Singaraja, koranbuleleng.com| Direksi RSUD Buleleng berencana meminjam anggaran kepada pihak ketiga melalui BUMN, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) untuk pembiayaan pembangunan gedung rawat inap baru.
PT SMI merupakan, sebuah perusahaan pembiayaan infrastruktur yang didirikan pada 26 Februari 2009 sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan 100% kepemilikan saham oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Direktur RSUD Buleleng, Gede Wiartana mengatakan, proses peminjaman dana ini memang memerlukan waktu yang lama. Pasalnya, syarat yang ditentukan oleh PT. SMI cukup berat. Pihaknya pun mengaku sudah sempat melakukan study banding ke Kabupaten Gianyar yang sudah terlebih dahulu melaksanakan pinjaman. Hasilnya, ada banyak syarat yang perlu disiapkan, diantaraya berupa SK Tim Pinjaman, Kesepakatan Bersama, dan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pinjaman Daerah.
Sementara untuk proses feasibility study, penyusunan DED (detail engineering design), dan pembangunan fisik, akan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) yang membidangi pembangunan infrastruktur. Untuk proses pinjaman juga nantinya akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng, bukan oleh RSUD Buleleng.
“Jadi kami hanya melaksanakan pra-design, menghitung apa-apa saja kebutuhan kami, apakah itu ruangan, hingga alat kesehatan. Nantinya kebutuhan kami itu akan digodok oleh Tim dari Dinas PUPR untuk menyusun FS dan DED,” Ujar Wiartana.
Rencana pembangunan gedung baru berlantai empat di RSUD Buleleng akan mengorbankan gedung rawat inap Pavilliun Mahottama. Pasalnya, pihak rumah sakit merasa jika ruang rawat inap untuk kelas VIP tersebut boros terhadap lahan.
Ruang rawat inap Pavilliun Mahottama sudah berdiri sejak tahun 2004 lalu, dimasa kepemimpinan Bupati Buleleng saat itu Putu Bagiada. Dibangun dengan anggaran senilai Rp3.836.869.000, ruangan itupun menambah pelayanan kesehatan RSUD yang menyiapkan 20 ruangan untuk kelas VIP. Dimana masing-masing ruangan diberikan nama-nama tokoh Pewayangan.
Menurut Gede Wiartana, penghapusan ruang VIP Mahottama dilakukan karena usia bangunan sudah cukup tua dan belum pernah tersentuh perbaikan sejak 2004 lalu. Selain itu, penataan ruangan juga dianggap boros lahan.
Tata letak ruangan rawat inap selama ini dibentuk berjejer persegi, sementara bagian tengah terdapat sebuah halaman yang luas. Nah, kontruksi penataan ruang di bangunan Mahottama itulah yang dirasakan boros lahan.
Wiartana mengklaim walaupun pembangunan gedung baru nantinya akan mengorbankan bangunan Mahottama, namun pihak RSUD Buleleng tidak akan menghilangkan pelayanan kesehatan untuk kelas VIP.
“Nanti pada gedung baru itu juga akan ada pelayanan untuk kelas VIP, namun berapa jumlahnya, kami belum bisa memastikan,” jelasnya.|RM|