Singaraja, koranbuleleng.com| Para Yachter peserta Reunion Bali 2018 berkunjung ke Desa Menyali Kecamatan Sawan menikmati ragam tradisi yang disuguhkan masyarakat setempat.
Kedatangan Yachter yang berjumlah 98 orang dari 24 negara itu diterima di Ashram “The Sunas” Desa Menyali Kecamatan Sawan. Penyambutan juga dengan tabuh Baleganjur.
Yang dinikmati seperti suguhan kopi khas Bali dan penganan Bali seperti kue Timus, Bantal, hingga Apem berbahan Ubi Ungu.
Selain itu, mereka juga berkesempatan menyaksikan aktivitas tradisional masyarakat setempat. Mulai dari membuat kue tradisional Bali yakni Laklak, membuat bokor, menganyam kelangsah, memasak sate, membuat pepes, mejejaitan, termasuk menyaksikan permainan tradisional seperti tajog, selodor, hingga tradisi sampi gerumbungan. Wisatawan juga disuguhkan pementasan Janger Menyali.
Dengan menyaksikan secara langsung aktivitas tradisi masyarakat Menyali membuat puluhan Yachter itu ingin mencoba. Tak ayal, mereka pun memutuskan untuk mencoba belajar. Hampir semua aktivitas tradisi yang disuguhkan mereka coba. Alhasil mereka pun menikmati proses itu, walaupun cukup sulit untuk mempelajarinya.
“Tradisi ini luar biasa. Saya senang tadi dapat belajar langsung. Ini harus terus ada,” ujar Edyn WIsatawan Asal Swiss.
Wisatawan lain, Key dari Selandia Baru juga salah satu Yahcter. Tahun 2018 ini merupakan kali kedua kedatanganya ke Bali dan Buleleng pada khususnya. Dia merasa sangat senang dengan masyarakat, hingga keragaman budaya dan tradisi yang ada, termasuk kuliner yang dimiliki Buleleng.
“Sangat indah. Masyarakatnya ramah, makanannya juga enak. Saya senang berada disini (Buleleng, red),” Terangnya.
Sementara itu, salah seorang Tokoh Masyarakat Desa Menyali Gede Budasi menjelaskan, kegiatan penyambutan para Yachter ke Desa Menyali ini sedikitnya melibatkan ratusan orang. Mereka berasal dari seniman, ibu rumah tangga, pelajar dan budayawan.
Menurutnya, Desa Menyali memang sengaja menyuguhkan aktivitas tradisioal yang ada di Desa kepada wisatawan asing. Menyali memiliki beragam seni budaya yang hingga kini masih bertahan. Targetnya adalah agar mereka bisa mempromosikan apa yang telah mereka saksikan langsung, kepada wisatawan lain di Negara asalnya.
“Kami pikir wisatawan itu tidak lagi tertarik dengan hal-hal yang sifatnya luxury. Melainkan ingin menyaksikan keaslian tradisi, keahlian seniman, keramahtamahan masyarakat. Itu yang mereka cari. Apalagi semua wisatawan ini kan berasal dari negara yang high class,” Jelasnya. |RM|