Singaraja, koranbuleleng.com | Untuk meningkatkan kegemaran memakan sayur di kalangan masyarakat, berbagai inovasi olahan makanan dihasilkan oleh para Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kabupaten Buleleng. Salah satunya adalah dodol terong dan dodol tomat yang diproduksi oleh KWT Praja Putri, Desa Tinga-Tinga, Kecamatan Gerokgak. Sesuai namanya, dodol ini berbahan dari terong dan tomat.
Produk olahan pangan tersebut dipasarkan pada Pasar Pangan Lokal yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pasar Pangan Lokal (Asparlok) bentukan Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Buleleng di Taman Kota Singaraja yang dirangkaikan dengan Apel Krida, Jumat 14 Juni 2018.
Ketua KWT Praja Putri, Desa Tinga-Tinga, Gusti Ayu Putu Armini menjelaskan dodol ini diproduksi untuk meningkatkan kegemaran masyarakat untuk mengkonsumsi sayur-sayuran. Sama seperti dodol yang lain, bahan utama dari dodol terong dan dodol tomat ini adalah ketan. Namun, pada olahan dodol ini ditambahkan dengan sayur dengan perbandingan ketan satu kilogram dan sayur 1,5 kilogram.
“Kita campur dengan sayur yaitu terong dan tomat dengan perbandingan 1:1,5 kilogram. Kita buat ini biar kegemaran makan sayur itu meningkat,” jelasnya.
Dirinya menambahkan terong dan tomat yang digunakan adalah yang memang sudah siap dipanen. Mengenai ketahanan dari dodol terong dan dodol tomat ini, Gusti Armini menyebut sudah mencoba sebelumnya bersama anggota KWT Praja Putri.
Dengan tingkat kematangan terong dan tomat yang bagus serta penjemurannya yang baik, dodol ini bertahan hingga 20 hari. Pembungkusnya pun memakai kulit jagung.
“Sebelum packing kita jemur dulu lalu dibungkus dengan kulit jagung,” imbuh Gusti Armini.
Sementara itu, disinggung mengenai berbagai inovasi yang telah dilakukan KWT di bawah binaan DKP Kabupaten Buleleng yang tergabung dalam Asparlok, Kepala DKP, drh. Nyoman Surya Temaja, MP menyebut untuk pemberdayaan KWT maupun pengembangan usahanya termasuk olahan yang inovatif terus melakukan pembinaan dengan melibatkan tim dari provinsi yang ahli dalam pengolahan pangan setiap bulannya. Pembinaan ini dilakukan agar produknya tidak monoton dan selalu berinovasi.
Para KWT juga dianjurkan agar olahannya berkarakteristik non beras. Termasuk pula bahan pangan lokal sebagai bahan baku.
“Ini merupakan hasil dari pembinaan kami bersama BPTP yang mempunyai keahlian di bidang pengolahan pangan sehingga olahannya lebih bervariasi disertai kesungguhan dari KWT untuk mengolahnya sebagai usaha peningkatan perekonomian,” tutupnya. |NP/R|