Singaraja, koranbuleleng.com | Wabah virus Cornona tak mempengaruhi Gede Suarka untuk terus menjalankan usahanya. Walaupun terdampak kenaikan harga bahan baku, namun dia tak mau diam dan tetap menjalankan usaha membuat kail pancing.
Pria asal Kelurahan Astina, Buleleng ini mengaku sudah menjalani usahanya selama bertahun-tahun. Bahkan, adanya wabah Virus Corona pesanan yang Suarka dapatkan terus meningkat.
Suarka menuturkan jika awal mula usaha membuat mata pancing lantaran dirinya suka memancing dilaut. Diceritakannya jika setiap pergi memancing, kail yang digunakan cepat berkarat dan harus diganti. Sehingga setiap kali berangkat melaut ia harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli kail.
“Bukan hanya saya saja, tetapi nelayan lain juga sama, bahkan ada nelayan yang beli mata pancing sampai ratusan ribu. Sehingga akhirnya saya mencoba sendiri membuat mata pancing,” cerita Suarka
Saat ini, Suarka sudah dikenal dikalangan nelayan di Buleleng hingga toko-toko pancing.
Saat di temui, Pria usia 60 tahun ini bersama dua orang anak buahnya sedang sibuk melakukan aktivitas membuat kail pancing di sekitar areal pasar Banyuasri, Jumat 29 Mei 2020.
“Sehari bisa selesaikan 400 biji kail pancing, tergantung pemesananya berapa dan ukurannya berapa” kata Suarta pria yang sempat bekerja di Dinas Perhubungan Kabupeten Buleleng ini.
Pria yang akrab disapa Lolak ini masih menggunakan alat sederahan dalam proses pengerjaan kail pancing. Mulai dari palu, kikir, gerinda, tang dan alat lainnya. Menurutnya, membuat mata pancing tidak semudah apa yang dipikirkan. Mata pancing yang dibuat berbahan baja stainless steel. Sehingga ketika digunakan tahan lama, kuat dan tak mudah karatan.
“Kalau untuk kail pancing yang di buat semakin besar ukuran dan model maka semakin rumit cara pembuatan dan waktu pengerjaannya,” lanjut Lolak yang juga sebagai nelayan di Buleleng ini
Dalam perjalanan usahanya, Lolak pun sempat dihina oleh orang karena hasil kail buatanya yang di kurang baik. Namun usahanya dilakukan dengan giat sehingga hasil dari tangannya bisa menyerupai hasil pabrik dan terbukti sekarang banyak yang memesan kail pancing kepadanya.
“Saya belajar secara otodidak, saya berusaha secara tekun dan terus-menerus” aku Lolak
Sampai saat ini, pelanggan maupun pesanan mata kail karya tangan Lolak sudah bukan hanya dari neyalan dan toko pancing yang ada di Buleleng. Tetapi sudah mencapai luar daerah seperti Karangasem bahkan sampai ke luar Bali.
“Ada yang dari Karangasem, ada juga dari Muncar Banyuwangi, sebulan rata-rata saya bisa hasilkan 12 ribu biji mata pancing. Kalau omset penjualan bisa tebus 10 juta setiap bulannya,” imbuh Lolak. |ET|