Singaraja,koranbuleleng.com | Lima desa di Bali Aga, Desa Sidatapa, Desa Cempaga, Desa Tigawasa, Desa Pedawa dan Desa Banyuseri, telah bersepakat bekerja bersama untuk mengangkat taraf ekonomi kawasan pedesaan. Saat ini, Desa Cempaga menjadi salah satu penyangga pertama dari kawasan wisata Bali aga.
Pembentukan Bumdes Bali Aga salah satu upaya perubahan mendasar menuju kondisi itu. BUmdes Bali aga terkoneksi dengan Bumdes di masing-masing desa di Bali aga, termasuk bidang pariwisata.
Kini, ada dua program jangka pendek yang dijalankan oleh Bumdes Bali Aga, yakni pengembangan kawasan wisata pedesaan Bali Aga. Dua program bisnis pariwisata yang akan dijalankan di tahun 2020 ini, diantaranya artshop atau rumah pajang untuk produksi kerajinan dari masing-masing desa serta pembangunan dua unit homestay.
Artshop dan homestay ini dibangun di Dusun Corot, Desa Cempaga, yang sudah menjadi peyangga pertama kawasan destinasi pariwisata Bali aga. Di artshop tersebut juga sekaligus sebagai pusat informasi pariwisata Bali aga.
Pembangunan artshop dan homestay tersebut atas bantuan dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal. Total bantuan yang ditelorkan oleh pemerintah pusat untuk pembangunan dua akomodasi penunjang pariwisata itu mencapai Rp700.000.000.
Lokasi artshop ini berdekatan dengan Sunset Hill Restoran yang juga dikelola oleh Bumdes Cempaga. Restoran yang mengagungkan kawasan pemandangan laut serta hutan langkeng menjadi daya tarik bagi para pengunjung disini.
Sunset Hill Restoran ini baru beroperasi sekitar tujuh hari lalu. Sebelumnya, proses pembangunannya cukup lama karena harus menunggu anggaran. Pendirian bangunan Sunset Hill Restoran ini bersumber dari APBdesa Cempaga.
Perbekel Desa Cempaga Putu Suarjaya cukup berakal untuk mengelola dana desa menjadi lebih bermanfaat untuk kepentingan masyarakat. Keberadaan Sunset Hill Restoran ini sukses menjadikan Desa Cempaga sebagai penyangga destinasi wisata di kawasan Bali aga.
“Lokasi ini menjadi strategis, karena lahan yang digunakan adalah milik desa adat Cempaga, termasuk lahan untuk artshop Bumdes Bali aga dan homestay. Suasana alam juga mendukung, dusun Corot ini menjadi penyanga utama destinasi wisata Bali aga,” terang Suarjaya saat ngobrol santai dengan koranbuleleng.com di Sunset Hill restoran, Selasa 7 Januari 2020.
Suarjaya mengatakan, masih banyak program pengembangan untuk dunia pariwisata Bali aga. Eksistensi Bumdes Bali aga dan beberapa Bumdes didesa di Bali aga diyakini bisa menjadi lembaga yang mampu memperbaiki kondisi ekonomi di Bali aga.
Sunset Hill Restoran ini akan menjadi salah satu divisi bisnis untuk menambah pendapatan asli desa (PAD) Desa Cempaga. “Baru dibuka, pendapatan setiap hari di Sunset Hill restoran ini mencapai Rp800.000 hingga Rp.1.000.000. Saya meyakini, kedepan akan lebih ramai lagi karena promosi sedang kami gencarkan,” ujar Suarjaya.
Suarjaya mengaku telah mempromosikan melalui sambungan sosial media, penyebaran brosur ke hotel, restoran dan agen pariwisata di Kabupaten Buleleng.
Untuk menu restoran, sejauh ini masih menyediakan menu lokal nusantara. Namun kedepan, Sunset Hill Restoran ini akan menyediakan menu-menu khas dari Desa-desa di Bali Aga.
“Kami sudah merancang setiap hari ada menu khas yang memang asli dari Desa di Bali aga, khususnya Cempaga. Kami sudah rancang itu.” katanya.
Sejumlah wisatawan atau pengunjung yang hadir di Sunset Hill Restoran ini memang selalu terkesima dengan pemandangan alamnya. Sore hari, akan dimanjakan dengan pemandangan alam pesisir, sementara disebelah selatan restoran ada hutan milik desa yang disebut Hutan Langkeng.
Kedepan, Hutan langkeng akan menjadi salah satu tujuan wisata alam. Bumdes Cempaga sudah menyusun area treking sepanjang hampir satu kilometer di dalam hutan Langkeng. Hutan ini menjadi salah satu habitat kera-kera asli di hutan setempat. Di dalam hutan juga terdapat sebuah air terjun deras. Luas hutan Langkeng mencapai 40 hektar di dua lokasi.
“Jadi ini, Bumdes Cempaga ini mengelola restoran dan wisata alam. Sebenarnya ada divisi lain yakni Perusahaan Air Minum Desa, Simpan Pinjam dan Toko Bangunan.” terang Suarjaya.
Suarjaya mengaku, divisi wisata di Bumdes Cempaga juga berkolaborasi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Cempaga. Baik anggota kelompok Pokdarwis maupun pengelola Sunset Hill Restoran semua berasal dari Desa Cempaga.
Suarjaya mengakui, pihaknya masih terkendala dengan sumber daya manusia. Tetapi, sudah ada program pemberdayaan bagi warga Cempaga. “Kami menargetkan sedikitnya enam bulan kedepan sudah ada cheaf atau juru masak yang ahli pada masakan tertentu, atuapun pekerja lain dibidang pariwisata,” katanya.
Sementara itu, Ketua Bumdes Bali Aga Ketut Kusuma Ratjana menyatakan masing-masing potensi di Bali Aga sedang dipetakan. Program jangka pendek berupa ruang pajang ini menjadi bagian dari upaya masyarakat Bali aga mengangkat potensi seni dan kerajinan di Bali.
“Kita punya potensi anyaman, Sidatapa dengan anyaman kreatif dari bambu juga, di Tigawasa juga ada anyaman bambu namun lebih ke nilai tradisional. Kita pajang disini sekaligus sebagai pusat informasi. Selebihnya, jika ada konsumen atau wisatawan yang menanyakan tentang kerjajinan, kita antar ke lokasi yang dituju,” kata Ratmaja.
Menurut Ratmaja semua terkoneksi, karena bisnis apapun yang dijual di Bumdes Bali Aga semuanya produk dari Bali aga. |NP|