Singaraja, koranbuleleng.com | Potensi buah di Buleleng, amat berlimpah. Cuma saja, paska panennya belum tergarap dengan baik sehingga beberapa jenis buah hasil perkebunan di Buleleng dan Bali belum bernilai ekonomis tinggi.
World Mangosteen Fiesta atau WMF, yakni festival buah manggis dunia digelar di Desa Galungan, Kecamatan Sawan salah satu upaya untuk menaikkan kualitas buah manggis, baik dari sisi kualitas perkebunan maupun dari sisi nilai ekonomi.
WMF ini digelar dari hasil kolaborasi Pemkab Buleleng menggandeng Junior Chamber International (JCI) Singaraja, untuk tujuan akhir meningkatkan kualitas buah lokal. WMF digelar di lapangan desa Galungan, Sabtu – Minggu, 23 – 24 Maret 2019. Selain dihadiri Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana dan Wakil Bupati Buleleng, dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG, agenda yang baru pertama kali digelar ini juga dihadiri Gubernur Bali, Wayan Koster dan pejabat lainnya.
Acara ini melibatkan petani buah manggis yang berasal dari Buleleng dan seluruh Bali.
Disini, petani manggis juga dipertemukan dengan Buleleng praktisi perkebunan manggis, buyer (pembeli), dan eksportir manggis.
Ini kesempatan bagi petani untuk saling bertukar informasi terkait dengan pengembangan produk buah Manggis.
“Dalam ajang inilah petanu bisa mengetahui tentang Good Agriculture Practices (GAP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait dengan pengelolaan kebun yang baik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,” kata Plt Kadis Pertanian, Made Sumiarta.
Sumiarta menjelaskan, di Buleleng banyak memiliki potensi produksi buah Manggis yang sangat baik.
Sebagian wilayah di Buleleng adalah sentra-sentra penghasil manggis.
“Sebgaja kami undang juga pelaku-pelaku bisnis manggis,agar bertemu sehingga mampu memberi solusi dalam hal pemasaran Buah manggis ini,” katanya.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ST mengatakan melalui festival ini, petani-petani manggis yang ada di Bali dipertemukan untuk meningkatkan kualitas manggis terbaik agar bisa diekspor. “Disini kita mengajak petani dan eksportir untuk bisa memilah secara quality control buah-buahan yang diekspor agar kualitasnya tetap terjaga, sehingga tidak menjadi persoalan di ekspor berikutnya, “ katanya.
Bupati PAS menambahkan buah manggis yang lebih diminati di pasar ekspor adalah buah manggis dari Bali.
Maka dari itu, eksportir diminta untuk memperhatikan sisi perijinan, packaging, kualitas, serta membuat lembaga untuk mengontrol ekspor buah lokal.
Kedepan, jika pembangunan iradiasi gamma sudah berjalan, maka langkah untuk memajukan ekspor buah-buahan lokal Bali bisa terwujud.
Gubernur Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, MM sudah sepakat untuk membangun iradiasi gamma guna meningkatkan kualitas hasil pertanian dan perkebunan di Bali.
“Yang penting bagaimana kita menjaga kualitasnya, seperti contohnya manggis diperhatikan dari pemupukannya, penyemprotanya, sehingga sortirannya tidak terlalu banyak dan bisa menambah nilai harga jualnya” jelasnya.
Sementara Gubernur Bali I Wayan Koster yang hadir bersama dengan Ibu Putri Suastini Koster membuka acara tersebut secara resmi, ditandai dengan pelepasan balon.
Dalam sambutannya, Gubernur Koster mengungkapkan WMF ini salah satu agenda yang bisa mendukung Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali.
“Ini sangat luar biasa.” terang Koster.
Kegiatan ini, menurut Gubernur Koster adalah strategi pengembangan pertanian khususnya di hilir.
“Karena selama berpuluh-puluh tahun ini, kebijakan kita adanya di hulu, sehingga pengembangan di hilir tidak terkelola dengan baik, “ ungkapnya.
Lebih lanjut, Gubernur Koster mengatakan Pemprov Bali akan mendukung penuh segala keperluan petani lokal untuk menunjang kualitas hasil pertanian di Bali.
Saat ini, tim dari Provinsi Bali sedang menyusun pemetaan sentra-sentra yang akan dibentuk di Kabupaten/Kota sesuai dengan potensinya.
“Jangan mengundang investor besar, cukup kita saja yang mengembangkan, jika kurang modal saya akan ajak BPD, LPD dan CSR untuk membantu pendanaannya, “ pungkasnya. |NP|