Singaraja, koranbuleleng.com | Desa Tampekan, Kecamatan Banjar menjadi role model keberhasilan penanganan stunting. Desa ini dianggap berhasil menurunkan angka stunting dengan signifikan dalam kurun waktu dua tahun.
Dinas Kesehatan Buleleng pernah mencatat, awalnya di desa ini terdapat sekitar 21 anak stunting dan turun hingga 10 orang.
Stunting adalah permasalahan kesehatan pada anak yang alami kekurangan gizi secara kronis. Penyebabnya kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Perbekel Desa Tampekan, Komang Sari Darmawati mempunyai kiat khusus untuk meminimalisasi angka stunting di desanya. Sederhana, yakni dengan meminta warga terutama kaum ibu-ibu agar mengkonsumsi makanan yang sehat.
“Anak-anak PAUD kami minta untuk untuk membawa buah, makanan yang berisi sayur mayuran. Kita minta ibu-ibu di rumah menyiapkan itu untuk anak-anaknya agar dibawa ke sekolah,” kata Sari.
Sari mengatakan pihaknya juga gencar bekerjasama dengan tim kesehatan dari Puskesmas untuk mencari penyebab stunting pada anak-anak. Sehingga langkah pemberdayaan bisa dilakukan.
“Langkah pemberdayaan itu semisal dengan mewajibkan masyarakat menanam tanaman obat-obatan dan sayur-sayuran, minimal untuk konsumsi keluarga. Ini penting sekali untuk menjaga kesehatan dan mencegah stunting sejak dini,” katanya usai agenda sosialisasi dan advokasi gerakan masyarakat hidup sehat kepada pemegang kebijakan di desa, Selasa 22 Oktober 2019.
Sementara itu, Kasi Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ni Nyoman Pusparini mengatakan pemprov Bali menggarap dua lokus penanganan dalam program germas hidup sehat dan stunting, yakni di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana.
Salah satu upayanya, memfasilitasi dua lokus ini untuk melakukan pendampingan dalam membuat pengembangan role model intervensi implementasi promosi kesehatan dengan strategi kesehatan. Di dalamnya terdapat program advokasi, pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan penggalangan kemitraan.
“Pembuatan model ini sebagai apresiasi bagi desa yang telah mengangkat program dari isu-isu prioritas kesehatan masyarakat. Sejauh mana desa mempunyai kepedulian terhadap permasalahan kesehatan di desa dan mengatasi permasalahan di desa. “ kata Pusparini.
Menurutnya, semua unsur prioritas kesehatan masyarakat dan pendekatan strategi promosi kesehatan dikomunikasikan kepada masyarakat. “Ini digerakkan agar masyarakat bisa berdaya, agar mereka mempunyai kesadaran dan kemauan untuk mengatasi permasalahan kesehatan desa ini,” terangnya.
Pusparini menilai kepala desa Tampekan sudah berinovasi membuat rencana aksi dengan menggandeng mitra kerja yang ada di desa. “Disini sudah ada kolaborasi itu, pendekatan strategis sehingga permasalahan kesehatan yang muncul di desa ini bisa diatasi,” katanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng menegaskan desa Tampekan sudah berhasil menurunkan jumlah stunting dengan sangat signifikan.
“Penurunan disini sangat signifikan, dalam rentang satu sampai dua tahun. Ternyata, kepempininan Perbekel yang sigap dalam upaya menurunkan angka stunting ini,” kata Kabid Kesehatan Masyarakat, Dinkes Buleleng, Gede Suratnaya.
Dari kondisi itulah, Tampekan dijadikan sebagai role model keberhasilan penanganan stunting.
Sementara itu, Sekcam Banjar, Cok Aditya menyarankan agar membentuk relawan-relawan desa yang bisa dijadikan partner oleh pemerintah desa dalam penataan, penanganan dan memberi contoh untuk gerakan masyarakat hidup sehat dan pencegahan stunting ini. “Stunting itu bukan untuk ditutupi, tetapi diselesaikan secara bersama-sama oleh semua pihak. Pemerintah dan masyarakat berkolaborasi,” ucap Cok Aditya. |NP|