawa banjir dari bagian muara yang merupakan daerah aliran sungai (DAS) utama sebelum lautan.
Kelompok Pengelola Daerah Perlindungan Laut Bahari Prawara Bondalem beranggotakan 11 orang dari warga setempat, langsung melakukan upaya pembersihan secara kontinyu untuk menyelamatkan kondisi bawah laut di perairan Desa Bondalem. Persoalan itu pun telah ia sampaikan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng beberapa minggu lalu.
“Terjadi hampir di sepanjang terumbu karang, pada kedalaman 0,5 meter sampai dengan kedalaman 15 meter. Tertutup sampah juga tanah liat. Paling parah itu, ya, sampah berupa “kaping” (karung plastik) langsung mengendap dan karang berwarna putih. Karang bisa mati,” ujarnya.
Menurutnya, tutupan terumbu karang itu terjadi sampai 80 persen. Namun ada pula terumbu karang yang sudah mengalami sedimentasi. Untuk luasan terumbu karang di laut Desa Bondalem sekitar tiga kilometer, bentuknya memanjang dari arah barat ke timur.
Sugiartha bersama Kelompok Pengelola Daerah Perlindungan Laut Bahari Prawara Bondalem yang berdiri sejak tahun 2008 silam rutin melakukan penyelaman di sport diving laut Desa Bondalem.
Ia belum pernah melihat kondisi bawah air saat ini sangatlah buruk dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Hingga mengakibatkan proses pemutihan karang berjalan begitu cepat dan lambat laun menyebabkan terumbu karang rusak kemudian mati.
Terumbu karang yang selama ini memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekosistem bawah laut telah mengalami kerusakan akibat peralihan musim serta tumpukan sampah plastik
“Terumbu karang ini tidak hanya tempat berlindung ikan, tapi juga memberikan makanan kepada ikan herbivora. Nah, jika sumbernya semakin sedikit, maka ikan herbivora bisa punah. Imbasnya pada rantai makanan laut secara keseluruhan,” papar Sugiartha.
Nyoman Sugiartha selaku pemerhati ekosistem laut sekaligus ketua project konservasi terhadap kelestarian terumbu karang mengatakan bahwa kawasan perairan Buleleng timur sebenarnya banyak memiliki venue sport dive yang sangat bagus dan lengkap.
“Misalnya mau ke tengah, agak kebarat sedikit ada venuenya. Kalau mau dive safari ayo, mau dive ekplore juga ada. Lokasinya di perairan Desa Bukti pada kedalaman 25 meter, disana ada karang super,” jelasnya.
Selama ini konservasi terumbu karang di Desa Bondalem sudah mendapatkan perhatian dan dukungan penuh dari pihak pemerintah provinsi Bali. Kawasan konservasi bahkan telah menerima bantuan berupa hexadome, sebanyak 120 unit yang digelontorkan langsung oleh pemerintah provinsi Bali. Hexadome itu kemudian diletakkan pada dasar laut berpasir di perbatasan antara perairan laut Desa Bondalem dan Desa Julah.
Kelompok Pengelola Daerah Perlindungan Laut Bahari Prawara Bondalem telah pula menyiapkan hexadome sebanyak sembilan unit yang memiliki ukuran 1 x 1 meter.
Menurutnya, peletakan sejumlah hexadome pada dasar laut berpasir tersebut merupakan upaya untuk membentengi sejumlah spesies ikan langka yang hidup di perairan tersebut.
“Kawasan konservasi terumbu karang ini sangat penting untuk dijaga, demi menjaga keseimbangan ekosistem. Kami butuh langkah konkret dari seluruh stakeholder untuk menjaga kelestarian kawasan konservasi. Tidak hanya masyarakat, namun perhatian dan bantuan pihak pemerintah sangat kami harapkan,” pintanya.
Untuk reflikasi pemahaman konservasi atau pengelolaan terumbu karang yang telah berjalan, selama ini tidak menuai maslah bagi nelayan setempat. Imbas dengan diberlakukannya kawasan konservasi diakuinya sebenarnya bisa memperkecil ruang-ruang penangkapan perburuan dan jenis tangkapan nelayan secara liar.
“Namun beruntung nelayan disini memiliki kesadaran yang sangat tinggi, dan mereka rela mencari ikan di kawasan laut lepas. Kalau aktifitas memancing, mereka itu hanya sekedar menjalan hobi” tegasnya.
Sebagai pemerhati ekosistem laut serta instruktur selam, Sugiartha menilai kondisi air laut saat ini paling buruk. Salah satu penyebabnya, yakni fenomena coral bleaching yang terjadi di tahun 2016 lalu.
”Gugusan terumbu karang di Bondalem juga terimbas, banyak mengalami sedimentasi akibat fenomena coral bleaching di tahun 2016 lalu. Awalnya saya tidak memerhatikan peringatan itu. Tapi ternyata terjadi juga,” pungkasnya.
Beruntung, di salah satu lokasi terumbu karang masih bagus dan alami hingga soft coral di lokasi tersebut masih hidup secara alami.|NH|