Singaraja, koranbuleleng.com | Aksi bunuh diri satu keluarga di Banjar Dinas Jero Kuta, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng memantik perhatian warga maupun netizen di dunia maya. Banyak yang merasa prihatin atas kejadian ini, apalagi ada korban yang masih anak-anak.
Jenasah keempat korban, saat ini masih disemayamkan di rumah duka di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula. Masyarakat setempat sudah ramai yang melayat, bahkan terlihat juga Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna beserta jajaran dari Dinas Sosial kabupaten Buleleng melayat ke rumah duka, Kamis 23 Pebruari 2017.
Pihak keluarga juga langsung mempersiapkan segala bentuk persiapan upacara pemakaman bagi keempat korban. Sesuai dengan tradisi desa setempat, karena keempat korban meninggal secara tidak wajar atau ulah pati, maka mereka dikuburkan langsung di setra desa adat Bondalem. Upacara pengabenan baru bisa dilakukan dikemudian hari.
Motif aksi bunuh diri ini sebenarnya masih misterius. Namun banyak yang menduga, korban Kadek Artaya dan istrinya Kadek Suciani yang mengajak anaknya ikut menenggak racun serangga, karena frustasi. Frustasi terhadap kondisi istri dan anaknya yang sakit namun tak kunjung sembuh.
Ayah korban, Â Made Suardana, (52) mengatakan bahwa alm Kadek Artaya (35) adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ia pun mengaku tak memiliki firasat buruk apapun sebelum kepergian putra tunggalnya tersebut.
Suardana menceritakan bahwa menantunya (Kadek Suciani) menderita penyakit batuk yang tak kunjung sembuh. Ia pun sudah menempuh segala cara agar menantunya sembuh kembali. Namun, semua cara yang ditempuhnya menemui kegagalan.
“Sudah dibawa ke dokter juga sering ke dukun, namun penyakit batuk menantu saya tak sembuh-sembuh. Sakit batuknya tiap hari, sudah sejak enam bulan lalu,” terangnya.
Penyakit batuk itu pun lantas menular kepada cucunya, Putu Wahyu Adi Saputra (7) yang notebene ikut menjadi korban aksi bunuh diri. Bocah malang itu pun akhirnya menjalani rawat inap lantaran batuk yang dideritanya dinyatakan kronis oleh pihak RSUD Buleleng. Bahkan, bocah itu harus rela berhenti mengenyam pendidikan di taman kanak-kanak.
“Cucu tertular sakit batuk dari ibunya, baru lima bulan sekolah di TK kemudian terpaksa berhenti. Cucu juga pernah opname selama 15 hari di RSUD, itu sudah dua bulan lalu,” jelasnya.
Masih cerita Suardana, kondisi kesehatan berbeda dialami oleh Kadek Artaya dan cucu perempuannya, Kadek Dwi Cahya Putri (3). Kondisi kesehatan keduanya normal.
“Sakit batuknya gantian, setelah menantu disusul cucu saya (Wahyu). Cucu sembuh, menantu lagi sakit, terus-terusan seperti itu. Sampai musibah ini, mereka masih dalam keadaan sakit,” ungkapnya.
Menurut Suardana, Artaya selalu menjaga dan merawat kesehatan istri dan anaknya ketika sedang sakit. Ia pun mengaku tak memiliki firasat atau mimpi buruk apapun.
Sebelum kejadian naas itu terjadi, dirinya sedang berangkat ke pasar. Saat itu, ia melihat korban tidur bersama keluarga dalam satu kamar yang terletak di sebelah timur dengan kondisi lampu saat itu sedang menyala. Pria sehari-hari bekerja sebagai ojek itu pun lantas pergi untuk mengais nafkah.
“Sekitar pukul 03.00 dinihari, saya antar istri ke pasar jualan dan langsung ngojek. Kembali lagi ke rumah, sekitar pukul 05.00 wita,” ujarnya
Tiba di rumah, ia pun kemudian melakukan persembahyangan di halaman rumah. Namun, ia merasakan ada sebuah kejanggalan lantaran lampu rumah masih menyala pada pagi itu.
Mendekati pintu depan rumah, Suardana mencium bau aneh diperkirakan berasal dari gas kompor. Ia pun masuk, mengecek ke dapur. Namun bau menyengat makin menyengat bukan dari dapur, aroma tak sedap itu seakan berasal dari kamar kosong yang terletak di pojok barat. Selama ini, kamar itu selalu dalam keadaan terkunci.
Sejurus kemudian, Suardana pun langsung mendobrak kamar tersebut. Ia pun terperanjat setelah melihat semua korban dalam posisi tertidur dan mengeluarkan busa dari mulutnya.
“Ada racun dalam kemasan kaleng dan juga minuman sprite terletak di sebelah mereka. Saya langsung lari mencari kelapa muda di halaman rumah, kemudian memasukkan air kelapa ke mulut mereka. Namun tak ada reaksi,” ungkapnya.
Dalam kepanikan itu, ia pun langsung melarikan semua korban ke Bidan Kadek Dewi di Desa Pacung. Namun, kondisi korban dinyatakan sudah meninggal.
Sementara itu, Kapolsek Tejakula AKP. Mangku Putu Yasa mengatakan bahwa motif aksi bunuh diri diduga lantaran sakit yang tak kunjung sembuh.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan Dokter puskesmas Tejakula II, dr. Komang  Ari Wirama tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
“Diduga karena sakit tak kunjung sembuh, kemudian korban putus asa dan akhirnya bunuh diri dengan cara meminum racun pestisida merek Diazinon yang di campur minuman sprite hingga satu keluarga yang berjumlah empat orang meninggal,” singkatnya.|NH|