Singaraja, koranbuleleng.com| Pemerintah Desa Sudaji mengundang beberapa pemilik lahan untuk berdialog mencari alternatif dan solusi percepatan perbaikan jalan di kawasan abangan, Dusun Ceblong, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan. Sampai saat ini, sejumlah siswa terpaksa harus melintasi jembatan kayu sebagai jembatan darurat jika harus melintasi sungai untuk bisa menuju sekolah.
Menurut Kepala Dusun Ceblong, Gede Sudama, dari dialog yang diselenggarakan di kantor desa itu, para pemilik lahan di kawasan abangan telah menyetujui dan merelakan sebagian lahan perkebunan milik mereka digunakan sebagai fasilitas umum, utamanya rencana pelebaran akses jalan.
“Karena sifatnya mendesak, kami langsung mengundang pemilik lahan. Mereka memberikan respon positif, dan setuju. Kalau Made Suarsana merelakan lahannya sekitar 100 meter persegi. Sedangkan lahan milik keluarga Guru Griya sekitar 30 meter persegi,” sebut Sudama, Senin 6 Maret 2017.
Sudama juga mengungkapkan, rencana perbaikan akses jalan di kawasan abangan yang terputus akibat diterjang banjir bandang pada bulan Februari lalu itu, kini terganjal oleh keterbatasan tenaga. Lantaran medan di kawasan tersebut cukup berat dan penggarapan badan jalan sementara itu harus dikerjakan secara manual.
“Sekarang kendalanya tenaga karena medan cukup berat, apalagi alat berat tidak bisa masuk. Harus dikerjakan secara manual. Mempercepat pengerjaan, pihak Pemerintah Desa akan bersurat ke dinas terkait juga TNI untuk meminta bantuan personil,” terangnya.
Sudama mengatakan sangat merasakan dampak terputusnya akses jalan dikawasan abangan ketika warga ketika warga ingin membeli kebutuhan pokok atau menjual hasil perkebunan seperti kopi dan buah durian.
Dampak lainnya juga langsung dirasakan oleh beberapa anak-anak sekolah dasar dan pelajar menengah atas yang acapkali harus naik turun melintasi perkebunan milik warga dengan jarak tempuh pulang pergi sekitar empat kilometer.
“Sampai saat ini, warga juga anak-anak yang bermukim di abangan masih jalan kaki. Kami berusaha secepatnya menuntaskan permasalahan ini, kasihan anak-anak,” jelasnya.
Sementara itu, Wayan Sukrita (55) warga dusun ceblong saat mengatakan bahwa dulu terdapat beberapa kawat bronjong sebagai pembatas utama antara Sungai Penarukan dengan perkebunan dan persawahan. Namun, badan kawat itu cukup sering mengalami kerusakan meski hanya kecil, dan umumnya terjadi saat hujan deras yang mengakibatkan debit air sungai bertambah.
Petani yang telah puluhan bermukim di subak krecek itu juga mengungkapkan, bronjong yang dipasang pada 2014 lalu diketahui sudah hilang. Penahan sempadan sungai yang terbuat dari kawat itu disebut telah hilang karena terbawa banjir bandang.
“Dulu sudah pernah jebol dan beberapa lahan perkebunan dan persawahan terendam air hingga selutut. Kejadian ini terjadi sudah tiga kali. Pertama, tahun 2012, 2014 ” kata Sukrita.
Sukrita pun berharap pemerintah kabupaten untuk segera memfasilitasi perbaikin akses jalan yang cukup vital tersebut, agar warga setempat bisa kembali melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Kepala Desa Sudaji, Komang Sudiarta ketika ditemui membenarkan rencana pihaknya akan bersurat kepada pihak TNI meminta bantuan dalam perbaikan jalan di kawasan abangan.
“Jalan yang terputus totalnya sepanjang 207 meter, namun minggu depan kami akan berusaha selesaikan 100 meter dengan mengerahkan masyarakat. Mudah-mudahan pihak TNI juga bisa membantu kami,” kata Sudiarta.
Sebelum proses pengerjaan perbaikan jalan sepanjang 100 meter, akan dilakukan pengalihan aliran sungai penarukan terlebih dahulu. Kemudian, agar badan jalan lebih kokoh, warga akan menumpuk batu kali di bawah badan jalan tersebut.
Disinggung soal rencana pemasangan kawat bronjong, Sudiarta belum bisa memastikan soal bantuan yang telah diajukan pihak desa sudaji kepada pihak pemerintah daerah Buleleng. Namun, dirinya telah berupaya secepatnya mengajukan bantuan kawat bronjong kepada pemerintah pusat di Jakarta.
”Kebetulan ada salah seorang warga sudaji sedang berusaha melobi ke pemerintah pusat. Astungkara cepat direalisasi. Kawat bronjong itu sangat penting, tanahnya kan tidak tergerus air sungai,” imbuhnya.
Tapi dalam perbaikan jalan di kawasan abangan itu, nantinya pihak pemerintah desa bersama warga hanya memperbaiki jalan-jalan yang memiliki kerusakan sangat parah.
”Jadi tidak semuanya diperbaiki, tapi kita pilah-pilah jalan yang dianggap rusak parah. Kan, baru diperbaiki sepanjang 300 meter terlebih dahulu. Baru kedepannya pindah ke lokasi lain. Utamanya, perbaikan jalan pada tebing yang berada di bibir sungai. Jalan itu kan sering dilintasi oleh anak-anak,” tegasnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, apalagi saat musim penghujan seperti ini, dipastikan jalan di kawasan abangan yang menghubungkan Desa Sudaji dan Desa Lemukih akan menjadi becek dan semakin licin ketika dilintasi.|NH|