Singaraja, koranbuleleng.com| Desa Tembok di Kecamatan Tejakula membutuhkan embung atau bak penampungan air untuk mengatasi permasalahan kekeringan yang terjadi setiap tahun. Embung ini penting untuk menggarap potensi lahan pertanian di desa setempat. Sangat parah, bila kekeringan terjadi maka lahan-lahan pertanian jadi mubasir dan tidak produktif.
Kepala Desa Tembok, Dewa Komang Yudi Astara meminta permasalahan kekeringan dan wacana pembuatan embung ini disampaikan dalam pertemuannya dengan Komisi I DPRD Kabupaten Buleleng. Dalam pertemuan itu juga dihadiri pihak pemerintah, Sekdis Pertanian, I Wayan Narta, Kamis 15 November 2018.
Dalam kesempatan itu, Dewa Komang Yudi Astara menceritakan Desa Tembok memiliki potensi perkebunan buah-buahan mulai dari mangga, Mente dan tanaman lain. Sedangkan kalau hasil pertanian hortikultura meliputi jagung, singkong, kacang tanah dan sayur-sayuran.
Dibalik potensi itu, ada sejumlah kendala yang dihadapi untuk mengembangkan pertanian di Desa yang dipimpinnya. Mulai dari kekeringan lahan, hingga keterbatasan SDM. Selain itu, persoalan yang dihadapi petani adalah persoalan pemasaran yang membuat petani kelimpungan dan tidak tertarik untuk bertani.
Terlebih lagi, kini sejumlah tanaman juga diserang oleh hama gayas. Hama ini menyerang sejumlah komoditas, seperti jagung, singkong, kacang dan sayuran. Bahkan pohon Mete dan Kelapa yang tingginya masih 2 meter tidak luput dari serangan hama ini.
“Kecuali mangga dan lontar. Ini belum terserang hama Gayas. Sehingga kami berharap adanya peran serta pemerintah dalam upaya menangulangi hama Gayas ini,” jelasnya.
Dewa Komang Yudi Astara mengatakan, selain persoalan hama gayas, masalah lain yang perlu mendapatkan penanganan adalah persoalan kekeringan yang terjadi di Desa Tembok ketika musim kemarau tiba.
Yudi menyarankan agar Pemerintah membantu Desa Tembok untuk membangun embung (bak penampungan air hujan).
Menurutnya, untuk pembangunan satu unit embung diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp50 juta dengan daya tampung berkisar 300 hingga 400 kubik air per embung.
“Pada saat musim hujan kan airnya terbuang percuma. Mengapa tidak dibangun embung saja, sehingga air tidak tebuang percuma. Jadi saat musim kering petani masih bisa bercocok tanam,” sarannya.
Dari sejumlah persoalan yang disampaikan, Sekertaris Dinas Pertanian Wayan Narta mengaku akan segera memberikan edukasi kepada petani di Desa Tembok, termasuk memberikan workshop terkait dengan sistem irigas tetes.
Sementara untuk penanganan hama Gayas, pihaknya akan melibatkan Universitas Udayana untuk melakukan kajian.
“Secepatnya kami akan berkordinasi dan memberikan edukasi kepada para petani, terkait persoalan yang disampaikan itu,” ujarnya singkat.
Ketua Komisi II Putu Mangku Budiasi juga berjanji akan segera turun ke Desa Tembok bersama dengan instansi terkait di pemkab Buleleng.
Dari kunjungan itu nantinya akan diketahui persoalan yang dihadapi oleh petani, sehingga Pemerintah bisa menyiapkan langkah sebagai solusi, agar minat masyarakat untuk bertani tetap tumbuh. Terlebih lagi Pemerintah Kabupaten Buleleng telah berkomitmen untuk mendongkrak pembangunan dari sector pertanian.
“Jadi sangatlah tepat jika program-program yang disusun oleh Dinas Pertanian dalam RKA tahun 2019 bertumpu kepada fakta di lapangan. Apalagi sekarang Buleleng tengah fokus membangun sektor pertanian,” tegasnya. |RM|