Singaraja, koranbuleleng.com| Gubernur Bali, Wayan Koster melanjutkan tradisi Simakrama ke daerah-daerah seperti yang dilakukan oleh Gubernur Bali sebelumnya, Made Mangku Pastika. Kabupaten Buleleng menjadi daerah pertama setelah pasangan Gubernur Bali dan Wakil Gubernur Bali Wayan Koster dan Tjokorda Artha Ardana Sukawati dilantik beberapa bulan lalu.
Simakrama Gubernur Bali Wayan Koster dengan berbagai elemen masyarakat Buleleng di gelar di Gedung Kesenian, Gede Manik, Jalan Udayana, Singaraja, 17 Maret 2019. Namun format simakrama Gubernur Koster dan mantan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika berbeda.
Dalam Simakrama Gubernur Koster di Buleleng, terlihat tidak ada komunikasi dua arah atau Tanya jawab antara Gubernur dan elemen masyarakat. Di Simakrama perdana ini, Gubernur Bali hanya memaparkan semua program Pemprov Bali sesusai dengan visi dan misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, serta pencapaian kinerja selama beberapa bulan setelah dilantik.
Koster mengatakan, visi misi ini sudah jauh-jauh hari dipersiapkan utuk pembangunan Bali kedepan. “Ini saya siapkan dua tahun sebelum menjadi calon Gubernur Bali. Saya dapatkan dari membaca buku tentang Bali di masa lalu, buku-buku tentang peradaban Bali. Jadi saya memang mempersiapkan diri sejak lama dan akhirnya diberikan mandat oleh Ibu Megawati Soekarno Putri untuk menjadi calon Gubernur Bali,” papar Koster.
Dalam visi misi itu, pembangunan di Bali diatur secara sekala dan niskala sehingga ada keseimbangan. Nantinya, semua Perda dan Pergub mengacu dari sistem ini. “Jadi semua bersumber dari sini, agar tidak bias,” ucapnya didepan ribuan peserta simakrama.
Dari visi misi itu, seluruh pembangunan di Bali akan terintegrasi. Koster mengaku, dirinya menargetkan ada ada 17 pergub yang akan diselesaikan untuk menunjang regulasi-regulasi dalam proses pembangunan Bali ke depan sesuai dengan visi dan misi tersebut.
Dalam simakrama di Buleleng, Koster menyebut juga banyak hal yang akan dilakukan kedepan. Termasuk akan secara masif untuk mensosialisasikan bahwa keluarga di Bali agar berupaya mempunyai empat anak dalam sebuah keluarga. Ini dilakukan agar tidak ada tradisi yang hilang.
“Coba sekarang periksa akrtu keluarga, nama Komang dan Ketut sudah banyak yang hilang. Ini tidak boleh terjadi lagi. Nanti KB di Bali minimal harus empat anak,” ucapnya.
Anggaran Pembebasan Lahan Shortcut
Beberapa capaian pembangunan yang juga dilaporkan oleh Koster kepada masyarakat, diantaranya pembangunan Pembangunan Jalan Baru Batas Kota Singaraja-Mengwitani atau shortcut yang ditargetkan rampung hingga 2021. Anggaran untuk pembebasan lahan di seluruh titik sudah disiapkan oleh Pemprov Bali.
Saat ini, proyek pembangunan Jalan Baru Singaraja-Mengwitani sudah dikerjakan di titik 5 dan 6 di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada setelah itu berlanjut untuk di titik 3 dan 4 di Kabupaten Tabanan. Untuk Titik 5-6 dan Titik 3-4 dirancang tuntas bersamaan, yakni 31 Desember 2019 mendatang.
Di tahun 2020 barulah akan dilanjutkan dengan pembangunan shortcut titik 7-8, titik 9-10, dan titik 1-2. Sehingga target perampungan tahun 2021 bisa dikejar.
Gubernur Bali Wayan Koster menjelaskan, awalnya, Pemerintah Pusat berencana untuk melanjutkan pada titik 1 dan 2 di Kabupaten Tabanan. Koster kemudian mengajukan agar pembangunan di tahun 2020 mendatang dilanjutkan pada titik 7 dan 8 di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Pemerintah Provinsi Bali menurutnya telah menyiapkan anggaran untuk pembebasan lahan pada enam titik yakni titik 1 dan 2 di Kabupaten Tabanan, titik 7 dan 8 serta titik 9 dan 10 di Kabupaten Buleleng. Dimana total anggaran yang disiapkan melalui APBD Provinsi yakni senilai Rp200 Miliar.
Pemerintah Pusat pun kini sedang menyusun Detail Engineering Design (DED) untuk pembangunan pada titik 1-2, 7-8, dan titik 9-10. Setelah DED tuntas, barulah akan ditentukan lahan-lahan yang akan terdampak, untuk kemudian dilakukan pembebasan lahan.
“Tahun 2019 ini saya targetkan sudah selesai pembebasan lahannya, supaya untuk urusan lahan selesai satu tahun ini. Takutnya kalau tahun 2020 nanti malah harga lahannya naik lagi,” Ujarnya.
Mantan Anggota DPR RI ini menargetkan untuk pembangunan Jalan Baru Batas Kota Singaraja-Mengwitani ini rampung di tahun 2021 mendatang. Setelah pembangunan titik 7-8 rampung, pembangunan dilanjutkan pada titik 1-2 dan titik 9-10.
Koster menginginkan agar Pemerintah Pusat melaksanakan pembangunan empat titik itu bisa dilaksanakan dalam satu tahun yakni di tahun 2021 mendatang.
“Kalau kemungkinan APBN mengcover setengahnya hanya titik 1-2 atau titik 9-10, sisanya APBD Provinsi yang menggarap. Pokoknya 2021 jalan ini sudah rampung,” tegasnya.
Bangun Iradiasi Gamma
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana ingin agar Gubernur Bali Wayan Koster bisa mewujudkan keinginan Pemkab Buleleng untuk membangun Irradiasi Gamma. Hal ini dibutuhkan untuk menangani hasil pertanian pasca panen.
Agus Suradnyana bahkan secara khusus melakukan presentasi di depan Wayan Koster saat kegiatan Sumakrama Gubernur Bali di Gedung Kesenian Gde Manik Minggu, 17 Maret 2019.
Menurutnya, peningkatan ekonomi makro tidak hanya bisa dilakukan melalui pembangunan infrastruktur. Namun di Buleleng, juga didukung melalui sector pertanian, khususnya untuk buah lokal.
Salah satu persoalan yang tengah dihadapi petani buah lokal di Buleleng adalah penanganan paska panen. Persoalan muncul ketika hasil panen buah melimpah, justru permintaan tidak sebanyak ketersediaan buah. Sehingga buah yang telah dipanen pun akan membusuk.
Agus Suradnyana pun menyambut baik rencana akan disusunnya Pergub untuk penyerapan buah-buah lokal oleh pelaku wisata khususnya hotel-hotel, untuk wajib menyajikan buah lokal kepada wisatawan. Namun, dibutuhkan pula teknologi untuk memastikan jika buah yang dihasilkan memiliki kualitas yang terjamin.
Salah satu penawaran untuk penanganan paska panen yang ditawarkannya adalah Irradiasi Gamma. Hal ini dirasakan bisa menjawab keresahan para petani buah di Buleleng. Terlebih lagi, Bupati Agus Suradnyana telah membuat kesepakatan dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk pertanian. Harapannya, dengan keberadaan Irradiasi Gamma tersebut, kualitas hasil pertanian baik di Buleleng dan Bali umumnya dapat ditingkatkan dan terjaga dengan baik.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana tegas menyatakan pentingnya Irradisi Gamma tersebut di bangun di Buleleng. Apalagi, hampir 70 persen hasil pertanian berupa buah lokal berasal dari Buleleng. Buleleng pun dikatakan menjadi Kabupaten yang tepat untuk lokasi pembangunannya, dengan memanfaatkan lahan milik Pemprov Bali seluas 22 hektar yang berlokadi di wilayah Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng.
Nantinya, diharapkan keberadaan Irradisi Gamma tersebut dapat menggairahkan sektor pertanian di Buleleng dan Bali umumnya. Karena pasca panen dapat ditangani dengan hasil pertanian berkuwalitas eksport.
“Dengan alat ini, buah mangga akan mampu bertahan selama tiga bulan, jambu kristal kalau masuk hotel ada bintik lalatnya mereka tidak akan mau makan, tapi dengan alat ini semua akan hilang,” jelasnya.
Sementara menanggapi pernyataan itu, Gubernur Bali Wayan Koster mendukung rencana tersebut. Menurutnya, program pembangunan Irradisi Gamma tersebut sangat tepat, karena dapat meningkatkan kuwalitas hasil pertanian di Bali. Apalagi, kini seluruh hotel di Bali diwajibkan menyajikan buah-buahan hasil pertanian di Bali.
Saat ini yang sedang menjadi pemikirannya adalah menyangkut tentang skema pembiayaan pembangunan Irradiasi Gamma itu. Karena diperkiran, pembangunannya akan menelan dana hingga Rp165 Miliar. Targetnya, Irradisi Gama itu sudah dibangun paling lambat tahun 2020 nanti.
”Sekarang saya sedang pikirkan skema pembiayaan. Saya rasa kalau dananya sebesar Rp156 miliar, pasti ada jalan keluarnya, sedangkan saya pikirkan ini, untuk kepentingan petanian Bali,” ungkapnya.
Soal lahan, Wayan Koster pun sependapat jika Irradiasi Gamma itu dibangun di Kecamatan Gerokgak di atas lahan milik Pemprov Bali. Hanya saja, nantinya Irradiasi Gamma akan mengcover buah yang dihasilkan oleh ara petani di seluruh Bali. Untuk pengelolaan nantinya akan dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pemprov Bali.
“Lahan kan sudah siap, tinggal pakai itu. Kebutuhan lahan memang luas, karena harus ada pergudangan, ruang packing, dan penyortiran sebelum masuk ke mesin pengolahan Irradiasi Gamma,” tegasnya. |tim|