Singaraja, koranbuleleng.com| Sanggar Seni Sunari Bajra tampil sebagai duta Kabupaten Buleleng dalam Lomba Bondres Modern serangkaian PKB ke-40 yang berlangsung di Taman Budaya Denpasar.
Dalam pementasan itu, Tut Warta dan kawan-kawan membawakan lawakan yang kental dengan pesan perjuangan menjalani hidup.
Dalam pementasan yang berlabgsung di gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, diceritakan tiga orang tokoh pemeran utama yakni Tut Warta dan Kipli sebagai saudara yang hidup Yatim Piatu. Kehidupannya jauh dari layak karena penuh dengan penderitaan serta hidup miskin.
Sementara satu tokoh lagi Cimcim yang memerankan tokoh sebagai orang kaya. Kehidupan keduanya sangat jauh berbeda.
Namun hingga kemudian jalan hidup keduanya berbanding terbalik. Tut Warta dan Kipli yang tidak pernah menyerah akhirnya menjadi orang yang berhasil. Terlebih lagi Kipli mendapatkan “paica” hingga kemudian menjadi dukun sakti.
Banyak pasien yang datang untuk berobat kepadanya dan sembuh. Sementara itu berbeda dengan Cimcim. Hidup bergelimangan harta justru membuatnya gelap mata. Hidupnya hanya berfoya-foya, hingga kemudian Ia pun jatuh miskin.
Jalan cerita yang menggambarkan perjuangan dalam menjalani hidup itu dibawakan dengan apik oleh mereka. Ditambah dengan lawakan dengan menggunakan bahasan dan logat khas Buleleng, membuat penampilan mereka berhasil mengocok perut penonton.
Tak ayal, penampilan mereka pun mendapatkan apresiasi dari penonton. Melalui penampilan lomba bondres tersebut. Bondres Sunari Bajra pun berharap agar pesan yang mereka sampaikan bisa diserap oleh penonton.
“Pesan yang disampaikan sesuai denga tema PKB. Didalamnya terkandung pesan hidup penuh perjuangan. Teja Dharmaning Kauripan yang menggambarkan api semangat untuk berjuang perlu dihidupkan. Dua arus ketemu, yakni arus positif dan negative,” jelas pembina Bondres Wayan Sujana.
Menurutnya, Bondres modern ini merupakan pementasan kesenian dengan pola baru. Walaupun demikian, Buleleng tetap tampil dengan menampilkan gaya khas Buleleng.
Terlebih lagi ada harapan bahwa Duta dari masing-masing Kabupaten harus menyampaikan dan menggali potensi yang ada di daerahnya dan bukan meniru. Karena memang menurutnya, PKB ini walaupun formatnya modern, dibaliknya tetap ada upaya untuk pelestarian.
“Khas Buleleng dari segi dialeknya kita tetap bertahan, karena disamping melestarikan gaya buleleng, kebetulan gaya buleleng ini disenengi di Bali.
Dengan gaya Buleleng yang lugas itu menjadi trend untuk boderes Buleleng, sehingga Bondres Buleleng itu sangat eksis di seluruh Bali,” ujar Sujana. |RM|