Singaraja, koranbuleleng.com | Pemkab Buleleng meraih penghargaan Bidang Air Minum kategori Pemerintah Daerah dengan Kinerja Terbaik Pelaksana Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2017-2018 bidang Air Minum. Penghargaan diserahkan langsung oleh Sekjen Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Prof.(R). Dr. Ir. Anita Firmanti Eko Susetyowati, MT kepada Kepala Dinas PUPR Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, ST di Jakarta, Rabu 5 Desember 2018.
Suparta Wijaya menjelaskan ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan sehingga Dinas PUPR Kabupaten Buleleng meraih penghargaan ini. Diantaranya adalah ketepatan sasaran program, output, serta outcome yang dihasilkan.
Aspek tersebut dinilai mengingat program air minum diharapkan tuntas. Dengan artian bahwa dimulai dari pengambilan pada sumber air sampai mengalir ke sambungan rumah. “Dikatakan tuntas apabila sudah sampai mengalir ke rumah warga,” jelasnya.
Khusus untuk penghargaan DAK ini diberikan kepada pemerintah daerah dimana penggunaan DAK dilakukan secara sungguh-sungguh. DAK yang diterima Dinas PUPR ada di beberapa bidang yaitu bidang jalan, bidang air minum, dan bidang irigasi. Penghargaan diterima dalam bidang air minum.
“Kita mendapat DAK di tiga bidang dan yang mendapat penghargaan kinerja terbaik adalah bidang air minum,” ujar Suparta wijaya.
Suparta Wijaya mengungkapkan DAK yang diterima sebesar Rp 5 Milyar pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2018 diterima sebesar Rp 3,5 Milyar. Semua kegiatan dengan DAK tersebut sudah tuntas dilaksanakan. Dengan jumlah tersebut, program air minum harus tuntas hingga sampai ke saluran rumah. Hal ini dikarenakan program DAK air minum tidak boleh tidak tuntas.
Dinas PUPR juga berupaya keras memanfaatkan DAK ini agar dirasakan oleh masyarakat secara langsung. “Kita berupaya keras agar DAK ini bermanfaat bagi masyarakat Buleleng,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan Dinas PUPR sudah memiliki pemetaan sebelumnya daerah-daerah mana yang rawan air sehingga nantinya ada program dari DAK tersebut. Beberapa krisis air juga disebabkan karena topografi Buleleng yang nyegara gunung. Terkadang ada desa yang tidak memiliki sumber air secara gravitasi.
Desa-desa tersebut ditangani dengan solusi mengangkat air dari permukaan seperti sungai dan air tanah. “Topografi kita di Buleleng memang nyegara gunung. Hal ini menyebabkan terkadang terdapat krisis air. Ada juga desa yang tidak memiliki sumber air secara gravitasi sehingga mengangkat air dari sungai maupun tanah dengan sumur bor,” pungkas Suparta Wijaya.|NP/R|