Made Pasca “Kocok” Wirsutha, Seniman Muda Yang Cinta Seni Tua
Singaraja, koranbuleleng.com| Jika menyebutkan nama Made Pasca Wirsutha, pasti banyak dikalangan masyarakat Bulekeng khususnya para seniman yang mengenal nama itu. Pria yang akrab disapa Kocok tersebut memang dikenal sebagai seniman muda berbakat dengan sejumlah hasil garapan tabuh yang tidak bisa diragukan lagi.
Kecintaanya terhadap seni tabuh sudah dimulai sejak Pasca Wirsutha masih anak anak. Kala itu, anak bungsu dari enam bersaudara ini baru duduk di kelas 2 Sekolah dasar (SD). Bakat seni Dek Pas bisa terbilang bakat turunan dari keluarga. Ayahnya, Made Wirtana juga menekuni seni tabuh, dan menjadi anggota Sekaa Gong Eka Wakya Banjar paketan kelurahan Paket Agung. Ketertarikannya akan seni tabuh memuncak ketika Pasca Wirsutha sering mengikuti Ayahnya mauruk megambel di Balai Banjar setempat. Hingga akhirnya Ia memutuskan untuk bergabung dan menjadi anggota sekaa gong termuda.
Semasa remaja, Made Pasca Wirsutha yang kini telah dikaruniai satu orang Putra ini telah memiliki pengalaman dalam berbagai ajang festival kesenian yakni pada tahun 1992 dan 1997. Ia pun memutuskan untuk bisa menjadi seorang seniman tabuh professional, hingga kemudian pada tahun 1999 bergabung dengan Padepokan Seni Dwi Mekar.
“keputusan untuk terjun ke dalam dunia seni tabuh ini karena memang keinginan saya sendiri. Dulu, saat saya SD sering ikut bapak mauruk di Bale Banjar, dan saya semakin berminat untuk bisa menabuh. Saya masih sangat ingat diawal masuk sekaa, pelatih menempatkan saya sebagai tukang petuk, baru kemudian saya belajar megangsa nyandet, dan saya juga belajar mearangan,” Ujar Pria kelahiran 1981 ini.
Keinginan dan cita cita Made Pasca Wirsutha untuk menjadi seniman professional semakin besar. Hingga kemudian ia memutuskan untuk kuliah di Institute Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Pasca berhasil menamatkan gelar Sarjana Seni pada tahun 2006 silam. Bakat seni yang dimiliki oleh Putra Bungsu Made Wirtana ini juga dilirik oleh Sanggar ternama dari Kabupaten Gianyar yakni Sanggar Seni Cudamani. Disana, Dek Pas dipercaya untuk memberikan pembunaan khusus gending gending Bulelengan, seperti tabuh sekatian, hingga tabuh pengiring tarian yang berasal dari kabupaten Buleleng.
Disisi lain, jika para seniman seniman yang ada di Bali sibuk untuk menciptakan seni tabuh kreasi baru, hal itu tidak dilakukan oleh Pasca yang kini mengabdi sebagai guru kesenan di SMK Negeri 1 Sukasada. Ia bersama beberapa seniman lain yang membantunya, justru meras terpanggil untuk menggali kesenian khususnya tabuh dan tari Buleleng yang hampir dan bahkan sudah punah. Beberaa tabuh dan tarian Buleleng yang hampir punah pun kembali dibangkitkan melalui kegiatan rekontruksi yang Ia lakukan, mulai dari Tabuh Brata Yudha, Tabuh Sekatian, Tari Wiranjaya, Legong Pengeleb, Tari Pudak Sinunggal, termasuk yang kini tengah Ia rekontruksi yakni Tari Palawakya Dauh Enjung.
Menurut Pasca Wirsuta, keinginan untuk menggali kesenian tua yang hampir punah muncul karena rasa bangganya terhadap kabupaten Buleleng, yang kaya akan potensi kesenian. Apalagi, kabupaten Buleleng merupakan cikal bakal keberadaan Gong Kebyar di Bali. Otomatis, dari Buleleng banyak bermunculan tabuh tabuh, dan juga tarian khas Buleleng yang sudah mulai dilupakan.
Secara khusus, keinginan untuk menggali seni tabuh dan tari khas Buleleng ini muncul lantaran adanya dorongan dari Pimpinan Padepokan Seni Dwi Mekar Singaraja terdahulu Almarhum Nyoman Durpa.
“saya masih sangat ingat bagaimana pesan pak Durpa. Cai uli Buleleng ngudiang ngalih ane baru? Buleleng nak sugih, ane lama gali bila perlu wiranjaya alih, mare cai hebat. Nto anggo ngalih timpal. Yen ane baru sube liu. Buktiang, ulian ngalih ane kuno cai lakar liu ngelah timpal jak liu ane kal nguberin cai. (kamu dari Buleleng, untuk apa mencari yang baru? Buleleng sangat kaya, kesenian yang lama gali, bila perlu carilah wiranjaya, baru kamu hebat. Gunakan itu untuk mencari teman. Kalau yang baru sudah banyak. Buktikan, dengan menggali yang kuno, kamu akan banyak punya teman dan banyak yang akan mengejar mu),” Ujar Dek Pas menirukan pesan Almarhum Nyoman Durpa.
Untuk konsentrasi dan upaya penggalian kesenian Kuno Buleleng, saat ini, Made Pasca Wirsutha juga tengah melakukan penggalian gamelan selonding. Pasca meyakini bajwa gamelan selonding memang berasal dari Kabupaten Buleleng. Keyakinan itu berdasar, pada data yang telah Ia miliki.
Dimana pada beberapa wilayah di Buleleng, telah ditemukan gamelan jenis selonding yang berumur sangat tua. Misalkan saja kata Dek Pas seperti di Desa Tua Bali Aga (SCTP.Red) yang diyakini semua memiliki selonding. Kemudian di Desa Selat Kecamatan Sukasada juga diketahui ada gamelan selonding. Hanya saja di Desa tersebut, masyarakat menyebutkan bahwa gamelan itu merupakan gamelan raja. Ditempat lain yakni di Desa Gobleg, juga ditemukan selonding. Hanya saja selonding itu tidak terbuat dari besi, melainkan dari perunggu yang dicampur dengan emas.
Keinginan untuk melestarian gamelan selonding di Kabupaten Buleleng tidak hanya dilakukan lewat kata dan teori. Made Pasca Wirsutha bahkan sudah membentuk sekaa demen selonding bersama Wireka Swara Jagat, bersama dengan beberapa seniman Buleleng. Bahkan sekaa demen sudah sempat tampil dalam Pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2016 lalu sebagai duta kabupaten Buleleng. Gamelan selonding yang dipentaskan di Taman Budaya Denpasar ini pun mendapat antusias dari penonton.
- “Saya bersama dengan dosen di ISI Denpasar sedang melakukan penggalian tentang selonding. Karena saya sendiri percaya bahwa gamelan selonding ini berasal dari Buleleng. Dasarnya adalah karena Buleleng merupakan cikal bakal gong kebyar, sehingga besar kemungkinan, sebelum adanya gong kebyar, pasti ada gamelan kuno yang dimiliki Buleleng,” ujarnya Yakin.
Made Pasca Wirsutha tahun ini akan berusia 36 tahun. Dalam usia tersebut, Ayah satu anak ini sudah berhasil menggali sejumlah potensi seni tabuh dan tari khas dari Buleleng. Pada beberapa tahun kedepan, tentunya dengan tekad yang kuat. Ia akan berhasil membangkitkan lagi sejumlah kesenian Buleleng kuno yang sudah dilupakan. Walaupun demikian, Ia tetap memerlukan dukungan banyak pihak. Pasca pun berharap agar keinginannya untuk melakukan rekontruksi dan enggalian kesenian Khas Buleleng mendapat dukungan, terutama dari pemerintah Kabupaten Buleleng.
“keinginan saya untuk membangkitkan kembali kesenian khas Buleleng ini sangat besar. Tentunya saya memiliki harapan dan membutuhkan dukungan, khususnya sama Pemkab Buleleng. Agar apa yang menjadi tujuan Pemerintah untuk pelestarian melalui rekontruksi bisa terwujud,” Harapnya. |RM|