Siti Nur Kholifah memproduksi pakaian APD untuk timmedis |FOTO : Edi Toro|
Singaraja, koranbuleleng.com | Seorang penjahit pakaian kini beralih memproduksi pakaian alat pelindung diri (APD) untuk keperluan penanganan medis COVID 19. Ditengah pandemi ini, permintaan produksi pakaian memang sedang menurun.
Dia, Siti Nur Kholifah memproduksi APD berawal dari pesanan seorang bidan, kerabat dari suaminya yang bekerja di RSUD Buleleng.
Siti Nur Kholifah yang kerap disapa Olif awalnya hanya memproduksi pesanan baju APD sebanyak 3 unit saja. Namun seiring bertumbuhnya kebutuhan, permintaan APD justru terus meningkat. Sampai saat ini penjahit rumahan ini sudah memproduksi hingga 30 unit APD.
Olif menceritakan, idenya beralih membuat baju APD sebenarnya tak terpikirkan. Ketertarikan membuat baju APD didasari atas keprihatinan melihat kelangkaan baju APD sehingga dia terus menerima pesanan untuk produksi APD. Selain itu, baju APD memang tersedia dan beredar luas, namun harga melonjak berkali-kali lipat dan tidak terbeli oleh seorang tenaga medis.
Akhirnya, atas dasar itu Olif berusaha mencari informasi dan panduan tentang tata cara membuat APD melalui salah satu jurnal yang ada di halaman media sosial (internet). Dia juga mempelajari bahan-bahan yang digunakan, dan standar secara medis, model dan bentuk pakaian APD tersebut.
Olif mengatakan untuk bahan APD saat ini memang masih tersedia di Singaraja dan Denpasar, namun hargnya lumayan tinggi.
“Awalnya sih agak susah dan rumit, namun setelah berhari-hari belajar pola pembuatan baju APD ternyata nyaris mirip dengan baju jas hujan. Perbedaan hanya dari pola badan dan kaki. Pola APD tergabung menjadi satu. Sedangkan pola jas hujan terpisah,” terang perempuan berusia 28 tahun ini.
Olif yang tinggal di Jalan Jalak Putih 1 nomor 4 Banyuasri, Singaraja ini saat di temui di rumahnya sedang sibuk mengerjakan baju APD yang di pesan. Dalam ruangan berukuran 6×5 meter terlihat menumpuk berbagai macam bahan dan alat untuk pembuatan baju APD. Ia sedang menyelesaikan satu persatu baju APD baik dengan ukuran size S, M, L dan XL.
“APD yang saya buat sekarang tetap tergantung dari pemesanan tenaga medis. Pas kebetulan saat ini juga sepi permintaan jahit baju dan celana,” ungkap perempuan lulusan sarjana tata busana ini
Olif menambahkan, jika dalam sehari bisa menyelesaikan pembuatan baju APD sebanyak dua unit dengan dengan dibantu dibantu pengerjaan oleh suaminya.
“Dalam 1 meter bahan baju APD berbahan spunbond mencapai Rp 25 ribu, kain spunbond saat ini banyak dimanfaatkan sebagai pembuatan hazmat . APD kami jual berkisar dari Rp 100-200 ribu persatu buahnya, tergantung dari ukurannya. Kadang kala ada yang menawarkan lebih murah” sambung olif
Saat ini ditengah pandemi COVID 19, Olif dan Suaminya, Juliadi tidak hanya produksi baju APD saja namun juga masker, penutup kepala dan baju terusan (gown) yang biasa digunakan tenaga medis untuk pemeriksaan pasien pada poliklinik.
Ibu rumah tangga (IRT) ini berharap dengan pembuatan baju APD bagi tenaga medis di Buleleng dapat memberikan motivasi dan semangat bagi para penjahit rumahan agar tetap berusaha ditengah pandemi COVID 19 yang membuat segala sektor usaha menjadi lesu.
“Meski produksi kami belum merambah pasar luar, ya pembuatan baju APD ini sedikit tidak ikut membantu pemerintah dan tenaga medis dalam kelangkaan APD saat ini,” pungkasnya. |ET|