Singaraja, koranbuleleng.com | Musim kemarau tiba. Musim ini disambut ceria oleh sejumlah petani tembakau dan buruh taninya di Buleleng.
Kondisi petak-petak persawahan di kawasan LC (land consolidation) di Desa Baktiseraga, sudah dikeringkan terlebih dahulu setelah panen padi beberapa waktu lalu. Petak-petak itu dikeringkan dan digemburkan untuk ditanami tanaman tembakau. Musim kemarau adalah kesempatan yang baik bagi petani untuk menanam tanaman tembakau. Semakin sedikit kadar air, maka kualitas tembakau yang dipanen akan sangat baik.
Daun tembakau adalah bahan dasar pembuatan rokok dan cerutu. Permintaannya cukup tinggi. Di Buleleng, petani lebih banyak menanam tembakau Virginia.
Jika dari kebiasaan, sebagian besar lahan persawahan hanya ditanami tanaman padi untuk dua kali masa panen atau selama masa enam bulan. Selebihnya, sisa tahun selama enam bulan lagi pada musim kemarau dimanfaatkan untuk menanam tembakau. Kantong-kantong perkebunan tembakau cukup banyak di Buleleng.
Anggaplah tadi di wilayah Baktiseraga, salah satu sudut kecilnya di wilayah LC tersebut. Walaupun di kawasan ini, lahan sudah lebih banyak di kapling-kapling untuk rencana pembangunan pemukiman. Namun, ada beberapa pemilik tanah masih mempertahankan lahan pertaniannya untuk tanaman padi ataupun tembakau.
Desa lain yang juga biasanya memelihara tradisi menanam Tembakau di Buleleng seperti Desa Panji, Desa Pemaron, atau di daerah Kecamatan Seririt seperti Desa Banjarasem, Tukad Sumaga, atau Desa Kaliasada.
Tembakau bisa hidup di dataran 200-3000 diatas permukaan laut (dpl) dengan kondisi tanah lempung berpasir atau berlumpur. Tembakau adalah salah satu tanaman yang sangat kuat, bisa hidup di dataran rendah ataupun dataran tinggi.
Di musim tembakau bulan Juni tahun ini. Kadek Sulastri, perempuan yang berumur sekitar 57 tahun ini begitu gesit menanam bibit tanaman tembakau di lahannya di LC. Dia mengaku mengontrak lahan pertanian seluas 3,5 hektar untuk ditanami tembakau.
Saat menanam bibit tembakau di lahan kontrakannya, Sulastri terlihat mengajak beberapa buruh tani. Semuanya perempuan, yang sudah berumur diantara 45- 55 tahun. Ada alasan unik yang diungkapkan oleh Sulastri mengajak buruh tani perempuan untuk menanam tembakau.
“Kalau perempuan lebih gesit dan tahan banting jika menanam tembakau,” ujar Sulastri.
Dia meyakinkan, “Benar pak, kalau lelaki biasanya agak malas kalau diajak menanam tembakau”.
Buruh tani lelaki, kata Sulastri biasnya tenaganya dimanfaatkan saat menyemai biji di lahan pembibitan.
Sulastri mengatakan, untuk musim kemarau kali ini, keluarganya menanam sekitar 50 ribu hingga 60 ribu bibit tanaman tembakau. Bibit didapat dari sebuah pabrikan rokok asli Indonesia
Sulastri mengatakan ada aturan soal jarak penanaman. Tembakau ditanam dengan menggunakan sistem pagar ganda dengan kedalaman tanam sebatas pangkal batang.
Pola tanam yang digunakan yaitu menggunakan jarak tanam sekitar 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi bibit 33.000 per hektar lahan.
“Saya menaman sekitar 63 ribu bibit diatas lahan seluas 3,5 hektar,” kata Sulastri.
Sulastri adalah petani tembakau yang sudah berpengalaman. Segala perhitungan dan pola penanaman tembakau sangat diketahui.
Musim penanaman tembakau ini juga menjadi berkah bagi sejumlah buruh tani. Ketut Dari, adalah buruh tani perempuan yang mengambil berkah dari musim tembakau ini. Dia salah satu buruh tani yang secara khusus dibayar untuk menanam, merawat dan menyortir daun tembakau yang sudah dipetik.
“Cuma saya tidak mengambil bagian pekerjaan untuk memetik. Kalau musim tembakau seperti sekarang memang menambah pekerjaan bagi kami sebagai buruh tani,” kata Dari.
Selama masa tanam hingga panen memang dibutuhkan buruh-buruh tani untuk menggarap setiap tahapannya. Mulai dari penyulaman, penyiraman, penyiangan, pembubunan, serta pemupukan hingga sampai akhir masa panen dan paska panen memerlukan tenaga buruh tani.
“Jadi selama kurun waktu enam bulan hingga tujuh bulan kami mendapat pekerjaan sebagai buruh tani. Bisa digunakan untuk pendapatan keluarga,” ujarnya.
Data statistic dari direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian mencatat dalam data statistic bahwa Buleleng salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Bali. Data tahun 2015, tercatat area tanam mencapai 436 hektar dengan nilai produksi panen mencapai 732 ton. |NP|