Singaraja, koranbuleleng.com| Megaproyek pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani pada titik 5 dan 6 di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada dimulai dengan ditandai peletakan batu pertama, Rabu 14 Nopember 2018. Pembangunan jalan pada dua titik ini sepanjang 1,9 Kilometer.
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster didampingi Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Kepala Balai Besar Pelakasana Jalan Nasional (BBPJN) VIII I Ketut Darma Wahana, Ketua DPRD Provinsi Bali I Nyoman Adi Wiryatama, dan Ketua DPRD Kabupaten Buleleng Gede Supriatna.
Jalan baru pada titik 5 dan 6 ini akan dikerjakan selama 418 hari kalender oleh Adhi-Cipta KSO sebagai pemenang tender, dengan anggaran senilai Rp140,6 Miliar lebih.
Sesuai dengan detail engineering design (DED), jalan ini akan dibangun dengan panjang 1950 meter. Walaupun lebih panjang dengan jalan yang ada saat ini, namun diyakini, jalan baru ini akan mampu memangkas waktu tempuh selama 3 menit dari waktu sebelumnya selama 7 menit.
Secara Teknis, hal ini terjadi karena terjadi perbedaan fisik pada jalan baru ini. Mulai dari jumlah tikungan yang dulunya sebanyak 15 tikungan, pada jalan baru hanya ada 5 tikungan. Kemudian tingkat kelandaian atau kemiringan jalan yang pada jalan awal sebesar 8 hingga 12 persen, menjadi 6 persen. Kemudian dari perubahan fisik badan jalan itu, kecepatan berkendara pun di jalan baru berubah menjadi 40-60 kilometer per jam, dari sebelumnya yang hanya 15 sampai 20 kilometer per jam.
“Yang paling penting dari keberadaan jalan baru ini adalah tingkat kenyamanan sekarang didalam kendaraan. Ini tentunya akan mengurangi resiko mabuk darat saat melalui jalur SIngaraja-Denpasar,” jelas Kepala Balai Besar Pelakasana Jalan Nasional (BBPJN) VIII, I Ketut Darma Wahana.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menyebutkan jika keberadaan jalan baru batas kota SIngaraja-Mengwitani ini akan menghilangkan ketimpangan pembangunan di Bali Utara dan Bali Selatan. Ia pun akan mulai melakukan penataan pada segala bidang untuk perkembangan Buleleng. Mulai dari penataan SDM, Sosial Budaya, Penataan Ruang yang baik, dan penataan lingkungan dengan tetap memberikan iklim investasi.
Baginya, ketimpangan pembangunan Bali Utara khususnya Buleleng dengan Bali Selatan lebih besar disebabkan karena factor aksesibilitas. Padahal menurutnya, Buleleng memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.
“Kita sudah mapping potensinya, pertanian tetap menjadi hal pertama, dibarengi dengan mengembangkan iklim investasi untuk kesejahteraan,” Tegasnya.
Disisi lain, Gubernur Bali I Wayan Koster mengakui jika Bali memang tergolong terlambat dalam pembangunan infrastruktur. Terlebih Bali merupakan destinasi wisata yang harus ditopang oleh infrastruktur yang memadai.
Ia pun mengakui jika dalam waktu lima tahun mendatang, akan focus untuk pembangunan infrastruktur, baik itu di darat, laut dan udara. Dengan harapan, seluruh wilayah di Bali dapat terkoneksi secara terintegrasi
“Dampaknya jelas, ekonomi menjadi lebih bergeliat dan investor akan mulai melakukan kegiatan ekomomi di Utara. Inilah wujud pemerataan pembangunan antara Utara-Selatan,” ujarnya.
Khusus untuk pelaksanaan pembangunan Jalan Baru Singaraja-Mengwitani, Koster menargetkan bahwa jalan ini akan tuntas dikerjakan hingga tahun 2021 mendatang. Rencananya, setelah pembangunan pada titik 5 dan 6 ini, Pemerintah provinsi Bali Pemerintah provinsi Bali akan menyiapkan anggaran senilai Rp200 Miliar untuk pembebasan pembebasan lahan jalan titik 1, 2, 7, 8, 9 dan 10 secara bertahap.
“Titik 3 dan 4 di Tabanan Anggarannya Rp15 Miliar untuk pembebasan lahan tahun 2018 ini. Kemudian tahun 2020 di titik 7 dan 8. Pada tahun 2021 dilanjutkan pada titik 1, 2, 9, dan 10. Nah tahun 2021 ini sudah harus tuntas,” Pungkas Koster. |RM|