Singaraja, koranbuleleng.com| Pasokan listrik di Pulau Bali bisa kritis. Itu terjadi bilamana, pembangkit listrik di Celukan Bawang, menjalani pemeliharaan. Itulah sebab dijadikan alasan bahwa Bali masih butuh pasokan listrik lebih besar, salah satunya dengan membangun jaringan interkoneksi Jawa Bali.
Pertumbuhan kebutuhan listrik di Bali terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan ke PLTU Celukan Bawang di kecamatan Gerokgak pada hari Jumat 15 Februari 2019 untuk memastikan bahwa pasokan listrik di Bali aman.
Dalam kunjungan kerja Komisi VI DPR RI itu, diketahui jika kondisi pasokan listrik saat ini masih terbilang aman bilamana seluruh pembangkit yang ada di Bali dalam kondisi normal. Pasalnya, jumlah total pasokan energi listrik sebanyak 1.228,7 MW, yang bersumber dari PLTDG Gilimanuk (Jembrana) dengan daya130,0 MW, PLTDG Pamaron (Buleleng) 80,0 MW, PLTDG Pesanggaran (Denpasar) 358,7 MW, PLTU Celukan Bawang (Buleleng) 380,0 MW, dan Kabel Laut (Jawa-Bali) 340,0 MW. Sedangkan untuk kebutuhan listrik saat beban puncak di Bali mencapai 900 MW.
Direktur Bisnis PLN Regional Jawa Bagian Timur, Bali Dan Nusra, Djoko R Abu Manan menyebutkan, walaupun masih terbilang aman, namun pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bali terancam defisit.
Pasalnya, PLTU Celukan Bawang sewaktu-waktu harus melakukan pemeliharaan jaringan. Saat ini, PLTU yang memanfaatkan energi listrik dari batu bara hanya memiliki tiga unit.
Proses pemeliharaan unit ini memang harus dilakukan secara bertahap untuk mengantisipasi terjadinya gangguan jaringan. Jika pemeliharaan dilakukan pada satu unit jaringan, maka akan berimbas pada penurunan pasokan 130 MW. Nah jika proses pemeliharaan jaringan dilakukan pada lebih dari satu unit secara bersamaam, maka pasokan listrik untuk Bali dipastikan akan defisit.
“Sekarang kondisi kritis tidak ada suplay. Memang ada sisa beberapa Megawatt, tapi kalau keluar satu pembangkitkarena pemeliharaan, maka berkurang sekitar 130 Megawatt, mepet sekali cadangannya,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, PLTU Celukan Bawang kembali akan melakukan pemeliharaan jaringan. Oleh karena itu, Djoko mengajak masyarakat untuk bisa hemat dalam pemanfaatan listrik terutama pada waktu beban puncak yakni malam hari.
“Hematlah, kita menghimbau masyarakat Bali hemat. Hemat energi lagi, agar bisa menghindari pemadaman bergilir,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu mengatakan, pihaknya datang ke PLTU Celukan Bawang untuk memastikan kebutuhan listrik di Bali terpenuhi. Terlebih lagi, PLTU Celukan Bawang di Kecamatan Gerokgak berencana untuk melaksanakan pembangunan tahap dua. Hanya saja, program pembangunan PLTU itu justru mendapat reaksi penolakan.
Walaupun demikian, dengan melihat petumbuhan yang terus mengalami peningkatan, Bali menurut Pasaribu memang membutuhkan tambahan pembangkit untuk menambah pasokan listrik. Selama ini, PLN memang telah memberikan solusi jangka pendek berupa pemanfaatan Mobile Power Plant. Hanya saja, solusi jangka panjang yang harus diperhitungkan adalah untuk membangun pembangkit listrik yang baru atau pembangunan jaringan interkoneksi Jawa-Bali.
“Solusi jangka panjangnya membangun interkoneksi Jawa-Bali, atau membangun pembangkit listrik yang baru. Yang terpenting pasokan akan aman,” ujarnya.
Soal rencana pembangunan Pembangkit listrik baru tahap dua yang direncanakan PLTU Celukan Bawang, Gus Irawan Pasaribu, komisi VII DPR RI akan melakukan pembahasan lebih lanjut bersama PLN, terutama menyangkut tentang penggunakan Gas atau Batu bara sebagai bahan bakar utama.
“Kami akan bahas, PLN sudah punya roadmap untuk mengatasi soal kelistrikan di Bali. Tentu sebagai daerah wisata, lingkugan menjadi satu hal penting, semua harus dipertimbangkan,” Pungkasnya.
Terkait pembangunan PLTU Celukan Bawang tahap dua, Direktur PT General Engergi Bali PLTU Celukan Bawang, Agus Darmadi menyebut jika saat ini rencana tersebut masih dalam tahap pertimbangan. Pasalnya, untuk penambahan pasokan listrik di Bali, PLN telah menyiapkan alternative lain, berupa jaringan interkoneksi Jawa-Bali.
Kalaupun nantinya pembangunan tahap dua disetujui, Agus Darmadi menyebut jika pemanfaatan batu bara sebagai bahan bakar merupakan alternative terbaik dan lebih murah. Terlebih lagi batu bara merupakan sumber daya alam yang melimpah milik Indonesia.
“Kalau pakai gas harganya jauh lebih mahal. Indonesia 65 persen pembangkit listriknya pakai batu bara. Ada kemungkinan gas juga, tapi jangan dilupakan selain tersedia banyak di bumi Indonesia, batu bara harganya juga murah,” tegasnya.
Disisi lain, terkait kebutuhan listrik di Bali, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana enggan berkomentar banyak, mengingat hal tersebut menjadi kewenangan Gubernur Bali, Wayan Koster. Hanya saja, Agus Suradnyana ingin agar tidak ada pihak-pihak yang menyebutkan jika lingkungan Buleleng tercemar karena dampak negatif dari pemanfaatan batu bara oleh PLTU Celukan Bawang. Karena opini itu dirasakan akan membawa dampak buruk bagi pariwisata di Buleleng yang sudah mulai berkembang.
“Jangan sampai ada oknum yang memvonis Buleleng sudah tercemar. Ini akan merugikan Buleleng karena berdampak pada kunjungan wisatawan di Buleleng. Secara visual sebenarnya tidak ada persoalan (tidak ada kerusakan lingkungan,red),” kata Bupati. |RM|